Sabtu, 29 September 2012

Antara Kugy... dan Saya



"Maka saya anggap laman blog ini seperti langit yang tertutupi awan. Sepertinya kosong. Tapi jika si awan disingkap, maka disitulah ada cerita."
Bagi yang pernah nonton film Perahu Kertas mungkin akan sangat familiar dengan kalimat itu. Entahlah, saya tiba2 saja sangat terinspirasi dengan film itu. Saya tak menyoal kisah cinta antara Kugy dan Keenan. Tapi saya menyoal mengenai kesukaan Kugy pada dunia dongeng.
Saya seperti menemukan diri saya dalam sosok Kugy. Kugy suka dengan dongeng.

Bedanya, skrg saya pensiun, Kugy enggak. *krik.
 "Berani menulis berarti berani dikomentari!"....begitu kata teman saya.
Entah habis makan apa dia sampe bisa nemu kalimat sebegitu mengenanya. Hmm...(?)

Jadi, Kugy itu adalah seorang mahasiswi jurusan sastra. Tapi hobynya adalah menulis dongeng. Bahkan beberapa karyanya diapresiasi menjadi piagam2 penghargaan yang berjejer dikamarnya. Sastra menjadi pilihan jurusannya karena ia sadar tak banyak profesi yang bisa menjanjikan kemapanan hanya dari seorang penulis dongeng.

Kugy juga suka menulis diary. Tapi kertas tulisan tulisan diary itu biasanya langsung ia bentuk menjadi sebuah perahu kertas. Dan pada akhirnya akan ia hanyutkan di sungai atau laut. Bukan dear diary-seperti halnya kebanyakan orang-yang ia tuliskan di awal kalimat diarynya. Tapi... Dear Neptunus....
Kenapa? Karena menurut mitos, dewa air itu Raja Neptunus.

Kugy memiliki radar neptunus. Semacam sinyal yang bisa menghantarkan apapun yg ia maksud atau yang ia tuju atau yang menginspirasinya. Dan jika pikirannya buntu, maka Kugy akan memasang radar neptunusnya itu. Uniknya si radar ini juga bisa dipasang untuk melacak seseorang. Haha..

Tahukah gmana cara memasang radarnya? Cukup pejamkan mata, dan kedua tangan yang dalam posisi menunjuk dipasang di kepala kanan dan kiri. Itulah radar neptunus.



Hanya agen neptunus yang berhak mendapatkan radar neptunus.
Dan hanya orang2 tertentu yang bisa menjadi agen neptunus.
Suka. Suka sekali dengan imajinasi imajinasi liar dari novel ini.

Misalnya ketika si Kugy ditanya sma Keenan, kenapa ngambil sastra?
"Hellooo... kamu tinggal di gua mana selama ini? Realistis dong. Memangnya tukang dongeng bisa menjanjikan apa? Itu hanya sampingan." yah kurang lebihnya begitulah jawaban Kugy.
Tapi Keenan bilang, "Apa yang orang bilang realistis, belum tentu sama dengan apa yang kita fikirkan."

Wot a wonderfull word....*berbinar.

Indahnya jadi Kugy yang cuek.Dan diam2 saya jadi belajar cuek dari Kugy, hho.
Soundtrack lagu Perahu Kertas itu kurang lebih begini....
Perahu Kertasku kan melaju...
Membawa surat cinta bagimu...
  
Yupz stop!
Btw tentang surat cinta. Saya juga punya kumpulan surat-surat cinta.
Surat cinta dari yang Maha Pengasih. Allah. ^_^
"Sibgah Allah. Siapa yang lebih baik sibgah-nya dari pada Allah? Dan kepada-Nya kami menyembah." (QS 2: 138)
 Sibgah itu artinya celupan warna. Kalo kata Ustad Salim A Fillah di Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim, Islam tidak menghapus karakter-karakter khas dari pribadi pemeluknya yang tidak bertentangan dengan 'Aqidah. Islam justru membingkainya menjadi kemuliaan karakter yang menyejarah.

Sudah paham alur jalan fikir saya???
Oke jadi sebenarnya intinya saya ingin membahas warna saya. #Oalaaah. Ya saya memang selalu payah membuat pendahuluan. Oke kalo gitu kita pokus pada inti!!!
Jadi, paradigma saya selama ini adalah muslimah itu anggun dan pendiam. Halus tentunya. Sementara saya?? Huks. Yah, yang sudah kenal saya mungkin akan sepakat bahwa saya itu cerewet. Anggun??? Boro-boro... Halus??? *nangisBombay.
Pernah saya kepikiran untuk menjadi anggun saja. Untuk menjadi pendiam saja. Untuk menjadi agak halus saja. Tapi hanya bertahan sehari. Itupun karena memang yah saya belum makan dari pagi.... *tepokjidat

Dan bahagianya ketika saya mendapatkan penjelasan yang sangat memuaskan di buku Saksikanlah Bahwa Aku Seorang Muslim ini. Jelas. Bahwa, warna saya memang seperti ini.
Bukankah pelangi itu indah karena warna warni? Manusia juga telah diberi celupan warnanya sendiri-sendiri oleh-NYA. Lihatlah dua sosok yang bayangannya saja begitu agung itu. Abu Bakar dan 'Umar. Dua sosok yang begitu kontras dalam singsingan fajar ummat Muhammad. Abu Bakar begitu kurus sampai sarungnya selalu mengulur ke bawah, sedang 'Umar pernah membuat empat makmum jatuh terjengkang karena bersinnya saat memeriksa shaf shalat... Masya Allah!!

Dan Allah memberikan celupan warnaNya sesuai dengan kadarnya. Si warna ini ranahnya adalah disini. Si warna itu ranahnya disitu. Begitulah adilnya Allah.
Maka biarkanlah Kugy menjadi Kugy. Saya menjadi saya. Bukan kamu ataupun dia. Bukan Kugy ataupun Keenan. Karena....
Ishadu bi ana Muslimah.... ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar