Senin, 08 Desember 2014

persahabatan dan pohon kersen

Saya seperti hidup ditempat yang salah. Berdiri menjulang tinggi ditengah keramaian. Bukan. Tentu saja keramaian mereka disini bukan karena ada saya. Lebih tepatnya karena rumah berukuran sekitar 4x1 meter disebelah saya inilah penyebabnya. Adalah warung makan trkenal. Disukai mahasiswa dan sepertinya cukup menyenangkan digunakan tak hanya sekedar untuk tempat makan. Kalo bukan karena kemurahan hati pemilik saya, mungkin saya sudah lama ditebangnya seperti gulma dan ilalang yang dulu sekali pernah menjadi tetangga saya.

Telah lama saya ditakdirkan menjadi pohon kersen. Pohon yang seharusnya menjadi tempat favorit anak-anak memanjat, berebut memetik buahnya yang memerah ranum. Pohon yang mengajarkan mengenai berbagi dan mengenai persahabatan tentu saja. Yang seharusnya tak ada satu dahan pun yang luput dari tungkai tungkai kecil mereka. Tapi disini sekali lagi saya seperti tumbuh ditempat yang salah. Sepi. Bahkan kersen yang telah ranum itu berjatuhan begitu saja setelah matangnya. Tak ada yang mau repot2 memetiknya walaupun saya telah menumbuhkan buah saya sedekat mungkin dalam gapaian jemari mereka. Tak ada.

Satu satunya tugas saya disini adalah menaungi motor2 pengunjung warung makan dari panas ataupun hujan. Itupun yang mereka ucapi terimakasih hanyalah petugas parkir yang siang dan malam ikut berteduh dibawah saya sembari tak lupa menyodorkan selembar uang bergambar seseorang mendekap pedang. Ah sial. Mereka anggap apa saya? Pohon? Iyasih. Hiks.

Manusia-manusia itu datang dan pergi hilir mudik silih berganti. Ada yang berdua berpasangan yang menghabiskan malam mereka dengan sesuatu yang mereka namakan kencan. Ada pula rombongan mahasiswa yang bersepakat mengerjakan tugas sambil mengisi perut mereka yang sedari pagi memekik kelaparan. Atau hanya kumpulan mahasiswa rantau yang menjadikan tempat mkan itu sebagai tempat mereka mengobrol dari mulai harga cabe sampe rencana naek gunung.

Sampai saya hafal rombongan mahasiswa itu. Mereka selalu datang ramai-ramai seperti konvoi dengan 3 sampai 4 motor berboncengan. Yang khas adalah plat nomor mereka yang seragam--yang tukang parkir itu sebut-sebut sebagai motor berplat Z. Baru saja mereka sibuk berhaha-hihi dalam antrean kasir, tukang parkir itu telah sigap segera mengeluarkan motor-motor mereka bahkan tanpa mereka tunjukan yang mana motor mereka. Lalu saya? Ah saya tentu saja tak secerdas itu menghafal rombogan demi rombongan yang berkunjung. Ada sekitar seratusan orang yang hilir mudik disini setiap harinya. Namun mereka untuk kali pertama berhasil mengalihkan minat saya memandangi bulan malam itu, bahkan ajakan tarian angin pun saya abaikan, bahkan rerintik air itu saya biarkan jatuh  begitu saja tanpa sempat saya tahan.

Syahdan disuatu malam yang bermandi cahaya bulan, seorang gadis berjilbab ungu duduk termangu di meja nomer 16. Keberadaannya menyadarkan saya bahwa malam itu bukan saya satu-satunya yang sendiri. Sementara meja lain disebrangnya diisi dengan pasangan sejoli atau rombongan-rombongan lain. Gadis itu mulai gelisah. Ia mulai memeriksa hapenya dan sesekali lututnya bergerak-gerak ritmis seolah dengan gerakannya itu jarum jam dapat bergerak lebih cepat. Entah sudah berapa lama ia duduk disana.

Ia kemudian merogoh tas, dikeluarkannya sesuatu seperti buku. Lalu ia membacanya. Syahdu. Kegelisahan yang meronta sejak beberapa belas menit lalu akhirnya teredam sudah.

Pesanan si gadis akhirnya datang. Ia seketika menghentikan aktivitasnya dan tanpa pikir panjang segera makan dengan lahap. Raut mukanya tampak murung. Ekspresinya tetap tak berubah hingga makanannya habis.

Tak lama muncul 3 rombongan motor menderum dari kejauhan. Berhenti dibawah saya. Dan seketika rumah makan yang semula sepi akibat rerintik hujan malam itu kini menjadi ramai. Rupanya rombongan itu adalah kawan-kawan si gadis jilbab ungu itu.

"ih deyni tos emam?" salah seorang dari mereka berseru menahan kesal,
"lapar." si ungu menimpali dengan wajah merengut.

Hanya itu yang bisa saya tangkap dari percakapan mereka. Selebihnya saya sama sekali tak familiar dengan bahasa mereka, adalah bahasa yang tak sama dengan yang digunakan tukang parkir atau manusia-manusia lain kebanyakan. Itulah "pembeda" mereka yang akan membuat saya ingat. Ada sekitar 6 hingga 7 orang yang duduk mengelilingi meja dalam lingkaran bersama gadis ungu itu, dan semuanya menggunakan bahasa yang sama. Bahasa entah apa.

Sayup-sayup saya kemudian mendengar ucapan selamat ulangtahun dari mereka silih berganti. Ajaibnya si gadis ungu itu seketika sumringah, seolah baru saja ia dimantrai oleh kawan-kawannya. Apalagi begitu ia mendapatkan bingkisan dan secarik surat. Berjingkrak-jingkrak kegirangan.



Awalnya ia buka suratnya dan ia baca isinya. Jika saya tak salah liat, mata gadis itu mulai berkaca-kaca. Tak lama kesumringahannya bertambah-tambah saat membuka kado dari kawan-kawannya, sebuah switer berwarna hijau stabilo dan jilbab yang sewarna dengan rambut saya ummm-daun, begitu biasa orang-orang memanggilnya.

Begitulah kemudian mereka berhaha-hihi dengan kerasnya. Seolah kemuraman yang semula menyelimuti malam menguap bersama air hujan diganti keceriaan harum bunga tujuh rupa*apasih.

 Hingga kemudian tiba-tiba salah satu dari mereka menjerit lalu berlari-lari seolah dikejar sesuatu. Serangga terbang.

"Cucunguk....!!!" jerit gadis berkacamata.

dan yang lain ikut sibuk berlarian kesana kemari. Satu-satunya lelaki dirombongan itu hanya duduk kalem dan memperhatikan kehebohan wanita-wanita yang menjerit-jerit. Sesekali ia menunduk kalem ketika serangga itu terbang.

"Tenang! Ku deyni ditewak. Kalem!" Si gadis ungu berseru sembari mengelus-elus dada dan mengatur jalan nafasnya. Gayanya seperti ultra man yang hendak menyelamatkan dunia dari monster laba-laba. Gemetar ia menjulurkan tangannya pada seonggok...--ah ternyata sumber keributan itu adalah kecoa. Dasar wanita!

Plok! Tanpa babibu to the point dan tanpa banyak gaya, kecoak itu berhasil ditangkap dengan tangan kosong oleh gadis berambut ekor kuda. Sungguh perkasa. Andai adegan itu diabadikan kamera, niscaya akan keren sekali.

Sejak saat itulah saya familiar dengan keberadaan mereka, saya mulai terbiasa dengan bahasa mereka, tau tawa mereka, dan saya mulai paham persahabatan itu apa. Cukup menarik memahami mereka satu persatu

Sampai saya hafal apa saja yang selalu mereka pesan. Si gadis ungu yang ternyata bernama deyni itu selalu memesan loeboem ati ampela beserta sate ususnya, senada dengan si gadis berkacamata bernama rinda teman berboncengannya. Entahlah mereka seperti satu paket. Terkait satu dengan yang lainnya. Bedanya rinda selalu melakukan ritual tetap sebelum menyantap lumpianya, yaitu diolesi kecap berserta sambalnya. Rinda tak banyak bicara. Ia adalah pendengar yang baik. Tapi komentarnya seolah selalu ditunggu banyak orang. Karena ia blak-blakan, memberi kesan bahwa komentarnya adalah dari sejujur-jujur komentar. Ia tak pernah bermaksud memberi nasehat, tapi deyni--si paling berisik dalam kawanan Z-nya itu-mampu tertegun hanya dengan satu kalimatnya. "gak apa-apa dey. Biasa aja."

Rinda tak banyak mengeluh. Kegalauannya ia simpan rapat-rapat. Namun pernah disuatu hari saya mendapati rinda terdiam diajak bicara oleh seorang lelaki berambut ikal bernama dimar. Saya dengar dimar meminta maaf pada rinda-kalimat yang sepertinya jarang ia ucap.

Dimar malam itu mengenakan kemeja lengan pendek dan sarung. Tumben. Baru kali ini saya melihat penampilannya rapi jali bagai habis sunatan. Dan rupanya saya bukan satu-satunya yang terbelalak malam itu. Deyni juga tampak terkesiap sepersekian detik lalu tertawa terpingkal-pingkal berdetik-detik melihat kawannya seperti habis jumatan di malam rabu. Dimar lalu duduk berhadapan dengan Rinda dimeja nomer 8. Tak lupa sebelum berbicara ia berdehem. Berfikir seolah mengulang rekam kata-kata yang dihafalkannya. Persis seperti orang yang hendak melamar. Saya pun ikut terpingkal dibuatnya.

Padahal yang saya tahu dimar adalah lelaki yang paling cuek dalam kawanan Z-nya itu. Pernah saat dia selesai makan dan hendak pulang dihampiri oleh salah satu pegawai sampai 2kali berturut-turut. Pegawai pertama mengantarkan kuncinya yang tertinggal, pegawai selanjutnya mengantarkan hapenya yang juga ketinggalan. Lihatlah, alangkah cueknya manusia satu ini. Maka adalah peristiwa langka ketika ia begitu mempersiapkan diri untuk peristiwa malam itu. Berpakaian sopan pun rapi, bahkan sebelum pertemuan ia solat dulu betul-betul. Bahkan saya sudah mempersiapkan diri jiga tiba-tiba ada hujan dor dar halilintar malam ini karenanya. *plak.

"Rinda... sorry heueuh?" begitu ucapnya dimalam itu sembari cengar cengir dan tak lupa garuk-garuk.

Beberapa menit kemudian suasana cair lagi. Deyni, dimar, rinda, mereka bertiga tertawa lagi dalam satu meja. Dari yang saya dengar, harusnya ada seseorang lagi yang datang malam itu, namun ia masih dalam perjalanan dari cirebon. Namanya Robbii.

Robbii adalah lelaki satu-satunya yang kalem diserang kecoak terbang dimalam perayaan ulang tahun deyni. Entahlah malam itu mukanya ditekuk dalam-dalam. Rupanya ia sedang marah. Begitulah dia. Aneh. Cara marahnya adalah dengan diam. Membuat orang lain bingung harus berbuat apa. Pesanan favoritnya adalah loeboem sosis atau loeboem bakso dan minumnya air putih dengan tak lupa sambalnya ia campur kecap. Terkadang jika bosan menunggu pesanan ia memesan eskrim coklat. Pernah disuatu malam, di meja nomer 6 dia bercerita mengenai pengalaman luar biasa kepada teman-temannya.

Ia ketika itu tengah kanker. Alias kantong kering. Sementara kiriman dari orang tuanya tidak dalam waktu dekat. Kemudian ia teringat ilmu tentang sedekah yang ia dapat dari ustad favoritnya-ust. Yusuf Mansur. Uangnya tinggal selembar lagi. Rp. 50.000,-. Dengan uang itulah nyawanya harus tersambung dalam beberapa hari kedepan. Namun bismillah. Dengan tekad kuat dan yakin akan pertolongan Allah, ia sedekahkan uang itu. Ajaib. Uangnya berlipat 10 kali lipat. "Masya Allah" tiba-tiba ada seseorang yang Allah gerakkan untuk meminta bantuannya menerjemahkan sesuatu. Tak henti ia mengucap syukur. Dan kawan-kawannya yang mendengarkan ikut hanyut dalam ceritanya.

Robbii juga seolah seperti leader dari kawanan Z-nya itu. Pernah disuatu malam dialah yang memimpin rapat rencana naik gunung. Dia juga yang paling sabar mengoreksi, menjadi pendengar dan mendamaikan kawan-kawannya.

"Zaenudin..." robbii mengoreksi kalimat deyni entah yang keberapa kalinya saat itu. Sementara si deyni masih nyerocos bersemangat menceritakan film 'tenggelamnya kapal Van der Witjck' pada kawanan Z-nya.
"maafkan hayati engku Zaenal."
"Zaenudin deyni."
begitu seterusnya sampai ladang gandum dihujani meteor coklat fan jadi Koko Krunch.

Ah ya, Robbii juga yang paling khawatir berusaha memantau dari jauh dimalam saat dimar dipertemukan dengan rinda pasca marahannya mereka yang menggemparkan seluruh jagat alam raya semesta cetar membahana

Selasa, 25 November 2014

anomali yang hiperbola


Hanyalah kata yang bisa mendeskripsikannya. Tapi ternyata-entah saya harus bangga atau kecewa-saat ini saya jauh lebih cerdas dari kata. Kata bahkan tak cukup hebat menjelaskan apa yang ada difikiran saya. Saya benci harus berkata. Lalu kata membalas kebencian saya. Atau jangan jangan saya dikutuk kata? Saya selalu terbata mengeja kata agar jadi makna. Andai berkata tak harus bermakna. Bingung kan lo? Sama. Saya juga bingung mau nulis apa. *eerrrrrr...

Satu-satunya kata yang bisa saya urai sekarang adalah rindu. Saya rindu. Saya rindu kalian. Tapi rasa rindu saya tak sesederhana itu. Rasa rindu ini sudah mencapai titik dimana saya membenci waktu. Benci karena dia menertawakan saya yang merengek memohon berlutut agar dia berhenti berlari. Dan membawa kalian  kembali. Segera. Sekarang.

Kalian yang mengajarkan bahwa hidup itu sesimpel tertawa. Kalian yang menyihir saya entah bagaimana bahwa kehidupan remaja itu tak melulu soal punya pacar, malam mingguan, dan romantisme klisenya. Kalian yang bilang bahwa persahabatan itu bukan soal kamu ingin aku terlihat bagaimana tapi soal bagaimana aku, tak peduli apa katamu. Saya didewasakan dengan sihir kalian. Tapi ternyata sekarang saya sadar bahwa dewasa itu tak sebercanda itu. Entahlah kenapa saya harus sadar. Mungkin sihir kalian sudah expired. Dan ketika saya mau merestoknya lagi, kalian telah pergi.

Kali ini, izinkan rasa rindu ini menjelma jadi cerita. Walaupun saya bukan andrea hirata tapi disini saya akan mempersunting kata agar kisah kita menjadi fenomenal seperti ada apa dengan cinta.*cuih.

Sebenernya udah pernah nyerita tentang kalian sih. Disini balada wisudanisasi . Tapi kalian itu kayak bakteri. Cepet banget bereplikasi. Ah lagipula saya lagi rindu mau bagaimana lagi. Dengarkan saja sambil menghirup aroma secangkir kopi. 

Saya ingin mengatakan pada semesta bahwa persahabatan kita lebih keren dari laskar pelangi, lebih konyol dari film 5 senti, lebih bagusan drama korea "reply" sih tapi (?). Berkawan dengan kalian seperti dibesarkan bersama teka teki. Labil dan anomali.

Dulu sekali sebelum adam bertemu hawa-kagaklah kejauhan-sebelum cinta bertemu lagi dengan rangga*12taunlalu.red, telah tertanam paradigma mutlak dalam alam bawah sadar saya bahwa wanita itu lembut, anggun, selalu mengalah, feminin, suka boneka, dan tidak suka peperangan. Sementara makhluk bernama laki-laki itu dingin, egois, menyebalkan, gengsi minta maaf, pemberani, selalu merasa benar, dan tak mau mengalah. Tapi tapi tapi voila... keyakinan yang sudah mendarah daging itu musnah menjadi abu setelah mengenal kalian. 

Cewek itu anggun? Hah? Mana ada. Cowok itu tak mau mengalah? Ah nggak juga. Yah kurang lebih ini adalah ekspresi kekagetan paling sederhana yang bisa saya jelaskan mengenai kalian.

Tapi manusia macam apanya kalian tentu tak bisa digeneralisir. Karena yah sekali lagi kalian anomali. Sama seperti saya. Serius. Menemukan kalian diantara milyaran manusia didunia itu seperti menemukan manusia di luar angkasa. Sespesies. Dan langka.



Anggi misalnya. Wanita yang kesingnya seanggun tokoh alya di AADC, tapi dalemnya men, kayak cabe. Pedas. Pedih. Pait. Kadang asin. Dan membakar. Suara boleh halus tapi isinya peluru. Sampe kalo kita kita nih makan trus kurang pedas, anggi sampe bilang, "kurang pedas? Liat saya. Dijamin lada." dan semua sepakat tentang itu. Hey kau, kalo mau janjian sama anggi jangan coba coba telat atau tiba tiba membatalkan, karena jika sampai kau melakukan kesalahan paling fatal setata surya itu maka dia akan membuatmu tak bisa bernafas hingga akhirnya mati aja deh lo. Dia tak akan mengangkat teleponmu, tak akan menjawab smsmu, dan wasap akan di read doang. Bersiaplah dongkol selama beberapa abad kedepan sampai dijah yelow jadi artis sampai firaun terbangun dan maen tamagochi. Tapi kalo dia moodnya sudah membaik, maka ujug-ujug tiba-tiba tak ada angin tak ada hujan badai, dia akan datang ngesms ngajak makan dan menyapamu seolah tak terjadi apa apa. #kanAnjir.

Kalo ada orang lain kesemprot sama anggi, kita-kita akan segera bilang, "maklum ya dia lagi PMS." walaupun kami juga bingung kapan dia gak PMSnya. Awal awal kamu akan shock berat berteman dengan dia, tapi semakin kamu berhasil mengisi teka teki silangnya dengan baik maka marahnya dia itu akan kamu anggap sebagai angkot. Lewatnya tiap saat tapi yaudah papahare aja.

Yang saya suka dari dia adalah dia itu jujur banget. Banget banget malah kadang jeplaknya sampe nyesek. Dan dia juga sangat percaya diri. Optimis. Dan amazinglah pokoknya. Dia juga supel, pandai menguasai topik dan mengarahkannya dan dia juga detail. Jangan salah. Pedas pedas juga dia itu feminin pisan. Jago masak dari alif sampai ya. Gape nyulam, bikin bros, jait, kreasi dari kain flanel or sejenisnya yang ibu rumah tangga banget. 

Mau tau jujurnya anggi sampai gimana?
Ceritanya selesai makan si dimy siap siap pergi dan memakai kacamatanya. Tiba2 anggi bilang...
"dim, jangan pake kacamata ih."
"kenapa?"
"ganteng."
Dan kamu tau respon dimy?
"GOBLOK...!!!"
Ngakak saya guling guling. Orang muji bukannya bersyukur malah ngumpat. Anggi said #kanAnjir.
Iya dimy ganteng sih tapi gak gitu juga dim. Wkwkwk...

Segarang-garangnya gading akhirnya ada yang retak jua. *tak ada gading yang tak retak keles. Apapunlah intinya adalah titik kelemahan dia adalah... Ssssttt... saya bisikin. Jangan bilang siapa siapa oke? Janji? Cak huh hah dor dar gelap fiyuh...
Eng ing eng.... Padang. Wkwkwk... Iya dia suka padang. Entah darimana itu si padang bisa menguncinya hingga tak bisa pergi kemana mana. Daebaklah bisa menjinakkan makhluk bernama anggi.

Menjinakkan saya kira bukan kata yang berlebihan. Karena biasanya anggi yang menjadi penjinak. Katakanlah robbii dimar yang kartu as nya sudah dipegang anggi. Lalu sekarang dimy. Saya sampai bengong liat dimy bisa ketawa ngakak begitu diceritain sama anggi. Soalnya sama lawakannya aja si dimy ga ketawa tuh. Tapi kalo lawakannya garing sih iya dia ketawa sendiri.

Ya makhluk anomali selanjutnya adalah dimy (yang lagi ngupil)


Dimy itu yang paling irit ngomong sebenernya. Tapi karena dia salah gaul (gaul sama kami,red) jadinya begitu itu gak keruan. Kalo ngomong suka ngajak mikir dan habis itu ngakak. Kayak kejadian ini:
Inyong: dey, firaun sebelum mati teh sempet masuk islam ya?
Saya: hah? Nggak kok.
Dimy: iya sebelum mati dia sempet masuk laut.
Saya: zzzzzzz

Atau ini, ceritanya bahasan kita tentang jodoh.
Anggi: one day you'll find someone who shows you why it never worked out with someone else.
Dimy: itu maksudnya gimana gi?
Inyong: translate-in gi biar paham
dimy: iya translate-in. Toefl gue cuma 300. Ngisi nama doang.

Trus pas saya ngutip kalimat dari meme...
Saya: i found the right one in the.... *lupa
Dimy: in the kitchen....
Anggi: *ngakak.

Atau pas saya ingin belajar menjadi wanita anggun.
Inyong: mana ada anggun, kamu mah agnes.
Saya: iya nyong banyak sih yang bilang saya mirip agnes
dimy: ckckck... Agnes. Agak ngenes.
#kanAnjir.

Dan kalo ngomong selalu muter. Jaim tingkat dewa.
Ceritanya dimy ngajak makan kita2 dan minta sy jarkomin.
Dimy: makan kenyang nih kayaknya.
Saya: hah? Dimy gak salah ngirim line kan?
Dimy: nggak. Siapa tau masih laper. Dimy tadi puasa.
Saya: yaelah kenapa gak to the point sih.
*kan jadi pengen garuk garuk tanah.

Hingga pas suatu hari dia ngajak makan lagi, tapi karena selalu ngedadak dan kami masing masing udah terlanjur punya janji atau udah makan, maka harusnya sih kami bilang gabisa. Tapi karena kami prihatin juga sih kasian keseringan liat dia ditolak, sebagai sesama jomb-ah bukan- tuna asmara kami pun sepakat mengantarnya makan. Nganter doang coba gila, yang nganter seRT yang makan dia doang, gak setia kawan apalagi kita? Wkwkwk.

Poin penting yang ingin saya garis bawahi dalam tulisan ini adalah. Berkawan itu bukan ilmu eksakta tapi ilmu sosial. Tak ada kata seharusnya begini dan seharusnya begitu namun bersahabat itu fleksibel dan dinamis. Saya selalu terperangah terpesona menganga menemukan pernik kehidupan disekeliling saya.

Anggi yang dengan segala kodratnya diciptakan sebagai wanita ternyata dia adalah makhluk yang sangat mahal mengucap kata maaf. Tapi lihatlah, justru dengan tampang cueknya dia bisa mudah masuk ke dunia siapapun. Yang kadang saya iri dengan cara fikirnya.

Lalu dimy yang seorang lelaki yang tampangnya garang atlet basket sejati. Ternyata dia peka. Hahaa... Saya kira dia tidak ngeh kalo saya kemaren agak kesel sama dia. Tapi kemaren doang sih habis itu biasa lagi udah lupa.

Tapi wasapnya semalam telah sukses membuat saya antara ngakak, heran, melongo, dan geleng geleng kepala gak percaya.

"maaf ya dey pas makan kemaren. Becanda dimy berlebihan."

Aih kalian membuat saya teringat hujan. Bahwa rasa syukur saya karena masa muda saya pernah beririsan dengan manusia macam kalian adalah sebanyak tetesan air hujan di sore tadi. Terimakasih teman karena telah sukses membuat saya tertawa, marah, dan menangis disepanjang taun ini. :').

Waduh ngantuk bro *garuk2. 
Jam berapa sih nih?*lirik jam. Jam 2. *Tepok jidat.
Lanjut kapan kapan deh.
Masih ada cerita tentang rival berantem basketnya dimy yaitu dimar (yang lagi mangap baju biru), sang penakhluk gunung yaitu inyong (lagi bengong baju item ransel gunung isi laptop), lalu casanova robbii (pake topi ransel ijo tak terdeteksi), dan terakhir rindaros (jilbab merah).

Btw mereka lagi apa coba bisa terperangah begitu rupa kayak yang baru liat duit segepok. Hoo ternyata tak semewah itu, mereka hanya baru melihat ikan di akuarium besar di gembira loka. Norak kan? Ckckckkc...

Kamis, 13 November 2014

Rectoverso

Aku jatuh cinta...
pada seseorang yang bahkan sampai hari ini pun aku tak tau warna matanya...
Mungkin hijau...
mungkin juga coklat muda...

***
....
Kisah aku tentang seorang sahabat aku yang lahir di negeri orang.
Dia hidup dalam keluarga yang sangat sederhana.
Setiap kali ibunya harus menyediakan ayam sebagai lauk, ibunya harus pergi ke pasar untuk membeli ayam.
Tapi cuma bagian punggungnya saja. Cuma itu yang mampu dia beli...
Akhirnya, sahabat aku itupun tumbuh dewasa dengan hanya mengetahui kalo ayam itu cuma mempunyai bagian punggung.
Dia tak pernah tau... Ada dada, paha, atau sayap.
Punggung...
Menjadi satu-satunya definisi dia mengenai ayam.

Kalau aku...
...
Aku jatuh cinta...
Aku jatuh cinta, pada seseorang yang hanya sanggup aku gapai sebatas punggungnya saja.
Seseorang yang hanya sanggup aku lihat bayangannya, tapi tak akan pernah bisa aku miliki.
Seseorang yang hadir bagaikan bintang jatuh.
Sekelebat.
Kemudian menghilang begitu saja.
Tanpa sanggup tangan ini mengejar.
Seseorang yang hanya bisa aku kirimi isyarat. Sehalus udara, langit, awan, atau hujan.

Tapi sekarang justru menurut aku sahabat aku itu orang yang paling berbahagia.
Dia bisa begitu menikmati punggung ayam karena cuma itu yang dia tau.
Sedangkan aku,
aku justru orang yang paling bersedih.
Karena aku tau.
Apa yang tak akan pernah bisa aku miliki...

***

"Dan pemenangnya adalah...., eng ing eng..... Al...."
"Ayo Al sekarang kamu boleh pilih, kamu boleh tunjuk siapa saja yang akan kamu suruh-suruh."
...
"Raga...., boleh minta tolong nyalakan lampu itu lagi?"

***

Aku sudah tau warna matanya... Coklat muda.... Dan itu sudah lebih dari cukup.
...

(dee, 2013)
-Rectoverso-

Jumat, 26 September 2014

mengumpulkan jejak yang terserak

"Hallo. Nama saya Rini dan cita cita saya ingin jadi insinyur peternakan seperti bibi saya."

Baru saja saya dapat quote yg keren banget. Katanya ketika kita lelah, maka lihatlah kebelakang, lihat sudah sejauh mana kita melangkah.
Pertanyaannya. Jadi saya sudah lelahkah? Ya. Saya tengah mati matian menahan tangis. *pelukboneka. *yaiks. Wkwkwkk.

Saya ingin memanggil memori saya satu persatu dalam pencapaian cita cita saya hingga sampai disini. Betapa 7tahun lalu tak pernah terbayang sedikitpun saya akan jadi dokter gigi. Tak pernah. Biarlah tulisan ini sebagai penyemangat. Sukur sukur bisa menginspirasi pembaca. Bahwa betapa hidup itu penuh perjuangan, jendral!

Oke mulai dari sebuah diary saya 7 tahun lalu yang mengejutkan saya. Kita lihat. (hiks tolong maklumi kalo bahasanya alay. Itu jaman saya ababil)

......

Diary itu saya tulis 7sept 2007. Haha. Saya memang benci biologi. Benci sekali sampai ubun ubun. Dibanding semua mata pelajaran IPA saya paling benci biologi. Sebaliknya, matematika kimia fisika saya suka sekali, bahkan nilai saya diketiga mata pelajaran itu adalah tertinggi dari semua kelas IPA, tapi hanya ketika ulangan harian. Hahaaaa.

Saya paling suka matematika. Suka sampai ke darah daging pokoknya. Saya selalu akrab dengan guru matematika saya dari orok sampai SMA saking cintanya sama angka. Hahaaa.
(udah. lu dengerin aja deh ya gue lagi narsis. Jangan banyak protes. Lu iyain aja biar cepet kelar ceritanya, wkwkwkw).

Cinta saya pada matematika yang sangat konsisten ternyata tidak berlaku untuk cita cita saya. Setiap ditanya cita2, saya selalu menjawab berubah ubah sesuai kondisi lingkungan dan cuaca saat itu.

Jika dekat dengan bibi saya yang lulusan insinyur peternakan, saya dengan lantang akan menjawab ingin jadi insinyur peternakan ketika ditanya cita2 karena terinspirasi melihat kesuksesan bibi saya yang jadi apoteker di bogor(?) *bingungkanlo.

Pas lagi sayang-sayangnya sama Papah yang lagi baik banget ngasih sepeda baru ketika sepeda saya yang lama sudah tinggal tulang belulang maka dengan lantang cita2 saya adalah ingin jadi polwan. Huehehee...

Begitulah, sejauh ini cita2 yang pernah singgah diotak saya adalah jadi arsitek karena saya suka nonton home sweet home, jadi desainer karena saya suka gambar barbie berganti gaun, jadi wartawan karena tiba2 sy pernah dipuji guru PPKN pas presentasi makalah di SMP, jadi penulis karena waktu SMP dulu lagi booming film eiffel im in love dan tetiba saya berhasil merampungkan 2 novel saya, jadi guru karena dulu pernah dipuji guru pas ngejelasin trigonometri didepan kelas, dan ketika peradaban saya mulai maju saya mulai kepikiran untuk masuk STAN. Hingga cita-cita itu bertahan lama sepanjang masa SMA saya.

Menginjak kelas 3 SMA, saya mulai berfikir rasional dalam mempertimbangkan cita2 saya. Saya suka matematika dan saya mantap masuk STAN akuntansi. Tapi, kendalanya adalah ujian masuk STAN ada diakhir. Setelah SIMAK UI, PBS UGM, UM UGM, dan SNMPTN berlalu baru ujian masuk STAN. Tidak mungkin saya melewatkan serangkaian jalan masuk PTN favorit lain demi menunggu STAN. Bagaimana kalo trnyata saya tak masuk STAN? Walau bagaimanapun saya harus punya PTN pegangan. Begitu fikir saya ketika itu.

Maka, mulailah saya daftar PMDK UI. Ketika itu dipilih 4 calon mahasiswa PMDK yang terbaik disekolahnya untuk masuk UI lewat jalur rapot. Saya lihat rapot saya tidak terlalu buruk ketika itu. Ah ya, syaratnya ketika itu adalah nilai rapotnya naik secara konsisten. Sementara saya? Hahahaaa ngekek jungkir balik. Naik turun bro kayak jalan yg blm diaspal. Garinjul.

Saingan saya di sekolah saya ketika itu ada 4. Yang terjenius di SMA saya ketika itu memilih FK UI, menyusul yang kedua milih Psikologi UI, Teknik Kimia UI, dan yang terakhir milih teknik Industri UI kalo gak salah. Dan saya pilih akuntansi UI. Nilai rapot saya bersaing dengan si TI UI. Beda tipis kata guru BP saya, dan saya tak lolos. Yang lebih keren ke4 teman saya yang daftar PMDK UI lolos ke4nya. Yasudah bukan rezeki saya. Tarik nafas panjang.

Lalu saya beralih ke PMDKnya UGM. PMDK UGM ternyata tak seperti UI. Semua yang merasa nilai rapotnya bagus bisa daftar, namun masih ada tes tulis dan wawancara. Nama PMDK di UGM adalah PBS. Penerimaan Bakat Swadana. Pertanyaannya adalah, saya daftar jurusan apa? Saya ingin sekali daftar akuntansi UGM ketika itu. Tapi konsekuensinya pada tes tulis saya daftar tes IPC (ilmu pengetahuan campuran). Jadi saya harus belajar semua mata pelajaran IPA juga IPS bersamaan. Saya teler.

Lama saya berfikir antara keukeuh daftar akuntansi atau terpaksa memilih jurusan dari jalur IPA. Tak lupa saya libatkan Papah dan Mamah dalam diskusi penentuan masa depan saya*halah. Tak disangka, mamah menginginkan saya jadi dokter.*jeger!!*petir cetar membahana badai tornado.

Begini kalimat mamah ketika itu.
"Dokter gigi we, Ni. Keun we teu kudu dokter umum. Yeuh, mun dokter gigi mah moal aya nu gegedor tengah peuting ngan saukur nyeri huntu. Teu cara dokter umum. Can aya nu jadi dokter dina keturunan urang. Bayangkeun kumaha atohna aki jeung nini di sawah teh cenah 'emh gustiii incu kuring jadi dokter.' kacipta we atohna."

Hati siapa yang tak tersentuh?
Translate:
"Dokter gigi aja, Ni. Gak apa apa ga perlu dokter umum. Kalo dokter gigi kan gak mungkin digedor rumahnya tengah malam hanya karena sakit gigi. Gak kayak dokter umum. Belum ada yang jadi dokter dari keturunan keluarga kita. Bayangkan gimana senengnya kakek sama nenek di sawah, 'Gusti Allah trnyata cucu saya jadi dokter'. Bayangin gimana senengnya mereka."

Kebetulan dari kelas 2 SMA saya pasang behel/braket cekat. Saya sudah sering bolak balik dokter gigi untuk kontrol. Jadi sedikit banyak saya tau kerjanya dokter gigi. Bismillah. Saya pun memilih jurusan pendidikan dokter gigi. Lalu pilihan kedua? Lagi lagi saya galau. Hanya karena suka kimia saya pilih teknik kimia. Maka jadilah saya ikut tes PBS dengan pilihan 1 PDG dan 2 tekim.

Cukup banyak yang ikut tes PBS dari sekolah saya. Tempat tes tulis di jogja. Dan saya berangkat dengan ibu saya berdua. Ibu saya mengajari saya berangkat naik bis budiman. Lalu dari stasiun giwangan naik bis jalur 7 turun di hotel Ishiro jakal km 5. Dihotel saya sudah dipesankan kamar oleh sahabat saya sebutlah namanya Cici. Dia daftar FK UGM. Cici berangkat bersama keluarganya. Ada ibu, kedua kakak lelakinya, beserta kakak iparnya. Kamar mereka tepat disebelah saya. Disebrang saya adalah kamar Kiki dan Pur, laki-laki. Mereka juga daftar FK UGM. Sepertinya dari sekian yang daftar PBS UGM, cukup terhitung jari yang memilih selain FK UGM jurusan pendidikan dokter.

Saya dan ibu baru tiba dipenginapan siang hari. Setelah keliling jakal mendatangi bekas kost mamah saya dulu pas jaman kuliah. Ah ya, ibu saya alumni MIPA UGM. Jurusan fisika. Kata mamah, kalo saya keterima di UGM saya lebih baik kost di bekas kost ibu dulu. Tempatnya memang tua tapi sepi, kondusif untuk belajar. Saya bilang sama ibu kalo saya masih menginginkan STAN.

Sore hari dari rumah ada yang nelepon ibu, ketika itu saya tengah shalat ashar ketika ibu berbicara di telepon. Entah kenapa, ibu saya memekik ketika menerima telepon. Ia menangis sesenggukan menahan jerit. Sontak saja shalat ashar saya jadi tak khusu.

Selesai shalat, ibu cerita kalo kakek meninggal. Innalillahi wainnailaihi rojiun. Saya mematung menyaksikan mamah yang menangis sedemikian pilu. Saya masih ingat, ketika itu jogja tengah diguyur hujan lebat terlihat jelas dari jendela.

"kumaha atuh Ni? Kudu kumaha mamah teh? Lamun teu uih ka tasik da bapak, bapakna mamah sok bayangkeun, pupus. Tapi lamun mamah uih kumaha budak rek ujian asup kuliah." mamah menangis semakin pilu.

Translate: bagaimana ini, Ni? Mamah harus gimana? Kalo mamah gak pulang ke tasik, papa nya mamah bayangin, meninggal. Tapi kalo mamah pulang gimana anak mamah mau ujian masuk kuliah?

Ketika itu saya juga ingin nangis rasanya. Tapi saya harus tegar didepan Mamah supaya mamah percaya kalo saya kuat. Maka bismillah saya jawab.
"Mamah pulang aja ke tasik. Gak apa apa deyni di jogja aja untuk ujian. Disini ada cici, kiki, sama pur. Deyni nanti bareng mereka. Mama jangan khawatir." jawabku sembari tersenyum menguatkan ibu.

Begitulah singkat cerita akhirnya ibu saya pulang duluan ke tasik, meninggalkan saya sendiri di kamar hotel yang luas di tempat asing, jogja.

Kau tau beban mental saya ketika itu? Yang ada difikiran saya ketika itu adalah, ibu saya tidak menemani ayahnya meninggal hanya karena saya. Saya yang mau masuk universitas. Jika karena ini ibu saya harus merelakan saat saat terakhirnya dengan ayahnya, maka paling tidak saya tidak boleh membuat ini sia-sia. Sejak malam itu saya bertekad untuk serius belajar agar masuk UGM kedokteran gigi.

Malam sebelum ujian, cici, kiki, dan pur main keliling jogja entah kemana bersama kakak kakak permatagama (persaudaraan mahasiswa tasikmalaya gadjah mada). Sementara saya? Saya menolak halus dan lebih memilih belajar sendiri di kamar hotel.

Esoknya kami bergegas turun untuk sarapan. Ada kejadian lucu begitu selesai sarapan. Kiki dan Pur pamit ke kamar sebentar untuk mengambil kartu pengenal ujian, namun beberapa saat kemudian mereka kembali dengan tergesa gesa dengan wajah panik. Katanya kunci kamarnya patah, sembari memperlihatkan kuncinya yang patah. Buru2 ibunya cici memanggil petugas hotel untuk membuka pintu kamar. Saya dan cici menunggu dengan panik dibawah sembari sesekali melirik jam. Alhamdulillah kamar bisa trbuka lebih cepat dari yang kami kira. Dan kamipun bergegas untuk berangkat ujian menyongsong masa depan.

Saya ujian di fakultas kehutanan. Dalam sebuah ruangan yang berisi banyak sekali petugas penjaga. Membuat ciut siapa saja yang masuk kedalam ruangan. Jangankan menoleh kanan kiri, untuk bernafas saja rasanya horor sekali ketika itu. Dan bayangkan. Kamu yang SMA mu dari kota kecil yang bahkan untuk lihat dipeta saja harus di zoom dulu. Harus bersaing dengan siswa lain yang pas ujian pake seragam sekolah mereka yang gagah perkasa silau menyilaukan itu. Mereka masing masing duduk di depanmu, belakangmu, dan kanan kirimu. Sumpah deh, itu adalah hari termenegangkan sepanjang sejarah hidup saya melebihi tegangnya menunggu hasil kelulusan UN.

Ada beberapa bundel jenis soal yang dibagikan ketika itu. Seperti biasa, dengan songongnya saya sangat percaya diri ketika mendapatkan bundel matematika. Namun apa yang terjadi? Soal pertama saja nyali saya sudah menciut jadi sebesar upil. Pas bahasa inggris? Alamakjaaannn, jangankan menjawab soal, baca instruksinya saja saya gak ngerti. Beneran deh. Soal PBS bahasa inggris ini lebih sulit dari toefl. Padahal selama kelas 2 dan 3 saya ikut les inggris. Hiks. *galisumur.

Dan begitu bel tanda ujian berakhir, leher saya rasanya rontok semua karena kelamaan menunduk membaca soal dengan jarak sebuku jari dari mata*lebay. Intinya saya betul betul pasrah. Adalah keajaiban dan doa ibu yang membuat saya bisa dinyatakan lolos dari soal soal ganas itu.

Seperti yang tadi diceritakan bahwa saya sendiri dijogja. Maka pulangnya, saya diberi tumpangan gratis naik mobil cici untuk pulang ke tasik. Alhamdulillah senang sekali bisa akrab dengan cici sekeluarga.

Singkat cerita dari semua yang daftar PBS yang keterima dari SMA saya hanya yang daftar Ilmu Gizi, teknik industri, dan saya pendidikan dokter gigi. Masya Allah. Saya langsung sujud syukur. Menangis dipelukan ibu dan nenek. Dan almarhum kakek. Ini untukmu kek. Hiks. :').

Postingan selanjutnya akan saya ceritakan tes wawancara saya yang super duper konyol dan sotoy marotoy.





koas galau

Kamu merasa dunia begitu sempit? Pengap. Rasanya semua usahamu tak menampakkan hasil barang setitikpun padahal ladang gandum sudah dihujani meteor coklat dan jadilah koko krunch. Kamu capek? Lelah? Rasanya pengen kabur sejenak dan semedi di gunung sambil menekan tombol pause agar jam dinding berhenti berputar?
*pukpuk .. Ingatlah kisah ini:

"kemudian rasa sakit akan melahirkan memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia (Maryam) berkata, "Wahai, betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku mnjadi seorang yang yang tidak diperhatikan dan dilupakan. Maka dia (Jibril) berseru kepadanya dri tempat yng rendah, "Janganlah engkau bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu." (QS Maryam: 23-25)

Ketika Maryam rasanya ingin mati saja karena kepayahan menahan sakit. Jibril menghiburnya dan menyuruhnya menggoyangkan pohon kurma agar buahnya jatuh. Bayangkan dong ibu hamil tua yang menahan sakit banget aja diminta untuk ikhtiar menggoyangkan pohon kurma agar bisa makan. Pernah lihat pohon kurma? Itu gede loh. Menggoyangkannya perlu tenaga banget apalagi oleh ibu hamil.

Semuanya perlu sabar dan ikhtiar. Bahkan ketika kamu merasa hopeles banget dan rasanya pengen gali sumur. Tetep jangan lupa terus ikhtiar.
"Ujung ikhtiar manusia adalah awal pertolongan Allah. Sehingga berikhtiarlah sampai ujung. Sampai ujuuuuung sekali. Sampai rasanya kamu tak sanggup untuk lebih dari ini. Maka insya Allah pertolongan itu pasti akan datang. (sit. Widya Kumalasari, 2013)."

-koas yang lagi galau-

hanya tulisan

"bahkan kini awan berbaikan dg malam yang meniadakannya. Lebih baik seperti ini. Menghilang saja daripada nampak namun mendung. Memuntahkan hujan di musim kemarau hanya membuatnya nampak bodoh di mata semesta. Lebih baik seperti ini. Langit gelap tak berawan. "

Lucu sekali. Saya seperti dendelion yang terbang terbawa angin. Tergantung angin mana yang menerbangkannya ia akan ikut hanyut tanpa tau dimana sebetulnya ia harus berpijak. Bodoh. Ah tidak. Saya tidak mengumpat pada dandelion. Saya suka bunga itu. Cantik. Saya hanya merutuki diri.

Bagaimana ini? Saya bukan mario teguh yang setiap katanya adalah mutiara yang semua orang berebut mendengarnya. Tapi saya ingin blog ini juga menyimpan banyak cerita. Maka simsalabim alaihim gambreng saya tetiba dirasuki mamah dedeh nulis sesuatu tentang makna hidup atau cerita berhikmah yang saya rewrite disini.

Waktu berganti. Aha saya menemukan sajak liukan penuh ruh sastra dalam tulisan sang pujangga. Maka jeng jeng jeeeeenggg tetiba saya disulap bagai sapardi djoko damono dalam menggubah kata.

Atau kadang ketika saya lagi kesal luar biasa sementara hanya tulisan yang mengerti bahasa saya, maka taraaaaaaaa.... saya memperlakukan blog ini bagaikan buku diary. Aneh sekali.

Kadang saya ingin sekali blog saya dibaca siapa aja orang yang mau berbaik hati membaca kekacauan otak saya disini, tapi kadang juga tak mau ada yang bacaaaa pengen diumpetin aja kayak diary. Aih...

Tolong beri saya alasan untuk terus menulis tanpa peduli mau berada dimana muara blog ini sebetulnya!

Saya suka dongeng, saya suka sastra, dan saya juga suka curhat. *eh.

Haruskah saya menggabungkannya?

Yup, ide bagus.
Oke done!!

Minggu, 07 September 2014

that perfect girl is gone


Let it go, let it go!
Can't hold it back any more.
Let it go, let it go!
Turn away and slam the door.
I don't care what they're going to say.
Let the storm rage on.
The cold never bothered me anyway.

Siapa sih yang gak tau lagu ini? Lagu yang lagi happening bingits. Yah kecuali buat kamu yang lama tinggal di gua. Dan saya, manusia yang sebenernya gak begitu update sama lag-lagu luar, tiba-tiba menambahkan lagu ini di playlist hape saya. Gila akhirnya gueh jadi anak gahol. Wkwkwk. Gara garanya lirik lagunya yang dalem banget sih. Its like a mirror for me.*hasyah.

Well, jadi lagu diatas adalah soundtrack dr film animasi berjudul frozen. Film yang memiliki makna sangat dalam. Very deep lah pokoknya. Sampe2 saya sudah nonton film ini 3 sampai 4 kali kagak bosen-bosen. Oke dengerin nih ya saya mau cerita... Ehem uhuk *benerinjilbab.

Alkisah, disebuah negeri hiduplah kakak beradik yang sangat kompak, rukun, dan saling menyayangi. Sang kakak bernama Elsa. Ia sangat menyayangi adiknya Ana. Mereka sering bermain salju bersama-sama. Terlebih elsa yang ternyata memiliki kekuatan ajaib yaitu kekuatan menciptakan es/salju buatan dari ujung-ujung jemarinya.



Lalu di suatu malam, ana membangunkan elsa. Ia merengek mengajak elsa bermain salju dan membuat boneka dari salju. Elsa pun memenuhi keinginan ana dan mereka bermain salju di aula istana. Ah ya saya lupa mengenalkan mereka bahwa mereka adalah anak dari raja dan ratu dari negeri Arendele. Oke balik lagi ke cerita. Sampai mana tadi? Ah ya... Ketika tengah asyik bermain salju, Elsa kewalahan menghentikan Ana yang terlampau semangat melompati gundukan salju, sehingga Elsa terpeleset dan luncuran salju dari ujung jarinya lepas kendali dan mengenai kepala Ana. Gedubrak. Ana terjatuh dan ia pun tak sadarkan diri. Sebagian rambutny memutih. Tak hanya itu, sekujur tubuhnya membeku dan Elsa tentu saja panik memanggil ayah dan ibunya.



Untungnya ayah elsa sigap membawa ana kepada seorang kenalan yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit Ana. Sang penyembuh berkata "ana dapat sembuh. Untungnya yang trkena serangan adalah kepalanya. Bukan hatinya. Jika hati yang terkena maka tak bisa disembuhkan." begitulah hingga akhirnya Ana dapat smbuh seperti sedia kala namun konsekuensinya adalah seluruh ingatannya hilang termasuk ingatannya mengenai kekuatan yang dimiliki kakaknya, elsa. 

Orang tua elsa meminta elsa untuk belajar mengendalikan kekuatannya. Dan menyembunyikannya dihadapan semua orang termasuk adiknya. Ayahnya bahkan memberikan elsa sarung tangan agar tangan elsa tak sembarangan membekukan apapun yang ia sentuh. Begitulah hingga sang raja memutuskan untuk menutup rapat2 istana dari orang2 luar. Bahkan prajurit istana pun dikurangi dan hanya prajurit terpilih yang dibiarkan tetap dalam istana.

Sejak kejadian cederanya Ana oleh kekuatan sihir elsa. Elsa memutuskan untuk menjauhi ana dan tak pernah mau lagi bermain ataupun hanya sekedar bertemu dengan Ana. Tapi ana tak pernah bosan mengetuk pintu kamar elsa, memanggilnya, dan mengajaknya bermain. Adegan ini bikin saya berkaca-kaca deh. Hiks. Kebayang dong gimana menderitanya jadi elsa yang harus mengunci diri bahkan dari adiknya sendiri. Padahal maksudnya baik, ia hanya ingin melindungi adiknya dari kekuatan sihirnya. Dan ana yang tak mengerti apa-apa, tentu saja sedih karena kakaknya tiba tiba berubah drastis menjauhinya. Begitulah hari demi hari mereka lalui dengan kesepian.

Hingga disuatu hari ayah dan ibu mereka meninggal dalam sebuah perjalanan laut karena diterjang ganasnya ombak. Istanapun berduka. Ana sangat terpukul atas kepergian ayah dan ibunya, semakin membuatnya kesepian karena dalam istana hanya tinggal dia dan kakaknya. Ah ya, bahkan kakaknya tetap tak mau keluar kamar ketika acara pemakaman ayah dan ibunya. "kak, keluarlah, tinggal kita berdua diistana megah ini." bisik Ana dari balik pintu kamar elsa. Elsa ttap tak bergeming, ia menangis di balik pintu kamarnya.

Ana dan elsa kini beranjak dewasa. 3 tahun berlalu sejak kepergian ayah dan ibunya. Saatnya elsa diangkat menjadi putri di kerajaan arendele. Itulah untuk pertama kalinya pintu2 istana dibuka lagi setelah bertahun2 terisolasi dari dunia luar. Ana tentu saja sangat excited menyambut hari tersebut. Elsa sebaliknya, ia sangat gugup menanti hari itu, hari dimana ia akan berhadapan langsung dengan rakyatnya. Ia khawatir akan melakukan kesalahan dan mengungkapkan kekuatannya. Namun ketika upacara pengangkatan tersebut, elsa berhasil mengontrol kekuatannya dihadapan orang banyak. Ketika pembacaan sumpah ia harus membuka sarung tangannya dan mengenggam cangkir dan sesuatu seperti tongkat yang hampir saja membeku dalam genggamannya. Tapi untungnya semua berjalan dengan baik.



Pesta rakyat pun berlangsung semalaman diseluruh istana. Dengan gugup untuk pertama kalinya setelah sekian tahun elsa dan ana akhirnya dapat bertegur sapa. Mereka berbincang, nampak sangat canggung. Elsa yang anggun dan Ana yang sedikit clumsy nampak tersipu-sipu diawal percakapan. Dan ditengah percakapan, ana mengutarakan keinginannya untuk membuka pintu2 istana seperti ini setiap hari. Padahal maksudnya berkata seperti itu hanya untuk mengutarakan kebahagiaannya hari itu. Namun tak disangka Elsa marah dan tanpa sadar ia menolak dengan reaksi berlebihan. Membuat ana tersinggung dan merasa sedih. Ditngah kesedihannya ana bertemu dengan seorang pangeran tampan. Hanya dalam hitungan jam mereka langsung akrab dan konyolnya ana langsung mengiyakan ketika si pangeran melamarnya. *what?



Tak sabar ana dan sang pangeran bergegas menemui elsa untuk meminta restu darinya. Dan tentu saja elsa menolaknya. Merestui adiknya untuk menikah dengan seseorang yang baru saja ditemuinya? Helloooo,,,, dikira segampang nyari upil apa? *sabarsabar *pukpuk.

Mendengar ketidaksetujuan elsa atas hubungan ana dan pangeran, ana pun marah dan ia meminta penjelasan elsa mengenai alasan ketidaksetujuannya. Ana menarik sarung tangan Elsa dan melepasnya ketika elsa hendak menghindar. Elsa yang sarung tangannya dilepas sedikit panik namun ia berusaha mengontrolnya. Tetapi ana malah semakin memancing emosinya, maka tentu saja elsa semakin lepas kendali dan tanpa sengaja ia meluncurkan es batu dari ujung jari-jarinya yang tidak menggunakan sarung tangan.

Seisi istana kaget bukan main melihat kemampuan elsa. Ditambah lagi ada orang jahat yang mengompor-ngompori rakyat dengan mengatakan bahwa elsa adalah ahli sihir dan monster berbahaya. Elsa ketakutan. Tanpa sengaja tangannya membuat apa saja yang ia sentuh membeku termasuk air mancur dihalaman istana. Rakyat yang menyaksikan kejadian tersebut berteriak ketakutan. Elsa pun segera berlari sekencang2nya menjauhi istana meninggalkan jejak salju dan membekukan apa saja yang dilaluinya.

Sementara ana? Tentu saja ana kaget mengetahui kekuatan ajaib kakaknya. Dan ia merasa bersalah atas sikapnya dan memutuskan untuk pergi mencari kakaknya.

Yah begitulah. Sampai disini saja sudah banyak sekali hikmah yang bisa dipetik. Elsa misalnya yang sudah tak tahan lagi harus bersembunyi dari orang banyak mengenai siapa dirinya tentu saja lama-lama membuatnya stres. 

Bertahun-tahun mensugesti diri, dont let them in, dont let them see. Be the good girl you always have to be. Conceal, dont feel, dont let them know...

Dan saya dengan segala kesotoyan saya bisa merasakan alangkah menderitanya jika jadi dia. Anggaplah kekuatan salju yang dimiliki elsa adalah bakat seni yang saya miliki *halah halah *toyorkepala. Saya suka bernyanyi. Kapanpun. Tak tau waktu. Tapi sebagus apapun suara saya, paling banter saya hanya bisa konser dikamar mandi, hiks. Itu kali ya yang dirasakan elsa pas dia harus mengendalikan kekuatan saljunya dikamarnya. *apasih.

Elsa berlari meninggalkan istana. Ia malah membuat istananya sendiri disebuah pengunungan utara. Istana yang terbuat dari es. Megah. Cantik. Berkilau. Dan yang terpenting tak ada seorang pun disana.

Let it go. Let it go. Cant hold back anymore. Let it go let it go. Turn away and slam the door. I dont care what they're going to say. Let the storm rage on. The cold never bothered me anyway.

Yah, bener kata elsa. Harusnya kita menjadi diri sendiri. Gak usah mempedulikan apa kata orang lain. Capek. Mendengarkan apa kata orang tak akan pernah ada habisnya. Pernah dengar cerita tentang keledai, kakek tua, dan cucunya? Begitulah sikap penonton. Hanya bisa berkomentar. Lalu bagaimana seharusnya kita bersikap? Cukup menjalani apa yang kita yakini.

Kau tau kenapa sekarang tulisan saya sepi di blog ini? Juni. Juli. Agustus. Mereka berlalu begitu saja tanpa meninggalkan jejak tinta apapun di blog ini. Haha ya, saya terlalu banyak berpikir apa kata orang ketika hendak menulis. Itu kesalahan saya. Padahal jika just write what u think and what u feel masalah akan menjadi sederhana.

The fears that once controlled me, cant get to me at all. Its time to see what i can do, to test the limits and break through. No right, no wrong, no rules for me. Im free!

Saya suka kata2 ini. Meruntuhkan semua dinding yang menjulang tinggi yang menghalangi pandangan. Ketakutan. Ya saya benci rasa takut. Karena ia telah mengontrol kita tanpa kita sadari. Mengebiri potensi. Membohongi diri. Takut jika terlalu jujur pada diri. Terhantui sesuatu yang sebenarnya tak ada. Terlalu terpaku pada aturan. Takut dibilang salah. Takut pada kebenaran diri. Just feel free and u can see what u can do.

Yah tapi mungkin dengan begitu elsa tak takut menjadi liar. Tapi saya? Saya takut terlalu liar. Nah loh, ababil kan gue? Zzzzzz.... But easy bro, diakhir cerita kau akan tahu kekuatan lain apa yang bisa mengontrol kekuatan elsa agar tak menjadi liar. Balik lagi ke cerita...

Jadi yang menarik disini, kelihatan sekali bahwa elsa sangat dewasa. Dia sudah gak ababil lagi kayak saya dong. Oho...dia juga teguh pada keputusan awalnya. A ya A. B ya B. Ia membiarkan yang lalu dibiarkan berlalu...

Im never going back, the past is in the past. Let it go. Let it go. That perfect girl is gone. 

Elsa yang cantik. Elsa yang putri dari raja dan ratu dinegrinya. Elsa yang anggun. Elsa yang kaya. Elsa yang bangsawan. Elsa yang cerdas. Keturunan ningrat. Darah biru. Tentu saja harus mati-matian menutupi kekurangannya demi nama baik dia dan keluarganya. Satu2nya cela yang ada pada dirinya adalah kekuatannya. Bayangkan! Yang dianggapnya sebagai kekurangannya justru adalah kekuatannya. Tapi ia kebiri mati-matian kekuatannya itu, hanya demi dianggap perfect. 

Coba kalo ada seorang saja yang mempercayainya. Yang bisa menerima 'kekurangannya', bukan sebagai cela tapi justru melihatnya sebagai kelebihan. Elsa tentu tak akan tertekan bertahun-tahun mengebirinya. Ia hanya butuh orang yang mempercayainya bahwa ia bisa mengendalikan kekurangannya itu menjadi sebuah kelebihan. Ia hanya butuh orang yang menepuk pundaknya dan tersenyum padanya bahwa "itu bukan sesuatu yang memalukan, kau hanya perlu mengendalikannya dan membuatnya bermanfaat." Intinya adalah elsa korban judgement orang yang tak bertanggungjawab. Itulah kenapa saya benci sama orang yang gampang banget suudzon. Gak tabayun dulu langsung menjudge. Kelaut aja deh. *kenapa jadi pake urat? Wkwkwk... Ya Allah jauhkan saya dari sifat suudzon. Aamiin.


Oke oke kita teruskan ceritanya. Sampe mana tadi? Hah? Hmm..
Well, diakhir cerita, seseorang itu yang bisa menerima elsa apa adanya. Tak lain dan tak bukan jeng jeng jreng.... adalah adiknya. Ana. Ana dengan cinta tulusnya mau menerima elsa seluruhnya seutuhnya. Ana yang tau elsa yang sebenarnya namun tak meninggalkannya. Ana lah yang memberikan cintanya yang tulus dan kasih sayangnya kepada elsa. Hingga kehangatan cinta ana mampu mencairkan es yang ada pada kekuatan elsa.*halah bahasa gue sinetron banget.

Yup benar... Ternyata cara untuk mengendalikan kekuatan elsa adalah cinta. Cinta yang tulus mampu mencairkan hati yang beku. Sangat menyentuh kan?. So swiiit bingits kan endingnya?

That perfect girl is gone. You'll never see me cry. Here i'll stand. And here i'll stay. Just let it go. :)


Kamis, 15 Mei 2014

Rabu, 16 April 2014

ini beneran ane?

Tipe Pelaku Santai adalah orang-orang yang ramah dan bahagia. Mereka menikmati kebersamaan dengan orang lain. Cerdas, pandai bicara, jenaka dan penuh pesona, mereka suka menjadi pusat perhatian. Mereka tidak suka sendiri. Semangat hidup mereka membuat orang lain merasa nyaman ditemani mereka dan membuat mereka cepat mengenal orang lain. Tipe Pelaku Santai menikmati saat-saat terbaik dari tiap kesempatan – banyak orang tipe ini berbakat membuat seluruh hidup mereka bagaikan suatu pesta besar. Kebosanan tidak akan terjadi jika ada mereka karena mereka sangat pandai menghanyutkan orang lain dengan antusiasme, suasana hati riang, dan optimisme mereka.

Pemikiran abstrak dan filosofis mendalam mengenai arti kehidupan tidak terlalu menarik minat tipe Pelaku Santai. Mereka pragmatis, realistis, dan benar-benar hidup dalam kekinian. Dalam bekerja mereka juga lebih suka jika semuanya sudah siap sehingga mereka bisa menjalankan tekad mereka dengan sebaik-baiknya. Tidak masalah bagi mereka menangani beberapa tugas sekaligus dan mereka justru gemilang di saat genting! Kegiatan dari beragam bidang dengan banyak kontak sosial sangat tepat bagi mereka. Orang juga jarang menemukan mereka berdiam diri saat waktu senggang; karena sifat mereka yang terbuka dan penuh rasa ingin tahu, kebanyakan dari mereka memiliki banyak hobi dan minat. Mereka tidak takut akan hal-hal yang belum mereka ketahui: karena mereka luwes dan kreatif, dengan cepat mereka menyesuaikan diri dengan situasi-situasi baru dan memanfaatkannya dengan baik. Kadang-kadang mereka terlibat konflik dengan peraturan atau hirarki yang ketat, yang langsung membuat mereka merasa terpasung hingga berontak terhadapnya.

Sebagai teman, tipe Pelaku Santai adalah orang-orang murah hati dan gemar menolong yang sangat mementingkan hubungan harmonis dan suasana yang mendukung. Sikap mudah bergaul mereka membuat mereka memiliki lingkaran besar pertemanan dan mereka suka jika rumah mereka dipenuhi beragam tipe tamu. Dengan senang hati mereka melarutkan diri pada suasana hati dan minat mereka yang spontan ke dalam satu atau dua hal penting saja. Ini membuat mereka kelihatan agak tidak bisa ditebak bagi mereka yang memiliki sifat lebih pendiam. Saat sungguh-sungguh penting, Anda bisa mengandalkan mereka seratus persen. Sebagai pasangan, mereka kreatif, bergerak cepat, dan imajinatif – asalkan pasangan mereka tahu bagaimana membuat mereka terpesona. Mereka nyaris tidak bisa tahan dengan kebosanan atau rutinitas dalam suatu hubungan. Mereka sama sekali tidak menyukai konflik; jika sebuah hubungan jadi membutuhkan terlalu banyak ketahanan atau upaya, mereka cenderung menarik diri dari hubungan tersebut dan mulai mencari pasangan baru. Namun demikian, jika Anda berhasil terus menyalakan rasa ingin tahu mereka dalam jangka panjang dan memberi mereka kejutan dari waktu ke waktu, Anda akan mendapatkan pasangan yang setia dan penuh cinta.

gadis pengigau

Tergopoh-gopoh ia berlari memburu lift yang baru saja terbuka. Namun terlambat, lift sudah terlanjur menutup. Ia pun harus menunggu. Tas punggungnyalah yang membuatnya lamban berlari, terlebih ada setumpuk kertas laporan setebal kamus yang ia peluk kuat-kuat khawatir jatuh terserimpet berceceran. Setelah bunyi 'ting', pintu lift pun akhirnya menggeser juga. Ia pun masuk. Perjalanan dari lantai 3 kelantai 1 serasa sedetik. Entahlah, ia merasa akhir2 ini waktu berlari begitu cepatnya.

Ia ingin sekali segera sampai di kamar kostnya yang hangat. Merebahkan diri. Melemaskan otot-otot punggungnya. Seharian tadi benar-benar berhasil merontokkan betisnya. Perjalanan pulang ia habiskan sembari melamun, kadang bernyanyi pelan, dan kadang menatap langit yang mulai menguning. Ya, setiap hari ia jalan pulang pergi kampus kostan. Hanya perlu berjalan 15 menit memang, tapi lagi lagi itu membuatnya kewalahan mengorek sisa tenaga.

'Kenapa ya? Jangan-jangan aku kurang darah' gumamnya. Akhir-akhir ini mudah sekali ia kelelahan. Sekujur tulang dan ototnya berasa hancur semua. Ditambah lagi sapaan rutin ibu kost setiap kali dia sampai kost selalu sama, "capek ya mbak? Lesu banget." semakim meyakinkannya bahwa sepertinya ada yang tak beres dalam dirinya.


Tak disangka, hilang motor berasa ilang pacar, pikirnya, kayak yang pernah pnya pacar aja. Suatu nikmat memang akan lebih terasa jika kenikmatan itu hilang*tsah. Ya, sebulan lalu gadis beralis tebal itu baru saja kehilangan motor kesayangannya. Motor yang sudah 5 tahun setia ia mandikan, ia kasih makan, mengantar jemputnya kemanapun dia mau. Susah senang bersama. Sukacita dengannya. Nangis bersama tertawa pun bersama. Dan kini ia telah tiada entah kemana. Teganya. Hiks.

Mending hilang karena dijual. Ini dicuri orang. Entah siapa yang tega berbuat demikian pada gadis polos nan ceria itu*halah. Kini ia harus membiasakan berjalan kaki. Sejauh apapun itu. Kekampus sendiri, kewarung sendiri, ke laundryan sendiri, makan sendiri, jalan-jalan sendiri, tidur sendiri, semua serba sendiri. Terlebih lagi yang lebih menyedihkan, setiap dia pulang mudik tak ada lagi yang berlari ceria menyambut kepulangannya *lah emang?

Meskipun berat, ia sekarang sudah mulai menerima kepergian motornya. Ia hanya bisa berdoa, semoga pelaku suatu saat akan sadar dan sehabis bulan puasa ia bertobat dan mengembalikan motor itu pada yang berwajib (?), dan kalo tidak maka akan dikutuk jadi tutup termos. Aamiin. Semoga arwahnya diterima disisi-Nya*iniapasih.

Lama-lama terkurung disekitar kostnya ternyata membuat gadis berjilbab yang-untuk selanjutnya kita sebut saja Dini-ini agak suntuk. Bosan saja melihat hiruk pikuk sekitar kostnya yang itu-itu saja. Orang yang itu-itu saja, terlebih akses warung makan yang itu itu saja. Sepulang dari ingar bingar kampus yang membuat tingkat stressnya tinggi, hanya bisa ia luapkan dikamar ukuran 3x4. Disitu saja. Kalau tidak tidur, paling pelariannya hanya nonton tivi. Membuatnya serasa ingin berlari sejauh-jauhnya dari jogja-kota tempat kuliahnya-untuk kali ini saja. Atau siapalah yang bisa mengajaknya menghilang sejenak. Ia hanya butuh teman bicara sepulang kuliah. Sekedar menceritakan hari-harinya yang itu itu aja dikampus. Menangani pasien, digosipin temen, dimarahi dosen, diPHPin pasien. Sesederhana itu. Maka hilang semua penatnya. Ia hanya butuh telinga. Itu saja. Itulah kenapa kini ia mendadak benar-benar merindukan motornya. Karena biasanya juga motornyalah yang selalu setia mendengar ceritanya. Kurang abnormal apalagi coba dia?

Kekalutan yang seringnya ia tumpuk dipikiran tak dipungkiri lama-lama membuat kepalanya sesak. Ya tentu saja ia punya teman. Banyak malah. Hanya saja, mereka juga sepertinya memiliki urusannya sendiri-sendiri. Memiliki cerita sendiri, memiliki kepenatannya sendiri. Teman-temannya juga sering mengajaknya makan malam. Menghabiskan malam dengan tertawa bersama teman tentu hal yang sangat diandalkan ketika kepenatan itu datang. Tapi sialnya dini selalu merepotkan temannya untuk meminta jemput. Itulah yang membuatnya sungkan mengajak makan jika tak diajak.

Teman-temannya mengenal dini sebagai anak yang ceria, humoris tinggi, pandai membuat orang lain tertawa. Sementara sisi lain pikirannya ia tutup rapat-rapat, entah pada siapa ia muntahkan. Lucu saja rasanya jika tak ada angin tak ada hujan tiba2 ia mendatangi kawan dan menangis sejadi-jadinya. Tanpa sebab. Yang bahkan jika dini ditanya kenapa pun ia tak tau harus menjawab apa. Ia hanya ingin menangis. Ia lelah. Itu saja yang ia tau.

Kini yang ada difikirannua hanya pulang. Pulang ke kota asalnya. Berkumpul bersama ayah,ibu, dan kakak adiknya. Memang bukan dalam rangka curhat sih, hanya ingin bertemu mereka saja. Setidaknya didepan mereka ia tak perlu pura-pura tegar. Itu saja.


Jumat, 28 Maret 2014

karena kita bukan sekedar anak ayam warna warni yang dijual di pasar itu (2)



Oke kita lanjutkan kegilaan kita.

Astari

Dia asli medan tapi keturunan melayunya bukan batak. Walaupun medan, saya melihat gaya bicaranya malah justru lebih ke khas anak jekardah. Di awal semester kuliah kami pernah sekelompok biologi dan molekuler. Itulah yang membuat kami akhirnya nyambung. Begitulah di awal kuliah saya, hantari, astari, dan vista kemana-mana bersama. Saling memfotokopi contoh soal ujian. Belajar bareng, mengerjakan tugas bareng. Kami juga sama-sama aktif di KAMMUS, rohisnya kampus.

Dulu saya paling dekat dengannya. Umurnya yang paling muda tapi saya merasa dia begitu dewasa. Keingintahuannya akan suatu ilmu sangatlah besar. Motivasinya untuk berubah begitu kuat. darinya saya belajar kegigihan. Jiwa berkompetisinya sangat kuat. Mungkin karena kami sama2 bergolongan darah A jadi banyak sifat kita yang sama. sama2 agak teledor, pelupa, sering ketiduran.wkwkwk. Kalo skrg sih sifat saya masih kayak gitu,entahlah dia. Mungkin ibarat kurva dia menanjak, saya flat. *duh. wkwkwk.

Yang paling saya ingat tentangnya adalah pas saya pulang mudik lebaran. Jadi ceritanya saya balik lagi ke jogja pasca mudik lebaran agak awal dari tanggal masuk kuliah karena saya ikut panitia OSPEK kampus yang mengharuskan rapat jauh hari sebelum masuk kuliah. Nah pas nyampe kost saya kaget karena pintu kost masih terkunci dan ibu kost ternyata masih mudik,blom nyampe jogja. Jadilah saya tak bisa masuk kost dan terlunta-lunta dipinggir jalan. Bayangkan! udah kayak TKI ilegal aja deh. hiks. pucuk dicinta ulam pun tiba, ternyata astari sudah dijogja, jadilah saya nginep dulu di astari sampe nunggu bu kost balik dari mudiknya. Zzzzz. sejauh ini, dialah sepertinya satu2nya temen kampus yang pernah nginep dikost saya dan saya juga pernah nginep ditempatnya. hho.
well, Astari juga adalah yang kayaknya paling gahol dalam masalah tempat makan diantara kami. Perpustakaan tempat makannya luas sekali. Hobi kuliner juga kayaknya.


Siti nita

Kami biasa memanggilnya bundo/bundo siti/bundo citiw/buncikiciw/mumuts/citi/dll. Asli Palembang. Dia umurnya seangkatan pangeran diponegorolah dikit. Itulah kenapa dia yang paling dewasa diantara kami. Di awal kuliah, dia adalah mahasiswa yang paling vocal diangkatan. Gak nyangka aja sekarang kita malah se genk. Secara dulu saya vista dan hantari adalah sekumpulan anak-anak polos, imut-imut, pendiem, atau bahasa halusnya agak cupu (cute punya) wkwkk, tapi setelah buncikiciw resmi dilantik jadi ketua genk kami maka kami bertransformasi dengan brutalnya menjadi cherry belle seperti ini, hiks.



Entah gimana awal mulanya, dia tiba-tiba aja jadi sering ikut duduk berderet diantara kami. Emang agak sok akrab kok jadi maklumi aja. wkwk. Dia yang paling ceria diantara kami (baca: berisik). Dia sanguinis sejati. Dia juga organisator handal, konseptor, dan terbiasa memiliki peran dalam ranah organisasi angkatan. Dia anak Pengabdian Masyarakat wannabe. Link nya banyak, pengalamannya banyak, sudah mencicipi asam garam kehidupan banyak, makannya banyak*eh ampun emaaak. Dewasa banget mirip mirip mamah dedeh gitulah. Tinggal bilang “Mama curhat dong.” Maka kamu bisa cerita masalah cobaan hidup, pedihnya ditinggalkan, sakitnya diPHPin, cara menurunkan berat badan, cara marahin tukang galon yang berhari-hari gak nganter2in galon, cara ngelabrak tukang tiket travel yang juteknya alaihim gambreng banget, cara hidup hemat, cara masak pisang yang udah agak busuk benyek-benyek supaya enak dimakan kagak mubazir, apapun deh bisa diceritain dari alif sampai ya. Cuma ya itu harus tahan aja diomelin dulu kira-kira dua jam lah siap-siap sumpel telinga pake kapas, baru deh keluar jurusnya yang bikin cerah wajah karena ketawa. Wkwkwk.

Saya sudah lama menganggapnya sebagai emak sendiri. begitupun dg anak genk lainnya. Kalo diantara kami ada yang bentrok, maka bundo yang bertugas mendamaikan. Dia orang paling to the point sedunia. Suka ya bilang suka. Gak suka ya bilang gak suka. Blak2an. Apa adanya. Yang saya heran bundo selalu yang paling semangat mencarikan jodoh untuk kami anak2nya tercinta. wkwkwk. Dikit2, "eh mau gak gue kenalin sama temen? baik loh. udah kerja. Blablabla" saya juga heran dia itu sebenernya mama dedeh apa bandar biro jodoh. wkwkwk

Pengalaman saya sama dia yang tak terlupakan adalah pas keabisan bensin. Ada mungkin 3 kali saya boncengin dia trus tiba2 ditengah jalan motor saya jalan tersendat2 megap2 kayak lele keabisan aer (baca: bensin skarat). Pengalaman yang paling memalukan yaitu pas keabisan bensin di jakal, tiba2 mesinnya mati gitu ditengah jalan, ya otomatis kendaran dibelakang kita bunyiin klakson berjamaah, trus mau gak mau akhirnya kami dorong ke tepi sambil nyari tukang bensin terdekat. Itu rasanya kalo ada keresek mending nyungseb aja deh. Aih saya jadi curiga jangan2 volume berkurangnya bensin jauh lbh besar pas boncengin bundo.wkwkwk*ampooonnn....

Oh ya bundo satu2nya temen kampus yang pernah maen ke rumah saya loh. Ini penting banget, secara tasikmalaya itu kalo di peta aja mesti dizoom dulu baru keliatan. wkwkwk. Dan syahdan, disuatu sore yang cerah, tiba2 dia nongol aja gitu dibalik gerbang rumah saya. Saya sampe nampol pipi berkali2 karena secara ajaib jangan-jangan jarak jogja-tasik melipat tanpa saya ketahui *yang ini lebay.wkwkk.. and then u know? ternyata eh trnyata sepupunya bundo adalah adek kelas saya pas SMA loh*trus? Oh my GOd oh my no oh my wow...

Bundo adalah teman paling setia kawan setata surya. Magnet pertemanan diantara kita seolah bersumbu darinya. Bundo bilang kumpul malam ini, maka tring! Sekejap mata, kita sudah duduk makan bareng2. Pokoknya ngumpul tanpa bundo itu kayak sayur tanpa garam, hambar*eeaa. Bundo, pokoknya kita tanpa bundo bagaikan cikidaw tanpa aweu aweu*apasihniiii. XD.

-to be continue-

***

Oh ya ngomong2 tidakkah kalian bertanya kenapa judul tulisan ini kayak begitu? Kedengerennya keren aja. Udah. Hhe..*pletak!

Rabu, 26 Maret 2014

Karena kita bukan sekedar anak ayam warna warni seperti dipasar itu (1)



Kenapa keinginan saya menulis selalu tak tahu waktu? Ini jam 1 dinihari dan entah kenapa mendadak jari saya bagaikan digelitiki bulu kemoceng, bawaannya ingin menari di atas keypad laptop. Oke baiklah saya mengalah. Saya buka laptop dan… umm.. ng.. sebenarnya saya mengantuk. Tapi saya merasa ini harus segera ditumpahkan. Harus segera diurai. Harus segera dikeluarkan. Keburu lupa. Keburu ilang. Mumpung otak saya lagi beres. Mumpung saya belum tidur. Dan ahsudahlah intinya ada hal penting yang harus saya sampaikan disini. Penting sekali. Lebih penting dari sekedar siapa peserta idol yang terelilminasi malam ini. Sungguh.

Jadi saya tadi habis makan malam bareng temen segenk di kampus. Kita masih sama gilanya seperti biasa. Masih saling minjem uang kalo makan, masih membabi buta kalo foto selfie berjamaah, masih dengan karakternya masing-masing, si A masih pelit dari lahir, si B masih tulalit dari orok, si C masih sotoy dari janin, blablabla. Tapi saya merasa kali ini pertemanan kita seakan bereinkarnasi. Seperti kepompong yang telah menjadi kupu-kupu*hasyah. Ya… dan itu terasa maniiiiisss sekali.

Saya ingin mengajak kalian memasuki mesin waktu. Menjelajahi labirin waktu tepat 4 tahun yang lalu di bulan Agustus 2009. Pertama kalinya saya merasa menjadi mahasiswa Gadjah Mada seutuhnya. Melangkah memasuki gerbang Fakultas Kedokteran Gigi dengan jumawa tapi disuruh pake seragam putih hitam, *what?, pakai topi sulap warna merah putih, nametag tersampir didada, tas dari besek dengan tali dari sumbu kompor, berlari tergopoh-gopoh ketika senior berbaju hitam berteriak-teriak menyuruh kita cepat-cepat baris dilapangan. Tapi wajah-wajah tanpa dosa nan polos itu tetap saja melangkah bangga. Akhirnya jas almamater berwarna karung goni itu menjadi milik kita. Pertarungan ketat selama berbulan bulan lalu mampu kami takhlukkan dengan melumpuhkan puluhan ribu pesaing lain dari sabang sampai merauke.*ehem uhuk.

Saya yang merasa asing hidup dinegri dengan suku berbeda sama sekali tak risau ketika itu. Terutama sejak ada sebentuk lengkung senyuman darimu, kamu, kamu, kamu, kamu, dan kamu, hidup saya yang tadinya hitam putih jadi berwarna*eeaa. Adanya kalian membuat seolah Indonesia itu tak hanya selebar daun takokak(?). Karena Palembang, Pekalongan, Jember, Bogor, Kebumen, Medan, dan saya—tasikmalaya, bisa hidup rukun, beramah tamah, gotong royong, gemah ripah lohjinawi tiap hari tanpa bosan-bosannya dari januari ke januari.

Yah tentu saja saya masih mengingat kebiasaan kita tiap pagi sebelum kuliah dimulai. Peraturannya, siapa yang datang duluan, dia yang bertanggung jawab menempati tempat duduk kita bertujuh. Jadi tujuh kursi yang berderet dalam satu baris sudah ditongkrongi buku atau tempat pensil atau apapun itu, yang fungsinya untuk menge-tag tempat khusus buat genk kita. Wkwkwk. Lucunya, peraturan itu entah siapa yang memulai, dan entah sejak kapan juga jadi peraturan, yang jelas kita sudah sama-sama ngerti bahkan tanpa harus ada hitam diatas putih. Maka jadilah selama empat tahun berturut-turut tak bosannya kita duduk barengan sampe tau watak masing-masing yang mana yang serius merhatiin, yang mana yang serius nyatet, yang mana yang kerjaannya ngobrol, yang mana yang tulalit, dan yang mana yang emm… ng… malah tidur. XD

Well jadi kami adalah sekumpulan ibu-ibu yang cantik, muda, enerjik, cerdas, dan perkasa (?). Ada tujuh orang. NO!!! Tentu saja kami bukan girlband bernama seven icon. Dengan suara bergetar perkenalkan bahwa kami calon dokter gigi masa depan harapan bangsa*aamiin, yang sehari-harinya bermain dengan semen seperti kuli bangunan, dengan press seperti tukang tambal ban, dan dengan tang seperti tukang servis jam.

Hantari
Dia asal bogor tapi orang tuanya asli Jawa. Dia bisa bahasa sunda (walopun abal-abalan), mungkin itulah yang semakin kesini membuat kami klop. Karena dia bisa multibahasa (baca: jawa sunda), jadilah dia saya angkat secara tak resmi menjadi penerjemah saya di jogja. Wkwk. Oh ya dia sering saya ceritakan di postingan saya sebelum-sebelumnya karena dia juga teman kkn saya.

Pertama saya mengenalnya adalah ketika OSPEK. Jadi ceritanya senior menyuruh kit semua untuk membuka bekal sarapan dberjamaah, peraturannya harus dihabiskan, jika tidak maka wajib dibantu oleh teman-temannya. Hantari kelompoknya berbaris disebelah saya, kelompoknya adalah satu-satunya kelompok yang tidak membawa bekal sarapan. Akhirnya dengan baik hati ramah tamah dan tidak rajin menabung saya menyodorkan nasi bungkus saya untuk dibagi dengannya (aih saya baik hati kan?wkwkk) dan kemudian timbullah percakapan yang sangat mainstream. “Namamu siapa?” “Saya Hantari” “Hah? Mentari?” “Hantari” “Hamtari?” “Han-ta-ri” “Oh hamtaro? Naruto?.”. Wkwkk.

Dia yang (katanya) umurnya paling muda diantara kami. Jadi maklumlah kalo sinyalnya belum berkembang dengan sempurna malah seringnya agak error dan menimbulkan efek loading terus-terusan. Jadi berbicara dengannya harus sabar, harus pelan-pelan, agar kata demi kata bisa ia cerna dengan sempurna. Wkwkwk.

Dia itu polos sekali, lebih polos dari Patrick, levelnya sedikit diatas spongeboblah. Micky mouse nah persis, wkwk *ampun Han. XD. Makan ati juga sih kadang-kadang sama tuh bocah. Maksud hati ngeledekin dia dan pengen bikin dia kesel, anak-anak laen udah ketawa-tawa, dia pake nanya “ada apa?”.*what?.T_T.

Tapi dia juga yang paling idealis dalam menjalani hidup. Kadang saya melihat dia lebih cocok bergolongan darah A. Tertata, teratur, sekretaris wannabe, bendahara wannabe, suka banget masak (bahkan peralatan dapurnya super duper lengkap untuk ukuran anak kost), dan sangat terikat peraturan. Misal kalo ngajak makan dia, dia akan memperhitungkan kira-kira kalo dia makan sekarang dia malemnya makan apa ya, lalu kalo dia gak keluar kost lagi dia bakal pesen makan dibungkus. Nah kalo saya? Bodo amat yang penting saat itu saya laper dan saya makan, urusan ntar malem ada makanan atau kagak gak kepikiran. Wkwkwk. Atau kalau dia saya ajak makan dia akan memikirkan nasi yang sudah dia masak di kostnya kira-kira bakal kemakan apa enggak kalo dia saat itu makan diluar. Dan masalah lauknya, kalo dia lagi gak enak tenggorokan dikit dia akan bilang gini “cari yang ada sayurnya ya, bau-baunya saya bakal batuk nih.”. Mungkin karena ibunya juga dokter jadi dia terbiasa menjaga kesehatan dari kecil. Enaknya kalo saya sakit dikit tinggal tanya hantari, ntar dia nanya ke ibunya, wkwkk.

Dikelas pun dia yang selalu milih duduk didepan, rajin mencatat, rajin memperhatikan. Pokoknya dia tipe anak baik sekali, ramah tamah, dan rajin menabung. Tipe penurut kalo jadi staf suatu organisasi. Keren deh. Salut sekali dengan ketertataan hidupnya. Oh ya ada lagi, kalo mau ngajak dia maen harus janjian maksimal 24 jam sebelumnya, wkwkwk. Soalnya dia sangat mobile. Hari-harinya full dengan kegiatan. Dia mengisi waktunya dengan ngajar TPA dan ikut magang di sebuah klinik dokter gigi. Luar biasa kan? Yah itu temen saya. Wkwkwk. Dan yang ini rahasia, kalo dia marah, dia akan diam. Diam gak bisa ditanya. Itu tanda marahnya. Jadi waspadalah waspadalah! XD.

Vista
Dia orang pekalongan. Bicaranya medhok buanget. Saya mengenalnya lewat hantari. Hantari sekelompok ospek dengannya. Jadilah kami berteman bertiga diawal kuliah. Vista pacarnya orang Sunda. Pernah suatu hari dia dengan riang gembira bilang ke saya gini “Eh rin aku sekarang bisa loh bahasa sunda dikit. Hijji, ddua, tilu…” itu logat jawanya kental banget. Wkwk.

 Vista yang selalu membawa keceriaan diantara kami. Dia soalnya yang selalu hobi ngeledikin kami dan karena umurnya juga (katanya) paling muda diantara kami jadi dia yang paling sering merengek soal apapun kepada kami. Yang khas dari dia adalah kalo pas makan dimanapun, dia tak pernah absen nyicipin piring kita satu persatu. Dan kalo dia gak suka pada suatu makanan dia akan memberikannya ke piring kita tanpa basa-basi dulu, tau-tau kacang polong udah ada di piring kita, atau tau-tau lalap-lalapan udah nongkrong di alas makan saya. Zzzzzz. Dia paling suka kulit ayam dan buntut ikan. Jadi kalo makan sama vista, bersiaplah melindungi kulit ayam atau buntut ikan kalian masing-masing. Waspadalah!

Tapi walaupun begitu, hatinya vista halus loh,wkwkwk, lucu sekali pernah disuatu hari pas selesai praktikum TKG saya lupa apa masalahnya pokoknya tau-tau vista nangis, pas kutanya kenapa ternyata karena saya protes ke dia masalah tabung buat bahan praktikum soalnya dia ketua kelompoknya gitu deh saya lupa persisnya. Haha. Tapi kalo udah masalah hutang piutang sama dia beuh jangan main-main mameeenn. Dia akan selalu menagih hutangmu dimanapun dan kapanpun. Trus kalo minjemin duit ke dia juga harus hati-hati, dia akan tiba-tiba terserang amnesia akut yang kambuhan tiap ditagih,wkwkwk, dan hobi membulatkan hutangnya kebawah. Misal hutangnya 15500 jadi 15000 tapi kalo hutangnya 29500 gak jadi 30.000 tapi malah jadi 29000, *jadicurcolbegini. Hidup waspada!. wkwk

Vista itu tipe orang yang fokus dalam mengerjakan sesuatu. Sekali dia diberi tugas, dia akan kejar tugas tersebut sampai tuntas. Sejak awal saya sering sekelompok dengannya dan hantari. Biasanya yang menyemangati saya dan hantari dalam mengejar target tugas adalah vista. Kerjanya cepat dan rapi. Misal pas kelompok orto, saya kebagian berpasangan dengannya dan tugas kita adalah saling membuat alat orto. Jadi saya jadi pasiennya, dia jadi pasien saya. Dia yang paling cerewet menyuruh saya untuk segera menyelesaikan alat saya. Malah supaya kami sama-sama cepat selesai dia datang kekost saya dan membuat alat bareng-bareng. Kalo praktikum konservasi gigi juga dia yang selalu pertama selesai diantara kami. Itulah kenapa hikmah saya sekarang koas sekelompok dengannya adalah sekarang kerja saya juga jadi gak ngoyo. Padahal saya sebenarnya adalah orang paling santai kayak dipantai dan paling selow kayak dipulau. Wkwkwk.

Yang paling saya ingat adalah cerita perjalanannya mengerjakan skripsi. Dia kedapatan skripsi di bagian yang cukup menyeramkan di KG. Tapi ajaibnya dia bias lulus tepat waktu. Mungkin selain dia juga dimudahkan dalam proses pembuatan skripsinya, saya melihat dia setiap hari datang ngampus nunggu dosen dan jika hari itu dia dapat revisian, sorenya dia langsung balik lagi dan menyerahkan hasil revisinya. “Pernah aku sore datang ke kampus ngasihin revisian,rin, walaupun hujan deres banget aku gak peduli yang penting hari itu aku harus udah selesai ngerevisi.” Begitu katanya. Ckckckk luar biasa. Nah ane? Dapet ilham buat ngerjain revisian aja perlu semedi dulu di gua pindul, hiks.

Begitulah saya mengenalnya. Jadi kalo pas koas ini dia kerjanya cepat dan rapi, itu memang karena ritme kerjanya dari dulu seperti itu. Biarlah orang menilai apa yang penting kita lulus bareng-bareng oke sister? Tos dulu! Plok! Uedaaasss mantep bro. *apasih. Marahnya vista? Menyeramkan broh. Beuh ayam aja sampe gak jadi betelor kalo liat dia marah, bisa ancur gonjang ganjing dunia persilatan.

-to be continue-

Minggu, 09 Maret 2014

dongeng

Saya telan kata demi kata itu perlahan.
Lalu hanyut dibuatnya, meliuk-liuk lentur bak balerina
Pernah saya berandai-andai
Dapat menggoreskan pena seindah itu
Dapat merangkainya serenyah itu
Mereka sepakat menamainya puisi,
Ah tapi saya hanyalah seorang pendongeng

Minggu, 02 Maret 2014

kelud, ulang tahun, dan waktu dhuha

*lap lap *tiup tiup *sapu sapu...fuh fuh fuh
Blog ini sekarang udah kayak jogja. Berdebu. Tragedi meletusnya gunung kelud pada tanggal sekian februari itu membuat jogja udah kayak eropah di bulan desember. Putih putih. Bersalju. Hahaa ngekek deh, mending salju kayaknya. Ini butiran debu serpihan masa lalu*halah. Membuat gatal dan alergi, belum lagi bikin sesak nafas, dan kelilipan. Mendadak orang2 pada pake masker kemana2, dan artikel di internet yang bilang aturan pake masker yang dibolak balik beda fungsi itu bikin heboh sejagat raya. Ckckck. Duh duh artikel hoax itu membuktikan betapa mudahnya orang indonesia dibodohi. Ng...mmm....dan saya resmi menjadi salah satu korbannya. Hahaha T-T

Kelud memang berhasil menyapu peradaban manusia selama beberapa hari. Kehidupan kota seakan mati total. Tak ada yang mau repot-repot keluar rumahnya ketika itu. Jalanan sepi, karena sekali saja kendaraan lewat, maka wush debu debu kelud itu melayang bebas memburamkan pandangan. Bandara bandara mengdelay penerbangannya. Pedagang makanan kompak menutup warungnya dan itu sukses membuat anak kost melilit menahan lapar. Jadilah selama beberapa hari harus tabah masak mie. *usap usap perut.

Lalu saya? Hohooo saya manusia mainstream juga ikut ikutan menghentikan aktifitas dong. Termasuk menulis.*plak. Ya lihatlah ternyata kelud tak hanya mensalju-i jogja tapi juga sukses menyapu bersih blog ini selama berabad abad. Alangkah putihnya laman ini. Bukan ditutupi salju ataupun debu tapi putih karena tak ada lagi tinta yang tergores disepanjang sisa februari. Bahkan dihari ulang tahun saya pun saya tak menyempatkan diri untuk menulis disini. Duh duh duh...*ingat umur,nak.

Banyak yang terjadi di awal februari. Mulai dari saya yang seumur hidup saya belum pernah sakit parah sampai tergolek lemah diatas kasur gabisa kemana2. Dan yang lebih mengenaskan, itu saya alami dihari-hari menjelang genap 23 tahun usia saya cobaaa*hiks. 40 derajat suhu tubuh saya ketika itu dan dokter menyarankan saya opname di rumah sakit. Siapa yang menunggui? Ah saya putuskan dirawat dikost saja. Dan teman2 saya yang saya cintai karena Allah berdatangan menjenguk saya. Terharuuu. Saya kirah tak ada lagi yang menyayangi sayah*srooot nyusut ingus. *kebanyakan nonton sinetron deh lo.wkwkwk.

Dan dihari saya ulang tahun saya masih tak bisa jauh2 dari atas kasur. Lalu teman2 berdatangan mengantarkan kue, kado, dan tak lupa untaian doa indah untuk saya. Tak hanya teman kampus, tapi juga teman melingkar, kakak kelas, adik kelas, teman icikibum, dan saudari rumah tahfidz. Hiks. Masya Allah semoga kelak kita bertemu lagi di surga ya? Aamiin. :').

Genap sudah usia saya 23 tahun sekarang. Sudah saatnya tegas pada masa depan. *gaya lo niii.. 23 tahun ya? Omaygad, oh my no, oh my wow tidaaaaakkk. *loncat dari kasur.

Hmm oke ehem uhuk *benerin posisi duduk...sekarang saya mulai serius. Jadi sebenarnya saya ingin mencoba memetik butir-butir hikmah yang terjadi di karnaval februari saya yang luar biasa kemarin. Selalu ada hikmah dalam setiap peristiwa. Lama saya merenungi hikmah apa yang bisa saya petik dari sakitnya saya seminggu kemarin. Lebih ekstrim lagi saya sempat berfikir dosa besar apa yang telah saya lakukan hingga diberi ujian sakit seperti ini. Astaghfirullah. Tak henti beristighfar.

Hingga suatu hari sebuah percakapan kecil menyadarkan saya. Saya lupa persis kalimatnya tapi kurang lebih isinya begini.
"niatkan saja ibadah kita itu adalah sebagai wujud rasa syukur. Misalnya shalat duha yang diniatkan mensedekahi tiap sendi dalam diri kita sebagai rasa syukur atas diberikannya kesehatan di hari itu."
Dan mendengar itu saya serasa tertampar. Ya sakit itu memang penggugur dosa tapi juga sekaligus tamparan bagi saya yang selalu lalai bersyukur telah diberi nikmat sehat. Dan saya ingat dulu ketika di Rumah Tahfidz, seorang Ammah selalu mengingatkan saya untuk shalat duha, katanya "jangan lupa shalat, sedekahi dirimu hari ini." Mungkin ketika itu saya terlalu bebal untuk mencerna kalimat itu sampai ke hati. Saya dulu menganggap shalat duha hanya sekedar shalat sunah biasa yang terasa begitu berat untuk dilaksanakan kecuali hanya sekedar untuk mencontreng requirement amal yaumiyah saya hari itu.
Tapi kali ini, kalimat teman saya benar2 mengena, serasa menampar saya sampai ke ulu hati. Ya dia benar, kenapa tak saya niatkan saja untuk bersyukur masih diberi nyawa hari ini? Hati saya pun gerimis.

“Hendaklah masing-masing kamu bersedekah untuk setiap ruas tulang badanmu pada setiap pagi. Sebab tiap kali bacaan tasbih itu adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada yang ma’ruf adalah sedekah, mencegah yang mungkar adalah sedekah. Dan sebagai ganti dari semua itu, maka cukuplah mengerjakan dua rakaat sholat Dhuha.” (HR Muslim).

Kita tidak tahu apakah ini anugerah atau musibah. Tugas kita hanya berbaik sangka. Semoga kita adalah termasuk orang yang pandai bermuhasabah dalam setiap peristiwa. Dan semoga sakit saya kemarin benar-benar menjadi penggugur dosa. Aamiin. 

Maka, sudahkah anda shalat duha hari ini? :)