Minggu, 29 Maret 2015

saya drama

Pernah nonton film "Radio Galau FM"? Hiks iya tontonan saya emang sesuai dengan usia saya. Cerita cinta anak SMA gitu yang alay alay yang isinya drama. Nah persis!! *menjentikkan jari.

Di film itu tokoh Bara bilang kalo si Veline itu drama banget. Misalnya:
veline: *manyun
Bara: kamu kenapa vel?
veline: gpp
Bara: hmm... *nerusin makan batagor
Veline: *melongo. "udah? gitu doang?"
Bara: hah?
Veline: kamu gmau tau gitu aku knp?
Bara: tadi katanya kamu gak kenapa2.
Veline: ih kamu nyebelin banget ya. Kalo aku bilang aku gapapa itu artinya aku kenapa2, Bar. Kamu gak sensitif banget sih jadi cowok. Yang peka dong.
bara: *melongo
veline: yeeh diem lagi. kamu tuh hibur aku dong Bar. Kamu bukannya bikin aku seneng malah bikin tambah bete ya. Heran deh. Hibur kek apa kek gitu..

Sekarang udah kebayang kan yang dimaksud orang yang drama itu kayak gimana? Oke saya anggap udah pada ngerti.

Nah sekarang, tentang saya nih.
Saya adalah seorang sanguinis. Di postingan belakang2 udah banyak saya jabarkan seperti apa itu sanguinis. Dan lagi kalo ikut tes kepribadian saya adalah the performer atau the entertain. Katanya seorang performer itu adalah pribadi yang hangat, ramah, bersahabat, antusias, dan energik. Hohohoho.... ini memang saya banget*plak.

 Jika saya senang, saya bisa dengan mudah menularkan ekspresi saya ke siapa pun yang saya temui. Saya bercerita apapun yang bisa membuat mereka tertawa. Saya bahkan sampai menirukan logat atau mimik muka atau perilaku tokoh yang saya ceritakan dengan sangat meyakinkan sehingga yang mendengar bisa tertawa terpingkal-pingkal. Disitulah kepuasan saya. Membuat mereka tertawa.

Umumnya orang lain hanya mengenal saya sampai disitu saja. Katanya saya ceria. Sudah. Titik.

Tapi taukah? disebalik itu, saya adalah orang yang juga sangat "drama". Hal sepele bisa jadi drama yang panjang. Simpel sebenernya cara menjinakkan saya jika sudah mulai bermelodrama. Seperti halnya tokoh Bara diatas ini, tokoh Veline nih cuma butuh bercerita. Dan Bara cukup menyediakan telinga. Lalu jika si veline selesai bercerita. Tokoh Bara tinggal bilang aja "nggak apa2. semua akan baik2 aja. Yakinlah ada Allah." simpel kan?

Nah sekarang coba bayangkan, ketika kisah diatas menjadi seperti ini...

Veline: *manyun
Bara: kenapa vel?
Veline: gapapa
Bara: hmm... masa sih? ayo cerita. Saya dengerin nih. *berhenti makan *pandangan fokus ke veline *gak nyambi maenan gadget *fokus mendengarkan
Veline: *cerita panjang kali lebar sama dengan luas..
Lalu....
Bara: istighfar. kamu kebanyakan mikir. pulang dulu sana trus tidur. biar fikiranmu fresh. Biar gak ngelantur.

Wah, udah tuh, sebentar lagi bakal ada bom meledak dan meteor coklat akan jatuh ke ladang gandum. Maka si Bara jadilah Coco Crunch....

Omongan Bara mungkin bisa lembut. Tapi yang si Veline denger itu sama aja kalimatnya kayak begini nih...
Bara: "duh,otakmu mulai gak waras nih, vel. istighfar. tidur sana biar cepet sembuh."

Well, saya mengalami itu, pas saya cerita, teman saya malah nyuruh saya istighfar dan tidur. Hiks. Rasanya... speechless...

ya saya lebay. ya saya drama. saya tau. saya mungkin terlalu tenggelam dengan dunia khayal saya sehingga kadang bingung sendiri mana yang nyata mana yang cuma ada di drama.

malu tau ga? nyesel cerita. kalo udah kayak gini, rasanya pengen lari ke pulau timbuktu aja kayak donal bebek.

ah sudahlah kamu gak bakalan ngerti.

"Ya Allah, saya mau cerita...."

Senin, 23 Maret 2015

menyoal perempuan

Perempuan itu rumit. Jangankan menurut mereka. Saya. Yang selama 24 tahun hidup dalam raga sesosok perempuan yang seharusnya anggun ini pun masih belum bisa mengerti. Adalah benar, ketika mood perempuan digambarkan dalam sebuah kurva, maka lintasan roaler coaster nyatanya masih kalah ekstrim dibandingkan dengan moodnya perempuan. Terlebih jika ada tamu dari bulan (?). Seolah semua ketidakstabilan, ketidakkonsistenan, dan ketidakberesan yang tercipta didunia adalah kesalahan mutlak satu hal: hormon. (Ingat. Perempuan tidak pernah salah).

Perempuan mendadak menjadi sangat labil. Cenderung 1000 kali lebih sensitif dibandingkan alat diagnostik tercanggih sekalipun. Mereka cenderung lebih sering meledak-ledak, jika kesadarannya kembali pulih mereka kemudian meminta maaf, memohon untuk harap maklum, lalu mengkambing hitamkan hormon. Tugas gak beres, "maaf kemaren lagi PMS.", skripsi belum dikerjain, "nunggu selesai PMS", naik motor ngelindes macan, "sori PMS." terus aja gitu sampe donal bebek beranak.

Misalnya kejadian sekarang ini, ketika sesosok perempuan tengah menulis di sebuah kursi panjang. Tetiba ada seorang--yang apesnya adalah lelaki, celingukan mengintip-intip tulisan si perempuan.
"kamu lagi nulis apa sih? Kamu belajar ya?"
Seketika si perempuan pasang tampang anabele,
"APA?"
Kalo sudah begini mending kamu pura-pura mati.