Senin, 23 Maret 2015

menyoal perempuan

Perempuan itu rumit. Jangankan menurut mereka. Saya. Yang selama 24 tahun hidup dalam raga sesosok perempuan yang seharusnya anggun ini pun masih belum bisa mengerti. Adalah benar, ketika mood perempuan digambarkan dalam sebuah kurva, maka lintasan roaler coaster nyatanya masih kalah ekstrim dibandingkan dengan moodnya perempuan. Terlebih jika ada tamu dari bulan (?). Seolah semua ketidakstabilan, ketidakkonsistenan, dan ketidakberesan yang tercipta didunia adalah kesalahan mutlak satu hal: hormon. (Ingat. Perempuan tidak pernah salah).

Perempuan mendadak menjadi sangat labil. Cenderung 1000 kali lebih sensitif dibandingkan alat diagnostik tercanggih sekalipun. Mereka cenderung lebih sering meledak-ledak, jika kesadarannya kembali pulih mereka kemudian meminta maaf, memohon untuk harap maklum, lalu mengkambing hitamkan hormon. Tugas gak beres, "maaf kemaren lagi PMS.", skripsi belum dikerjain, "nunggu selesai PMS", naik motor ngelindes macan, "sori PMS." terus aja gitu sampe donal bebek beranak.

Misalnya kejadian sekarang ini, ketika sesosok perempuan tengah menulis di sebuah kursi panjang. Tetiba ada seorang--yang apesnya adalah lelaki, celingukan mengintip-intip tulisan si perempuan.
"kamu lagi nulis apa sih? Kamu belajar ya?"
Seketika si perempuan pasang tampang anabele,
"APA?"
Kalo sudah begini mending kamu pura-pura mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar