Sabtu, 19 Januari 2013

Senyum tanpa syarat

Alhamdulillah... hujan kembali datang. Seperti biasa, gemericiknya selalu memantulkan gelombang nada, beresonansi dan merambat melalui udara, sampai ditelinga dan urat sarafku pun berelaksasi. Ia ternyata masih menyapa hati. Membuatnya mencelos lagi. Ah..itu sensasi yang selalu kurindui.

Kau mengerti? Jika hatiku selalu berseri seperti ini. Mudah bagiku untuk tersenyum. Ya kau benar, hujan selalu berhasil menerbitkan senyum diwajahku. I feel so wonderfull. No matter how cold is it. Ah tapi kau salah. Percayalah. Aku selalu berusaha untuk menjadikan senyumanku tak bersyarat. Hentikan mengatakan bahwa kau akan tersenyum karena blabla... kau akan tersenyum jika lalalala... kau akan tersenyum ketika nguingnguing... Tidak. Stop! Dengar! Senyum adalah harta yang paling berharga yang kita punya. Yang hanya karenanyalah, kaum papa pun bisa bersedekah. Hey kawan, tersenyumlah. Dan rasakan sensasinya. *tsah.

Haha... jadi ceritanya lagi sok mellow gitu deh hari ini. Sudah kubilang. Hujan selalu melemparkanku seolah berada di atas pentas sinetron dimana semua kamera menyorotiku malam ini. *pLak! pletak!JeplaK!! Gubrak!%$&%^*(& Pow! pOw! huff... gitu banget.
Tak bosan kan mendengar dongengku? Sekarang sudah jam 12 malam. Dengarlah aku ingin berkisah sebelum kau tidur. Kuharap cerita ini bisa kau ajak bersama mimpimu. Berkelindan membuai tidurmu. Didekap oleh setiap sel memorimu. Masuk ke alam bawah sadarmu. Mengendap. Mengkristal. Dan melenyapkan kosakata lupa dalam temporalmu. Intinya, aku sedang menghipnotismu (?).

Alkisah di suatu pagi yang cerah dimana mentari walaupun tak kunjung menampakan dirinya, ia ada dibalik awan (?). Tak ada hujan pagi itu, tak ada badai, tak ada angin topan, tak ada angin puting beliung, tak ada banjir, *hasyah intinya pagi itu biasa saja (?). Hanya satu yang tak biasa, yaitu si kakek--yang tengah melamun di teras rumahnya sembari sibuk mengaduk-aduk teh hangat--tiba-tiba mendengar suara siulan dari kejauhan. Siulan itu seirama dengan suara hentakan kaki. Bukan hentakan kaki yang melangkah. Tapi melompat-lompat dengan ceria. Suara itu perlahan mendekat. Mendekat. Dan benar saja, didepan rumahnya melewatlah seorang anak kecil, berpakaian lengkap seragam sekolah merah putih, melompat girang sembari menggendong ranselnya dan bersiul. Siulan yang menebar aroma kegembiraan.

Anak itu mengalihkan perhatian si kakek dari tehnya. Cukup lama si kakek memperhatikan anak itu, hingga ketika anak itu menoleh ke arahnya, si anak tersenyum. Senyum yang sangat manis. Dan serasa ada listrik yang menyengat si kakek. Merambat cepat melebihi kecepatan cahaya dan menghantarkan energi positif. Mengubah ion dalam tubuhnya hingga keluarlah zat yang memacu kerja darah, oksigen meningkat, menenangkan arteri, melancarkan peredaran darah dan hey, si kakek hampir lupa bahwa anak itu menunggu balasan senyumnya. Maka dengan sepenuh hati, si kakek membalas senyum anak itu. Senyum termanis yang pernah ia berikan. Hingga anak itu menghilang ditelan pagar rumah sebelah, si kakek baru sadar bahwa ia masih tersenyum. Dan Masya Allah. Taukah? Senyum itu. Senyum anak itu mengingatkannya pada seseorang. Sahabat lamanya semasa SD. Apa kabarnya ia sekarang? Oho.. dia tak mau buang-buang waktu, si kakek segera masuk ke rumah dan meraih kertas dan pulpen. Lama berselang, ia pun siap mengirim surat.

Berhari-hari kemudian. Di sebuah tempat yang letaknya berpuluh kilometer jauhnya dari tempat si kakek, tampak seorang berseragam orange berjalan menapaki pekarangan rumah seseorang dan bersiap mengetuk pintu. Setelah berkali-kali si Pria Orange mengetuk pintu, muncullah lelaki tambun dengan rambut beruban dan ia bertanya 'ada surat untukku?', tanpa menjawab si Pria Orange yang tak lain adalah Pak Pos itu segera mengeluarkan sepucuk surat. Si Bapak Tambun itu terheran-heran ketika membalik surat. Lama sel memorinya menemukan data di temporalnya, dan Masya Allah, itu surat dari teman lamanya. Dan lihatlah, mendadak hari itu adalah hari paling bahagia dalam hidupnya, ia tak henti-hentinya tersenyum, dan ia membagi kebahagiaannya dengan si Pak pos dengan memberikan 'tips' tambahan.

Begitu pintu menjeblak tertutup, si Pak pos masih diam mematung. Ia tak percaya mendapatkan uang sebanyak itu di hari sepagi ini. Si Pak Pos pun pulang menaiki motornya sembari tersenyum bahagia. Ouch... di jalan, di lampu setopan tepatnya, ia bertemu dengan seorang pengemis tua renta. Bajunya kumal, dan ia berjalan sembari terpincang-pincang. Mendadak si Pak Pos jadi mellow. Ia tengah bahagia hari ini, dan apa salahnya jika si Pak Pos membagi kebahagiannya dengan si pengemis tua renta itu. Tanpa pikir panjang si Pak Pos langsung mengulurkan sejumlah uang pada si pengemis. Sejumlah uang yang menurutnya tak seberapa. Tapi...

Si Pengemis itu takjub. Matanya panas. Ya Tuhan air mata itu tiba-tiba saja mengalir haru di pipinya. Ia berulang kali berucap terimakasih pada si pengendara motor. Dan dengan bergetar ia menepi. Ia hitung uangnya, ternyata cukup untuk membeli 2 nasi bungkus untuk ia dan cucunya. Terpincang-pincang ia menuju warung makan. Ia bergetar. Ya Tuhan, akhirnya ia bisa beli nasi, setelah 2 hari ia memunguti nasi basi dari tong sampah, dan dengan kejamnya matahari siang tadi memanggang tubuhnya hingga gemetar karena sisa keringatnya sudah terperas dengan sempurna dari tubuhnya yang renta. Sekarang akhirnya ia berhasil menenteng 2 bungkus nasi untuk cucunya. Di bawah terang bulan ia menapaki jalan menuju gubuknya. Dan hey,,, hujan turun. Si kakek pengemis berteduh. Di bawah etalase toko yang sudah tutup si kakek melihat seekor anjing kedinginan. Berteduh juga sembari menatap kosong ke arah hujan. Si kakek iba pada si anjing. Mendekatinya, mengelusnya dengan penuh kasih sayang dan setelah hujan reda si kakek mengajak serta si anjing pulang bersamanya.

Setelah lelah berjalan, si kakek pengemis akhirnya sampai di rumahnya. Ruangan ukuran 3x3 meter di pelosok dusun itu adalah rumahnya. Rumah yang beralaskan tanah dan berdinding bambu itu dinamai gubuk oleh tetangga-tetangganya. Ah tak masalah baginya. Asal ini rumah halal. Si kakek mengetuk pintu, dan lihatlah dengan gembira cucunya yang sudah lama menunggu di rumah menyambutnya. Hilang sudah rasa penatnya seharian itu begitu melihat senyum di wajah cucunya. Cucu laki-lakinya. Bocah usia 6 tahun itu tampak tegar dibandingkan bocah lain seusianya. Wajahnya sumringah ketika melihat keresek hitam yang di tenteng oleh si kakek. Dan malam itu, si kakek pengemis, si bocah laki-laki dan si anjing bersama-sama memanjatkan syukur kepada Tuhan mereka. Mereka pun makan dengan gembira malam itu. Menikmati setiap butir nasi yang singgah di lidahnya. Membiarkan setiap kuncup kecap berebut menyentuh makanan paling langka sedunia. Dan pada akhirnya kenikmatan yang hanya bisa di rasakan sepanjang lidah itupun lenyap di telan tenggorokan. Ah sungguh nikmat. Lihatlah. Bahkan mungkin mereka jauh lebih pandai bersyukur daripada kita.

Merekapun akhirnya tidur di atas tikar dengan perut terisi penuh. Tidur dengan ditemani sebuah lampu petromak sebagai satu-satunya penyumbang cahaya di ruangan itu. Mereka lelap. Terbuai mimpi akan harapan esok pagi. Hingga mereka terbangun dengan suara gonggongan anjing. Anjing yang si kakek pengemis bawa semalam kini menggonggong dengan sangat kerasnya hingga seisi kampung terbangun di pagi buta. Suara teriakan kebakaran bersahutan dengan suara kentongan di Pos Ronda. Api dari petromak kini menjilati dinding bambu hingga ke atap rumah dengan ganasnya. Si jago merah itu mengeluarkan asap hitam pekat hingga menyembul menggapai malam. Berkat si anjing, si kakek dan si bocah itu terbangun dan selamat dari maut semalam.

Berpuluh-puluh tahun kemudian, si bocah lelaki cucu si kakek pengemis itu, bertransformasi menjadi seorang presiden di sebuah negara. Dahsyat!! Ya, dia kini menjadi seorang presiden. Presiden yang hampir mati dililit api. Kalau saja malam itu tak ada si anjing, mungkin kini bukan ia yang menjadi orang nomer satu di negaranya.

Begitulah. Cerita ini selesai, kawan. Hey... kau belum tidur kan? Biarkan aku menyelesaikan conclusionnya. Kau tau apa maknanya ini? Ini berawal hanya dari sebuah senyuman. Iya senyuman. Sederhana bukan? Senyuman yang berbingkaikan sebuah kisah yang terajut dalam sebuah rantai kebaikan. Maka, tak salah kan jika Allah menempatkan senyuman sebagai sedekah? Karena kebaikan walaupun seberat zarrah. Pasti akan ada balasannya. Pasti! Mari kita mulai dengan memberi yang paling sederhana. Yaitu senyuman. Karena dengannya, tanpa kita sadari kita juga telah mengajari orang lain untuk memberi. Mari kita tebarkan bibit kebaikan. Yakinlah, dia pasti akan tumbuh subur walaupun dalam kegelapan. Dan percayalah suatu hari nanti, kau akan memetik buahnya.

Tak percaya? Mari kita buktikan!! Dan kita tunggu, seberapa panjang rantai kisah kebaikan yang kita tebar dari senyuman kita. Mungkin di belahan bumi lain, efek senyuman yang pernah kita ciptakan itu, masih saling menyambung dan menghasilkan buah ranum dimana-mana. ^_^

*Hey kau tampak cantik tersenyum seperti itu didepan cermin. ^_~...

Kamis, 10 Januari 2013

Cumulonimbus


Kapas putih yang menggumpal puluhan ribu meter di atasku itu, bak sayap-sayap malaikat yang dibentangkan mendekap bumi. Menaunginya dan berpilin indah dengan gelombang cahaya surya. Acak abstrak. Seolah lewatnyalah langit mengejawantahkan rasa.

Ini tentang awan.
Ia beriringan menjelajahi tiap jengkal bumi. Kemanapun angin berhembus membawanya, tak masalah baginya. Karena adanya ia selalu mebawa berita gembira bagi siapa saja yang masih menaruh harapan pada massa.

Taukah?? Aku suka caranya melukiskan busur lengkung senyum didadaku jika sedu sedan merasuki jiwa. Kilauannya selalu menghiburku. Karena hangatnya dhuha yang mengintip disebaliknya selalu menghujamkan keyakinan bahwa masih ada surya yang kan menjemput esok pagi.
Aku suka caranya menuruti tiap mata yang melihatnya--yang mengeluarkan titah tiap jiwa yang berimaji sehingga tertoreh sebentuk harap darinya.
Aku suka caraya mengumpulkan tiap-tiap butiran air di tubuhnya. Aku suka caranya bersabda dalam hening. Kan hujan...bisiknya.

"Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya, sehingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu...." (QS Al-A'raf:57)

"Dan Kami telah meniupkan angin .... dan Kami turunkan hujan dari langit...." (QS Al-Hijr:22)

 "Apakah engkau tidak memperhatikan, bahwa Allah menurunkan air dari langit...." (QS Az-Zumar:21)

Awan... aku suka caranya meluncurkan bulir-bulir kristal, caranya menyiramiku hingga kuyup dan habislah dibasuhnya rasa gundah gelisah dan kesedihanku saat itu. Terlebih lagi, aku suka caranya bertasbih, caranya bersimpuh patuh, caranya mengajarkan ketaatan dan membahasakan titah agung...... Sang Penguasa Alam.

"Allah-lah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang Dia kehendaki, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila Dia menurunkannya kepada hamba-hambaNya yang Dia kehendaki tiba-tiba mereka bergembira." (QS. Ar-Rum: 48)


Tidakkah kau rasakan gembira yang membuncah-buncah tatkala awan menurunkan hujan? Seiya sekata dengan bumi dalam mendendangkan syair alam. Lihatlah!! Dibawahnya aku seperti pemeran utama yang disoroti malaikat Rokib dan Atid. Tak mengindahkan orang yang lalu lalang disekelilingku. Karena saat itu bagiku, mereka hanya figuran dalam tiap mozaik film kehidupanku. Aku memutar kembali memori masa kecil ketika diguyur hujan. Bah.. bocah ingusan. Bukannya menepi dan menghindar, malah ikut melompat-lompat girang dan berlari-lari sambil bersorak. Berteriak-teriak bersama teman dan memutar-mutari tiang kayak Sakh Rukh Khan. *plak!!

Hey!! Kau kah itu? Yang kunanti tatkala kering kerontangnya hati?
Kau kah itu? Yang dapat menambahkan kekuatan pada jiwa yang putus asa?

"Dan sesungguhnya sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa." (QS. Ar-Rum:49)

"Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa." (QS. 11:52) 

"(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penentramanan daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu)." (QS. 8:11)

Hujan. Entah bagaimana ia membasuh selaksa kesedihan menjadi senyuman. Entah bagaimana ia menampar kerasnya batu hingga menyisakan lekukan, menghujam ke dada yang kering karena ego dunia, menukik menghantam bocah-bocah yang menari riang menantang dingin. Berkecipak di tanah dan menimbulkan denting indah dan bau basah.
Hey kau!! Iya kau, siapa lagi? Masih kah kau merutuki hujan? Menggerutu karena basah? Astaghfirullah Ya Rabbi ampuni ketidaktahuan kami.

"Pernahkah kamu memperhatikan air yang kamu minum? Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami menjadikannya asin, mengapa kamu tidak bersyukur??" (QS Al-Waqi'ah:68-70)

Astaghfirullah... Alhamdulillah Ya Rabb.. :')

Dan surat cinta dari Tuhanku sudah menjawab bagaimana itu bermula jauh hari sebelum satelit ditemukan.

"Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan, kemudian menggumpalkannya, lalu Dia menjadikannya bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya, dan Dia (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang Dia kehendaki dan dihindarkan-Nya dari siapa yang Dia kegendaki. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan." (QS An-Nur :43)

Wow mataku berbinar. Ada ayat kilauan awan di Al-Qur'an. Dan setelah membaca ayat itu aku berkesimpulan bahwa kilauan awan itu adalah halilintar.  Subhanallah cetaaaar membahana!! *Bzzzzzttt nggak ngerusak flow kan?-____-".

"Dan guruh bertasbih memuji-Nya, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki...." (QS Ar-Ra'd :13)

Termenung dalam irama derasnya suara hujan. Sesekali bersahutan dengan kilauan awan *tsah.
Baru saja awan memuntahkannya ke bumi. Membawa suasana tenang, damai, sejuk, syahdu, dan dingin di hati. Hujan selalu menyelipkan cerita tentang masa kanak-kanak.  Tentang mereka yang menanti hujan bukan hanya karena kisah keriangannya yang mengiringi tawa bahak dibawah guyurannyanya, bukan hanya karena kisah basah berjamaah dengan teman sebaya, atau kisah rajutan persahabatan dalam kotor mandi lumpur yang mengiringinya. Bukan. Terlebih karena... hujan selalu dengan ajaib bisa mendekatkan anak-anak dengan ayah ibunya. Berkumpul di rumah menikmati rintikannya dalam kebersamaan. Ah hujan, selalu mengingatkanku pada satu nama...  Apakabarnya ia? :')

Tertunduk sejenak. Bermunajat dalam khusu' dilatari suara hujan yang masih deras memuntahkan keramahannya. Taukah?


"Doa tidak tertolak pada dua waktu yaitu ketika adzan berkumandang dan ketika hujan turun” (HR Al Hakim, 2534, dishahihkan Al Al bani di Shahih Al Jami’, 3078)

Allah berfirman: di pagi ini ada di antara hamba-hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan yang ingkar kepada-Ku. Adapun orang yang mengatakan, ‘kami diberi hujan karena rahmat Allah, rizki dan karunia-Nya,’ maka ia beriman kepada-Ku dan kufur terhadap bintang-bintang. Adapun orang yang mengatakan, ‘kami diberi hujan karena bintang ini dan bintang itu,’ maka ia beriman kepada bintang-bintang dan kufur kepada-Ku.” (HR. al-Bukhari dan Muslim, lafaz milik Al-Bukhari)

Carilah pengabulan doa pada saat bertemunya dua pasukan, pada saat iqamah shalat, dan saat turun hujan.” (HR. al-Hakim dalam al-Mustadrak: 2/114 dan dishahihkan olehnya. Lihat Majmu’ fatawa: 7/129. Dishahihkan Al-Albani dalam al-Silsilah al-Shahihah no. 1469 dan Shahih al-Jami’ no. 1026)

Bukankah ini musim hujan?? Ya Rabbi... Dengarlah!! Berapa bait doa yang akan kami panjatkan setelah awan cumulonimbus ini menunaikan tugas sucinya... :')

Allohummaghfirlii dzunuubii wali waali dayya warhamhuma kama rabbayaani saghiiraa.. amin.

Jumat, 04 Januari 2013

Refleksi (2)

Apakabar hati? Apakabar ruhiyah? Sudahkah kita bersyukur hari ini?  Mata kita masih bisa membaca laman ini, 10 pangkat 15 juta neuron diotak kita masih berfungsi. Bayangkan! Dan ketika nafas masih berhembus. Dan ketika jari masih bisa mengetik artikel ini :). Alhamdulillah.

Mari kita teruskan bercerita. ^_^.
Alkisah...
A : “Menurutmu, mengapa singa menjadi raja hutan? Mengapa tidak gajah yang ukurannya besar atau simpase yang pandai?
B : ”Ehmm , karena dia kuat?”
A : “Kurasa jawabanmu kurang tepat”
B : “Lalu mengapa?”
A : “ini sebuah cerita dari India,menurut legenda singa selalu melewati jalan yang lain daripada jalan-jalan yang dilewati oleh mahluk hidup selain singa. Dia mampu membentuk jalan baru dan berani menempuh jalan ini sendiri.”
B : ”Apakah kamu yakin itu benar?”
A : “Aku sebenanya tidak yakin tentang cerita ini, tapi hikmah yang aku yakini dari cerita ini”
B : ”OK, aku mengerti, cobalah hal yang beda gampanganya”
A : “Memang benar, untuk dapat dikenal kita harus menjadi pioneer,berani mencoba hal baru yang berbeda, dan tanpa rasa takut.”
B : ”tapi taukah kamu jika hal yang beda ini bisa salah atau benar di pandangan masyarakat?”
A : ”Ya. Mungkin, kita perlu suatu batasan untuk hal yang berbeda ini. Kita tidak boleh seliar singa tapi juga tidak boleh setakut kelinci”
A : ”jadi kembali ke kata wajar bercampur ekstrem??”
A : ”Hehehe”

Kisah di atas saya dapatkan dari seseorag yang paling menginspirasi saya. Seseorang yang mampu membius siapa saja meskipun di awal jumpa dengannya. Beliau adalah dosen dikampus saya. Bersahaja. Cantik. Anggun. Beliau berjilbab dengan gaya Harajuku style. Dan cerdas tentu saja. Beliau biasa dipanggil dokter Ika.^_^.
Hey, pernahkah kalian mengikuti seminar atau training public speaking? Saya pernah ikut training semacam itu tapi sepertinya icon nyata dari keterampilan public speaking terhebat yang saya kenal tak lain adalah dokter Ika. Percayalah. Begitu beliau selesai mengajar pasti seisi kelas mahasiswa akan tanpa sadar memasang ekspresi tersenyum.
Oh iya, pernah lihat iklan sampo Lifeb*oy?? Nah di iklannya kan ceritanya ada 2 anak kecil cowo mengetuk pintu rumah, lalu si pemilik rumah adalah perempuan muda dengan rambut hitam panjang lebat membuka pintu dan gatau kenapa dia mengibaskan rambutnya ke arah dua anak cowok itu dan saya semakin bingung karena kedua anak itu malah senyum mematung gitu deh pokoknya. *hubungannya? Yak persis. kalo boleh sedikit lebay ekspresi kami (mahasiswa) persis seperti kedua anak cowok itu. Senyum mematung. Terpesona tepatnya. Bedanya, kami bukan terpesona karena rambut tapi karena pembawaan beliau yang halus dan cara berbicaranya dengan tak melepaskan senyum. ^_^. Percayalah ini sungguh menyihir.

Dokter Ika yang sederhana dan baik hati. Saya jatuh hati di awal saya bertemu dengannya. Begitu menginspirasi. Selalu menyelipkan kalimat-kalimat penuh hikmah di awal atau di akhir kuliahnya. Kau tau? Saking ngefans nya saya dengan beliau, saya pernah menuliskan "*tanda love* drg Ika" di buku fotokopian kuliah saya. Huh sayangnya buku itu lagi dipinjam adik kelas saya. Kalau ada pasti saya foto dan saya upload disini. :).

Beliau adalah dosen yang super sibuk di kampus kami. Jadwalnya padat. Beliau adalah ilmuwan di bidang Tissue Engineering. Ahli Bioceramics. Jurnal-jurnalnya sudah diakui didunia internasional. Subhanallah sekali. Jika saya sebutkan satu-satu disini kehebatannya akan penuh blog saya olehnya. Paradigma saya dulu mengatakan bahwa : Mahasiswa dikampus yang berhasil menjadi tim peneliti bersama beliau hanyalah orang-orang hebat. Saya ingat dulu ketika semester satu diajak oleh Kelompok Study Fakultas saya untuk melihat ke Lab Research ruangan tempat beliau biasa penelitian. Disana beliau memperkenalkan bahan barunya semacam serbuk untuk mengganti tulang, percayalah ketika itu saya benar-benar terkesan dengan penelitian beliau walaupaun saya gak ngerti meneliti apa sebenarnya mereka. Dan saya melihat ada sekitar 3 mahasiswa yang berada bersama beliau diruangan itu. Ketiga mahasiswa angkatan atas itu adalah orang-orang hebat semua dikampus. Organisator namun otaknya brilian. Wow. Saya sungguh berbinar-binar. Oke singkatnya di mata saya yang ketika itu masih mahasiswa baru, beliau sudah sangat menyihir dengan cara beliau mengajar, dan sudah cukup menginspirasi walaupun hanya lewat kata dan sikap.

Dan yang paaaallliiiiing menginspirasi adalah beliau hidup lama di Jepang. Kau pernah lihat video Mas Danang A Prabowo dari IPB? Mahasiswa yang bikin video inspiratif tentang bagaimana menuliskan mimpi-mimpimu di atas kertas dan kemudian mencoretnya satu persatu jika mimpi itu tercapai? Termasuk ketika ia berhasil mewujudkan mimpinya dapat beasiswa kuliah ke Jepang. Dari SMA kelas 2 pulalah saya pertama lihat video itu. Dan semenjak itu saya mati-matian bermimpi untuk bisa kuliah di Jepang. Masya Allah *tepok jidat. Lihatlah alangkah gila nya saya. Dan sekarang? Saya mengenal dosen paling menginspirasi saya juga alumni Jepang. Bagaimana semakin ngilernya saya setiap beliau bercerita mengenai pernik kisah-kisahnya di Jepang.

Satu hal yang saya sukai adalah cara beliau mengingat nama kami, mahasiswanya. Jika kau sekali saja bertanya di kuliahnya dokter Ika, percayalah, namamu pasti akan ia ingat. Bahkan ia akan memanggilmu dengan namamu sendiri. Kau tau bagaimana rasanya diingat nama oleh seorang dosen yang hebat? Sungguh Amazing!! Oke mungkin saya lebay. Tapi sungguh, hal sederhana yang bisa membuat orang terkesan adalah dengan bersusah payah mengingat namanya. Walaupun kelihatannya sepele. Tapi dengan begitulah maka orang yang kita ingat namanya akan merasa dianggap penting dan dihargai. Dan kau tau gimana degdegannya saya dulu yang masih menjadi mahasiswa tingkat satu, memberanikan diri bertanya dikuliahnya beliau dan dengan lembut beliau bertanya. "Siapa namanya?"... "Oh ya Rini apa yang mau ditanyakan?" ...atau kalimat ini.... "Baiklah jadi begini Rini, blabla..." ... "Rini apakah masih bingung?" "Rini mungkin mau bertanya?" subhanallah... Rini???? Masya Allah. Mencelos hati saya bagai naik roller coaster begitu nama saya disebutnya. *lebay memang.

Sederhana. Cara yang paling sederhana membuat orang tertarik dengan kita adalah dengan kita tertarik dulu pada mereka. Yak cukup dua poin itu untuk menjadi public speaking hebat. Berbicara sambil tersenyum dan menyebut nama siapa saja yang bertanya lalu mengingatnya. Itu sudah. Subhanallah.

Begitulah saya, hanya mengagumi beliau tanpa memiliki kesempatan untuk mengenalnya lebih dekat. Tak mengapa bagi saya. Namun suatu saat semoga saja Allah mengabulkannya. Amin.

Di semester 4 libur Ramadhan. Saya tidak pulang ketika itu karena ada beberapa hal yang harus saya urus di kampus. Dan tiba-tiba saja saya ditawari oleh salah satu senior untuk menjadi asisten penelitiannya salah satu dosen di biomedika (Kantor bagian yang sama dengan dokter Ika). Wow. Kesempatan langka. Tanpa pikir panjang saya langsung menyetujui. Ada konsekuensi yang harus saya hadapi ketika menerima keputusan ini. yaitu jatah libur ramadhan saya hanya seminggu. Libur seminggu untuk mahasiswa yang dari sebrang pulau Jawa sih mungkin wajar saja, tapi saya? Saya yang dari Jawa Barat hanya 8 jam dari jogja.(Hanya?) Hellooo seminggu itu sungguh sesuatu.

Tapi saya yakin bahwa ini tak akan sia-sia. Maka saya pun memutuskan untuk ikut penelitian dengan dokter Dyah, penelitian di Lab bersama tikus-tikus. Membedah kaki tikus, mengebur tulang kakinya, dan menggantinya dengan serbuk yang akan diteliti, lalu menjahitnya lagi. Wow Subhanallah sekali pokoknya. Bagaikan berada di ruang operasi. Belajar menyuntik, mengiris/merobek, mendekapitasi tikus atau jika diterjemahkan ke dalam bahasa yang lebih membumi adalah membunuhnya *mukaserius*, memutilasi kakinya, menguliti dan mendagingi (maksudnya melepaskan dagingnya dari tulang), dan yang paling dahsyat adalah belajar menjahit daging dan kulit. Jangan bayangkan semudah menjahit kain, jauh banget, perlu keterampilan dua tangan ditambah dengan sensasi kenyal-kenyal kulit dan daging bonus darah segar. Hha omaigad super sekali.*apadeh.
Gilanya lagi saya jadi kepikiran jadi spesialis Bedah Mulut. Haha. Keren kayaknya jadi spesialis bedah mulut. Keren??? Yup. Karena Palestina!! Wow. Ya Palestina!!! Saya perempuan dan saya hanyalah calon dokter gigi. Mana bisa ke Palestina? Tapi mungkin akan lain ceritanya jika saya adalah spesialis Bedah mulut. Walaupun dokter gigi, spesialis bedah mulut juga kan ahli operasi? Kan dengan kondisi perang disana pasti banyak yang mengalami patah rahang?*sotoy* Begitu pikir saya ketika itu. Haha.. am i crazzy? Yeah i am. Betapa bersemangatnya saya bermimpi.  Tapi dengan naasnya kenyataan menghempaskan mimpi saya jatuh begitu saja ke empang (?). Mimpi gila saya (agak) luntur ketika mengetahui kuliah spesialis bedah mulut adalah 6 tahun. Ajegile!! Usia berapa saya nikah kalo gitu? *pletak!! 

Oke kembali ke jalan yang benar. Sekitar 3 bulan saya ikut penelitian dengan dokter Dyah dan saya senang bisa akrab dengan dokter Dyah. Beliau adalah dosen pendamping di Laboratorium Anatomi (tempat saya bekerja). Dan ketika tiba saatnya musim PKM. Senang rasanya ketika salah satu teman saya mengajak saya riset bareng bikin proposal PKM. Belakangan saya tau alasan dia mengajak saya ya karena saya ada pengalaman riset dengan dokter Dyah. Maka kami ber-5 membuat suatu penelitian yang intinya adalah membuat serbuk pengganti tulang dari bahan cangkang telur. Dan tentu saja dosen yang paling tepat membimbing kami adalah dokter Ika. Alhamdulillah. Senangnya tak terkira ketika PKM kami lolos didanai dan dengan dosen pembimbing hebat, dokter Ika. Semangat penelitian menggebu membuat konsentrasi kami terpecah antara PKM, kuliah, 7 praktikum, dan persiapan KKN. Wow semester 6 yang sangat hectic. Dahsyat!!

Selesai musim PKM dan kenyataan pahit bahwa kami tak lolos PIMNAS, tibalah saatnya kami mencari dosen pembimbing skripsi. Dan saya beserta dua orang rekan sePKM saya ditawari dokter Ika untuk menjadi anak bimbingannya beliau. WOOOOTTT??? Subhanallah Ya Rabb. Senangnya tak terkira.

Kau tau, teman se bimbingan skripsi saya juga singa semua. Ada yang mantan ketua BEM fakultas sekarang ketua ikatan senat FKG se indonesia, mantan ketua kelompok study fakultas, mahasiswa berprestasi dari fakultas tahun 2011, dan peraih beberapa lomba karya ilmiah. WoWow!! Saya?? huks. *galiSumur

Lihatlah!!! Betapa banyaknya kan singa disekeliling saya?? Ini tak lain adalah jalan Allah. Skenario Allah. Sungguh. Betapa saya ta pernah kecewa ketika berdoa kepada-NYA. Pasti banyak kejutan didepan. Pasti!! Hal Jazaaaa ul ihsaani ilal ihsaaan. Balasan kebaikan selain kebaikan pula.

Hajar berlari diantara shafa dan marwa. Tapi air zam-zam muncul dari telapak kaki Ismail. Ya Robbi kadang keajaiban tidak muncul dari Ikhtiar kami, tapi dari jalan yang tidak kami sadari. Maka, seperti Hajar kami akan berikhtiar, bersipayah, berlari. Dengan itu Ya Robbi, lihatlah kesungguhan kami. Terbitkan keajaiban untuk kami dimanapun Kau kehendaki. Amin. :).

Mimpi saya untuk ke Jepang atau ke Palestina mungkin sedikit luntur. Tapi kita lihat saja nanti. Mungkin Allah punya rencana yang jauh lebih indah. :).Lets say Allahu Akbar!!! ^_^9

Refleksi (1)

Dengan menyebut nama Allah yang maha Pengasih lagi Maha Penyayang. ^_^

Saya tarik nafas dalam-dalam. Lalu saya pejamkan mata.Dan taukah? Saya bisa melihat semuanya. Tentang perjalanan hidup saya. Setapak demi setapak. Hingga saya bisa sampai disini. Betapa penuh perjuangan. Sungguh.

Saya awali cerita ini dengan sebuah dongeng. Dongeng yang saya dapat dari buku karya Kang Abik (Habiburrahman El-Shirazy) berjudul "Ketika Cinta Bertasbih" jilid 1 (iya kalo tidak jilid 1 ya jilid 2 saya lupa), di halaman-halaman terakhir. Buku itu saya baca ketika kelas 2 SMA. Saya ingat cerita itu hingga sekarang. Percayalah. Betapapun kau bersikukuh telah menonton film dengan judul yang sama, kau tak akan menemukan dongeng ini di filmnya.

(Cerita dibawah ini sudah di modifikasi sedemikian rupa sehingga... *baca aja.)

Alkisah di sebuah hutan yag rimbun, lewatlah segerombolan domba, terdiri dari induk domba, ayah domba, anak-anak domba, beserta kakek dan nenek domba (?). Mereka ke hutan untuk mencari rumput. Iya ceritanya ada rumput di hutan. *udah gausah protes.-____-"*. Tapi tiba-tiba sang induk domba mendengar ada suara rengekan bayi di semak-semak. Maka dengan memberanikan diri, sang induk domba pun mencari sumber suara rengekan tersebut. Dan omaigad ternyata si induk itu menemukan ada seekor bayi Singa, lucu sekali dan menggemaskan (?). Si induk itu pun membujuk suaminya agar ia diizinkan membawa pulang si anak singa tersebut dan turut membesarkannya. Meskipun sedikit khawatir si ayah domba yang baik hati, ramah-tamah tapi ga rajin menabung (?) itu pun akhirnya mengizinkan si bayi singa di bawa pulang kerumah.

Begitulah si bayi singa itu dinamai Simba oleh induk domba, dan si ibu domba dengan telaten membesarkan si Simba dengan penuh kasih sayang sebagaimana ia menyayangi ke-3 anaknya yang lain. Ketiga anak domba itu kita namai saja hmmm...ngggg..... namanya Doly, Dola, dan Dolu (?). Nah, sebagaimana Doly, Dola, dan Dolu si Simba ini juga dibesarkan layaknya anak domba oleh ibu domba. Ia digembalakan sebagaimana domba, disusui oleh ibu domba, dan juga makan rumput seperti domba. Iya rumput, bukan daging.


Hari berganti hari, berganti minggu, bulan, dan tahun. Singkat cerita si Simba ini kemudian beranjak remaja dan sudah melewati masa-masa alaynya (?). Di suatu pagi yang cerah keluarga domba itu pun seperti biasa pergi ke hutan bersama-sama untuk memakan rumput. Si ayah domba pagi itu tak turut serta dalam rombongan karena yah sebentar lagi Idul Adha kayaknya (?). Intinya si Ayah kagak ikut ke hutan deh.

Nah balik lagi ke hutan. Ketika tengah asyik makan rumput, tiba-tiba mereka diserang oleh seekor Serigala buas. *Wow-panik*. Keluarga domba itupun berlari tunggang langgang dikejar Serigala. Naas. Si induk domba tak bisa lolos dari kejaran Serigala. Ia terpojok dan siap diterkam oleh Serigala. Ketika tengah terpojok, si ibu domba berteriak meminta tolong. Sementara di sudut lain, Doly, Dola, dan Dolu gemetar ketakutan tapi juga cemas pada ibu mereka. Berikut percakapannya.

(Percakapan di bawah ini sudah diterjemahkan)

Doly: "Mampus. Nyokap kite diserang srigala."
Dolu: "Aduh gimana dong?" *panik*
Dola: "Eh ayo kita tolong!!! Tapi gimana caranya?"
Dolu: "Lu aja sono yang nolongin. Lu kan anak paling gede." *noyor-noyorin bahu Doly.
Doly: "Kok gue sih? Elu kan yang badannya paling gemuk. Sono!!" *dorong-dorong Dola.
Dola: "Kok gue? Tuh si Simba aja!!!"
Doly-Dolu: "Nah iya bener. Simba!!"

Simba yang juga gemetar ketakutan kaget ketika di perintah oleh saudara-saudaranya untuk maju menyerang serigala.
Simba: "Kenapa gue? Gue kan anak bungsu."
Doly: "Lu kan singa. Srigala takut denga Singa. Sono lu!!"

Simba sungguh tak mengerti apa yang dimaksud saudara-saudaranya dengan kata Singa. Yang dia tau, namanya adalah Simba bukan Singa (?). Ia juga tak mengerti kenapa malah ia yang dikatakan berbeda oleh saudara-saudaranya. Yang dia tahu, dia ya juga domba, tak berbeda dengan saudara-saudaranya yang lain. Namun disisi lain ia harus menolong Ibunya. Ibu yang sangat menyayanginya. Yang telah membesarkannya. Inilah saatnya untuk balas budi.
Maka dengan memberanikan diri ia pun melangkah mendekati Srigala.

Simba : "Hey Srigala!! Lepaskan Ibuku!!!"

Srigala yang mulai beringas hendak menerkam makan paginya, berang ketika ada suara di belakang yang menghardiknya. Dan betapa kagetnya si Srigala ketika ia melihat ada Singa di tengah-tengah gerombolan domba. Lututnya mulai gemetar. Keringat dingin bercucuran. Ia sudah pasrah, pasti ia kalah, pikirnya. Namun ia mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk bersuara menantang Singa.

Srigala : "Hai Singa, apa kepetinganmu terhadap makananku?"
Simba: "Lepaskan!!"

Dan bersiaplah si Srigala berduel dengan Singa.

Si Simba yang murka melihat ibunya terluka parah, mengumpulkan keberaniannya dan ia dengan menarik nafas dalam-dalam mengeluarkan suaranya...

Simba : "EMBEEEEKKKKK.....!!" suara si SImba menggema di dinding-dinding pohon hutan.

Mendengar itu, alis si Srigala bertautan (?) *anggap aja ada alisnya -___-". Dan begitu sadar bahwa itu benar-benar suara dari si Singa dihadapannya ia pun tertawa terpingkal-pingkal. Bah... rupanya Singa yang ada dihadapanku ini hanyalah Singa bermental domba. Sama sekali tak ada yang perlu dikhawatirkan darinya, pikir si Srigala.
Dan dengan keberanian berlipat-lipat si Srigala pun menyerang si Singa. Sementara si Singa yang kaget melihat keberingasan si Srigala kemudian lari terbirit-birit dikejar Srigala. Pada akhirnya ia lari ke arah yang salah, ke jalan buntu sehingga ia tersudut dan pasrah. Ketika suasana semakin genting dan menyadari tak ada yang menolongnya ia pun menyerah.
Tiba-tiba dari dalam hutan terdengar ada suara auman Singa.
"AAAAAUUUUUUUUMMMM....."
Tanah hutan bergetar karena suara aumannya yang berwibawa. Dan terdengar suara langkah kaki yang semakin mendekat, dialah sang Singa dewasa si raja hutan. Ia murka karena ia ternyata melihat anak Singa dikejar oleh Srigala. Si SInga datang untuk menyelamatkan anaknya. Begitulah akhirnya si Srigala pun menyerah dan lari tunggang langgang ketakutan melihat Singa.

Sementara si Simba yang semakin ketakutan karena melihat ada Raja hutan dihadapannya. Sudah jatuh tertimpa tangga, pikirnya. Ia hendak berlari, namun larinya tertahan oleh si Raja Hutan.

Raja: "Hey, Nak. Kenapa kau lari dariku?"
Simba: "Ampun, jangan bunuh aku!! Aku tadi hanya ingin menyelamatkan ibuku."
Raja: "Siapa yang akan membunuhmu? Ini aku. Singa. Sama sepertimu. "

Simba tak mengerti apa yang dikatakan si Raja hutan. Ia benar-benar ketakutan.
Si raja hutan yang semakin terheran-heran melihat Singa yang ketakutan segera menarik Simba ke pinggir danau.
Di pinggir danau, si Raja hutan melihat pantulan wajahnya di atas air danau yang bening.

Raja: "Mendekatlah, Nak! Kita sama. Aku singa dan kau juga singa."

Simba lalu memberanikan diri untuk mendekat. Ia benar-benar melihat pantulan wajahnya di atas beningnya air danau. Mereka sama-sama berkaca di atas air. Dan benar saja, wajahnya mirip dengan raja hutan. Dari mulai itulah ia baru sadar bahwa dia sebenarnya adalah singa. Calon raja hutan.
Setelah menyadari kebodohannya, Simba di ajari mengaum oleh raja hutan. Begitulah hingga akhirnya Simba pun tumbuh dewasa menjadi Singa yang sesungguhnya.

******************************************************tamat*******************

Kamu tau apa hikmah dari cerita di atas?
Yup, bisa jadi, kita sekarang ini sebenarnya adalah singa. Ya. Ada singa dalam diri kita. Namun karena kita yang terlalu naif dan terlalu sempit memandang hidup menilai diri kita hanya setaraf domba. Karena apa? Bisa jadi karena lingkungan kita yang membuat demikian. Lihatlah!! Kita hidup dengan orang-orang sekeliling kita adalah domba. Sehingga kita menilai diri kita tak bisa lebih dari mereka. Bahkan sama saja dengan mereka.

Potensi singa dalam diri kita, kita kubur dalam-dalam hanya karena kita menganggap diri ini sama dengan orang-orang disekitar kita. Tak ada inovasi. Sama saja.

Tidak. Bukan. Saya disini sama sekali tak mengajak untuk menyombongkan diri dan memandang rendah orang lain. Tidak. Tapi berfikirlah out of the box. Berfikir beda dengan yang lain. Kalo yang lain menyibukkan diri dengan bermain dan kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang). Maka kita kura-kura (kuliah-rapat-kuliah-rapat). Jika yang lain galau? kita ngaji. Jika yang lain pacaran? Kita ikut kajian. Karena kita Singa. Bukan domba.

Dan lihatlah, kawan. Kisah domba dan singa yang sudah mengendap dan terkristalisasi dalam diri saya sejak kelas 2 SMA ini telah merubah saya bertransformasi sedikit lebih baik dari saya yang dulu. Ya sedikit. Hanya sedikit. Saya butuh kisah yang lebih dahsyat lagi untuk membuat saya melangkah lebih jauh. Saya butuh lingkungan singa. Yah nampaknya itulah jawabannya.

Banyak. Banyak singa disekitar saya. Banyak sekali. Hanya saja saya yang terlalu bebal belajar "auman" dari mereka. Sungguh. Bebal sekali. Hingga saya lupa untuk bersyukur karena memiliki singa-singa hebat disekeliling saya. Ya Allah Alhamdulilllah... :)

Dan kau tau? Saya menemukan satu singa yang paling hebat yang saya kenal. Hebat sekali. Saya sungguh bersyukur telah diberi kesempatan untuk mengenalnya. Bersyukur. Beribu syukur. :).
Penasaran? Saya janji akan mengenalkan singa itu pada kalian di next story.
Sebelumnya, sudahkah anda bersyukur hari ini? Lets say Alhamdulillah. :))

Rabu, 02 Januari 2013

aroma januari yang menyengat

Andai saja ini siang, mungkin akan terlihat jelas awan hitam pekat menggumpal-gumpal. Langit murka mengirim triliyunan batalion noktah air ke bumi. Menukik dengan kecepatan kereta lodaya malam. Menyumpal setiap telinga dengan dengungan ribuan lebah. Mata berebut cahaya dengan jutaan partikel air. Mengaburkannya dan memaksa kelopaknya mengatup tiap beberapa detik karena gagal berakomodasi. Lalu apakabar petir dan guntur? Mereka mungkin tengah mengantri giliran untuk ditembakan ke bumi. Seolah jagat raya hari ini beramai-ramai menyambut januari dengan aubade suara hujan.

Dan saya. Ketika itu tengah berada di atas motor. Baru saja pulang dari jamuan ulang tahun teman se kkn. Menyeruak di jalanan besar yang lengang karena sebagian besar pengendara roda dua tak mau berkompromi dengan brutalnya hujan malam itu. Dan dengan elegannya saya melenggang di jalanan berselimut air setinggi betis orang dewasa. Huh ..jas hujan tak lagi berguna. Dingin yang menusuk kini mulai merambat ke dada. Jilbab saya basah kuyup. Kaos kaki saya terendam dan hey apakabar lengan jaket? Basah semua. Tapi aroma januari tak membuat saya patah arang. Saya masih nekad menerobos hujan. Menyibaknya bagai tirai-tirai transparan di altar cordoba *eeaa sotoy*.

Jangan salah sangka. Saya sama sekali bukan penikmat malam pergantian tahun baru Masehi dengan berjingkrak-jingkrak di konser-konser  gerl-en-boy-ben norak atau membakar uang dengan ledakan berwarna-warni. Bukan. Tenang saja. Saya hanya penikmat suara dan warna warni petasannya saja (what?). Tapi karena malam ini hujan deras mengguyur semesta jogja maka saya memutuskan untuk menarik selimut saja di kamar hangat saya setelah sebelumnya bersih-bersih badan dan menggilas baju karena basah yang acak abstrak dikeroyok hujan.

Maka malam itu yang harusnya sunyi, saya sunting gemuruh hujan agar setia mendekap telinga. Agar nyenyak menemani tidur saya selama setahun (ceritanya skrg tgl 31 des 12. *Zzzzz).


Aroma januari menyengat.
Saya tersentak.
Esok mungkin saya hampir merayap menggapai 22 tahun. Tepatnya sekarang usia saya 21 tahun 10 bulan 19 hari sekian jam sekian menit sekian detik. Usia yang matang (mungkin) harusnya. Mahasiswi semester akhir yang sudah memiliki adek TIGA angkatan. Wow...usia yang sudah seharusnya digunakan memikirkan tugas akhir (*pura2 pingsan)

.Saya lelah merutuki waktu. Tentang bertapa cepatnya ia berlari tak peduli betapa payahnya saya mengejar. Tentang betapa miskinnya saya di usia yang hampir seperempat abad ini. Omaygad oh my no oh my wow bawakan saya laci meja belajar nobita (?) Agar saya bisa kembali dengan mesin waktu dan mendikte diri saya untuk melakukan apa yang seharusnya saya lakukan dan melakukan apa yang hidup inginkan dari saya di usia saya kemarin. Habis waktu saya dengan hal yang sia-sia. Padahal saya mungkin sudah dengar tentang teori-teori penciptaan, tentang filsafat kehidupan, tentang dalil-dalil manusia di Al-Qur'an. Tapi diri ini tetap saja bebal untuk mengejawantahkan semuanya menjadi suatu makna kehidupan yang lebih elegan dari saya yang sekarang. (*jedot-jedotin-pala)

Well, selalu ada harapan untuk bangkit. Hey!!! Berjuang itu tak harus memiliki jutaan alasan. Persetan dengan sistem. Sekarang sayalah yang akan membuat sistem.

Enyahlah ketakutan digulung gelap. Saya masih punya Tuhan.

Karena peramal musyrikin sudah mulai lelah mengestimasi kiamat yang katanya 12-12-12. Tak ada satupun yang bisa menjauhkan saya dari harapan. Tak ada. Bahkan kegelapan. Bah... buat apa takutkan gelap? Sekarang gelap pun saya masih berkawan bintang. Ada yang lebih menakutkan dari kegelapan. Dialah kesendirian. Kelak di alam kubur saya sendiri. Arena pendadaran terakhir saya pun seorang diri di ruang gelap tertutup. Di uji oleh dua dosen penguji. Profesor Rokib dan Atid.
Bersyukur masih diberi umur. Itulah kesyukuran paling menggembirakan.
Masih ada waktu untuk memperbaiki diri.
Maka waktulah yang selalu memberi harapan.
Alhamdulillah....^_^

Aroma januari yang menyengat menyisakan senyuman bidadari yang berkilau di surya jingga. Pagi.
Aha... semangat pagi!!! ^_^...
Iya... selalu ada pagi untuk memperbaiki hitamnya malam dan selalu ada kertas kosong dihalaman berikutnya. Mari bersulang untuk 2013 yang gemilang!!!
Let's say Allahu Akbar!!!   ^_^9

tentang surat Maryam

tadi, ada harapan mengetuk pintu.

kubuka, lalu kupersilakan duduk.

ia tak banyak berkata, hanya saja wajahnya terlihat murung.

akupun ikut bingung dibuatnya, maka kutinggalkan saja dia dan aku memutuskan membunuh cemas dengan membaca Maryam.

kau tau? tiba-tiba si harapan menghampiri

Pias diwajahnya kini bersampul sumringah

kutanya pada telinga, apakah gerangan yang kau baca?

ia bilang ia sama sekali tak mengerti

hanya saja 'Maryam' itu ia rasa mengalun merdu dalam kalbu

semakin khusu' lisan membacanya, semakin bersahutan suara ketukan di pintu.

kini berdatangan banyak tamu

selain harapan yang asik menyimak juga ada tegar dan semangat

sementara cemas semakin sekarat oleh 'Maryam'

lalu kutanya pada mata, hey kenapa kau menangis? sama seperti telinga, ia menggeleng tak mengerti

hanya saja mereka semua sepakat bahwa ini seperti turun salju.

dingin dan lembut walaupun datangnya satu satu.

 tak mengerti apa arti 'Maryam' tapi hati kini tengah bercengkrama dengan damai.

dan semua tamu malam ini tengah dijamu dengan segelas senyuman.

Oh ya Ampun kenapa kau masih saja menangis??

Ia menjawab entah kenapa ia masih saja merasa pilu.

Karena waktu memberi harapan palsu

Baiklah kita tinggalkan saja dia dan Eh kau kenapa malah melamun?