tadi, ada harapan mengetuk pintu.
kubuka, lalu kupersilakan duduk.
ia tak banyak berkata, hanya saja wajahnya terlihat murung.
akupun ikut bingung dibuatnya, maka kutinggalkan saja dia dan aku memutuskan membunuh cemas dengan membaca Maryam.
kau tau? tiba-tiba si harapan menghampiri
Pias diwajahnya kini bersampul sumringah
kutanya pada telinga, apakah gerangan yang kau baca?
ia bilang ia sama sekali tak mengerti
hanya saja 'Maryam' itu ia rasa mengalun merdu dalam kalbu
semakin khusu' lisan membacanya, semakin bersahutan suara ketukan di pintu.
kini berdatangan banyak tamu
selain harapan yang asik menyimak juga ada tegar dan semangat
sementara cemas semakin sekarat oleh 'Maryam'
lalu kutanya pada mata, hey kenapa kau menangis? sama seperti telinga, ia menggeleng tak mengerti
hanya saja mereka semua sepakat bahwa ini seperti turun salju.
dingin dan lembut walaupun datangnya satu satu.
tak mengerti apa arti 'Maryam' tapi hati kini tengah bercengkrama dengan damai.
dan semua tamu malam ini tengah dijamu dengan segelas senyuman.
Oh ya Ampun kenapa kau masih saja menangis??
Ia menjawab entah kenapa ia masih saja merasa pilu.
Karena waktu memberi harapan palsu
Baiklah kita tinggalkan saja dia dan Eh kau kenapa malah melamun?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar