Rabu, 02 Januari 2013

tentang surat Maryam

tadi, ada harapan mengetuk pintu.

kubuka, lalu kupersilakan duduk.

ia tak banyak berkata, hanya saja wajahnya terlihat murung.

akupun ikut bingung dibuatnya, maka kutinggalkan saja dia dan aku memutuskan membunuh cemas dengan membaca Maryam.

kau tau? tiba-tiba si harapan menghampiri

Pias diwajahnya kini bersampul sumringah

kutanya pada telinga, apakah gerangan yang kau baca?

ia bilang ia sama sekali tak mengerti

hanya saja 'Maryam' itu ia rasa mengalun merdu dalam kalbu

semakin khusu' lisan membacanya, semakin bersahutan suara ketukan di pintu.

kini berdatangan banyak tamu

selain harapan yang asik menyimak juga ada tegar dan semangat

sementara cemas semakin sekarat oleh 'Maryam'

lalu kutanya pada mata, hey kenapa kau menangis? sama seperti telinga, ia menggeleng tak mengerti

hanya saja mereka semua sepakat bahwa ini seperti turun salju.

dingin dan lembut walaupun datangnya satu satu.

 tak mengerti apa arti 'Maryam' tapi hati kini tengah bercengkrama dengan damai.

dan semua tamu malam ini tengah dijamu dengan segelas senyuman.

Oh ya Ampun kenapa kau masih saja menangis??

Ia menjawab entah kenapa ia masih saja merasa pilu.

Karena waktu memberi harapan palsu

Baiklah kita tinggalkan saja dia dan Eh kau kenapa malah melamun?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar