Sabtu, 29 September 2012

Sepenggal Kisah dari Sarimulyo Part II



Alhamdulillah akhirnya saya bisa menulis lagi. Saya punya hutang menuliskan part II dari kisah kegejean kkn kami. Part I sudah membahas yang putra. Oke baiklah sekarang part II membahas yang putri...

Beri saya waktu untuk memanggil memori kkn saya...*Pasang radar neptunus.

hmm...

1. Mbak Hapzqh. Angkatan 2011 jurusan pariwisata FIB. Iya mbak Hapzah memang angkatan 2011, tapi dia ekstensi dari D3, jadi aslinya ya 2008. Adalah yang paling dewasa diantara kami bertiga. Saya dan mbak Hap sama-sama punya golongan darah A. Haha... iya jadi kami di kkn ini hobi banget menghubung-hubungkan sifat orang dari golongan darahnya.
Untuk lebih lengkapnya buka aja deh ini...

Jadi di subunit kami ini, yang putrinya terkenal cerewet. Rame. Berisik. *huks. T_T
Yang putra kebalikannya. Pendiam. Irit ngomong. Jawab seperlunya. Sangat halus kalo bicara. Karena orang jawa asli juga kali ya.

Mbak Hapzah itu sangat supel. Mudah akrab dengan warga. Ibu-ibu terutama. Entahlah gimana caranya yang jelas kalo saya pribadi secerewet gimanapun kalo udah mentok di bahasa biasanya saya skak mat.
Mbak Hapzah itu pengalamannya segudang. Dia pernah jadi asisten chef di sebuah restoran. Itulah kenapa Mbak Hap kami daulat menjadi Chef master subunit kami. Paling jago masak. Mau masak apapun dan bahan-bahan yang tersisa apapun pasti bisa disulap jadi makanan. Padahal kondisi dapur kami disana adalah begini...



Dibawah ini foto Faiz. Cucunya Ibu tempat kami mondok. Lucu kaaaannnn.. :).


Fokus ke Mb Hap.
Saya punya banyak cerita lucu bersama Mbak Hapzah. Namun yang paling saya ingat adalah ketika kami berangkat ke pasar ditemani dua putra macam Mas Bayhaqi dan Mas Ulin (sosok dari subunit sebrang--dusun Pengos B).
Syahdan, selepas shalat subuh, Mas Bay menawari kami pergi ke pasar. Dan pagi itu yang berangkat ke pasar adalah saya dan Mbak Hap). Nah, janjianlah kami di jembatan. Setibanya disana... Jeng Jeng... mereka ternyata lebih prepare daripada kami. Mereka tuh bawa keranjang belanjaan coba. :D :D


Dan sesampainya dipasar kami lebih geleng-geleng kepala lagi, ternyata mereka juga bawa daftar belanjaan lengkap banget.*gubrak. Salut! :D
Maka keonaran pun kami buat di tukang daging. Jadi mereka belanja daging entah berapa kilo (yang jelas banyak banget soalnya sorenya di subunit mereka ada acara gitu), nah sambil nungguin si ibu daging potongin daging mengobrollah kami, dan kami barus sadar kalo obrolan kami itu jadi pusat perhatian orang-orang yang lewat coba.  *nyari-lobang. T_T
"Sumpah, bawa kalian itu berdua aja udah berasa bawa orang sekampung, berisik banget."
begitu kata Mas Bay.

Singkatnya. Belanjaan mereka ternyata lebih alay dari kita. Haha. Rempong beud. Lucu aja gitu liatnya, kita yang putri cuma bawa keresek kecil-kecil. Mereka??? Keranjangnya yang segede gaban aja masih gak muat.

Begitu nyampe parkiran, mereka heboh ketinggalan beli sesuatu trus kami yang putri dibiarkan jongkok di parkiran menunggui segunung belanjaan mereka. Kebalik kan? haha... itulah indahnya kkn.
"Kalian mau pulang gak??" tiba-tiba Mas Bay membuyarkan rumpian kami di sudut parkiran. Oalaaah ketauan deh kami malah asik ngerumpi meninggalkan barang belanjaan mereka di dekat motor. Ya salaaaammmm.... :D
Dan di perjalanan pulang ke pondokan, kami di cegat polisi. *tepokjidat,
Mendadak ada razia gitu deh. Kami dimintai surat surat motor. Dan manalah pula saya bawa dompet, duit aja cuma bawa selembar, itupun diselipin di wadah Hape. Gubrak.
Dan beginilah kami...
 

Ckckckck... mengkhawatirkan. Kayak anak ilang. Haha... Tapi apa yang terjadi dengan tampang-tampang kami?


*Gubrak.
Keberisikan kami di sana kayaknya agak sedikit menggagalkan suasana tegangnya di tilang. Maka entah gimana ceritanya, akhirnya kami memang dibebaskan dari razia, mungkin selain karena kami anak KKN UGM yang punya bukti KIK sakti, juga mungkin karena memang Pak Polisinya berharap kami cepetan pergi. -_____-

Dan tahukah? Sepulang dari pasar itu saya dan Mbak Hap terjun dari motor. Jatuh hampir terperosok ke jurang yang penuh batu coba. Untung Mbak Hapzah banting setir dan menjatuhkan diri tepat di bibir jurang. Zzzzzz ngeri. Tertatih kami berdiri dari motor (jadi ceritanya kami sudah pisah jalan dari yang putra tadi), dan ditolong oleh nenek yang lagi nyapu. Daaaaannnn.....dengan brutalnya kaki saya yang terkilir di puntir-puntir di pinggir jalan oleh sang nenek itu. Sakti banget dah, sampe saya jerit-jerit gajelas kayak tarzan di tengah hutan. Sakit banget. huks. T_T.

Begitulah Mbak Hap. Sebenarnya masih banyak cerita-cerita menarik lainnya, tapi ya ini dulu saja. Untuk Hantari., Next Part III... ^_^. Smangaaaattt!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar