Senin, 01 Oktober 2012

Sepenggal Kisah dari Sarimulyo Part III

Saya masih punya hutang menuliskan satu personil Genk Cherrymulyo ya di blog ini.
Oke... hmmm... *pasang radar neptunus.


2. Hantari
Saya bingung harus mulai dari mana. Yang jelas, dialah yang sepatutnya dapat porsi cerita terpanjang dari saya. Karena apapun, kapanpun, dimanapun, bagaimanapun, lagi apapun, semua-muanyapun, ada saya berarti ada Hantari. Begitu pula sebalinya, ada Hanhan pasti ada saya. Kami seperti sepaket kemana-mana.
Dia adalah sahabat saya seangkatan (jelas), sefakultas, sejurusan, sekelas, sekelompok belajar, seorganisasi, sekkn... sesubunit pula. Tak hanya itu, setiap duduk kuliah pun kami pasti duduk sejejeran. Masih ada lagi, kost kami jaraknya tinggal ngesot, deketan banget. Masih mau tambah? Sama-sama dikawat, hhe.
Ada lagi.
Jadi tiap pagi di tempat kkn kan Kormasit kami (Mas Zun), rutin menanyakan rencana aktivitas kami di hari itu. Dan semua pasti udah hafal, kalo saya yang duluan ngomong, pas giliran Hanhan, dia pasti jawab "Idem deyni." Begitu pula sebaliknya, kalo saya yang trakhir ditanya, saya jawabnya "idem Hanhan." Haha. Tiap hari di tempat kkn aktivitas kami memang barengan. Dari mulai bangun tidur sampe tidur lagi. Zzzz...:D. Mas Anas sampe nyangkain kami kembar siam. Wkwkwk

Senang rasanya bisa sesubunit sama Hanhan. Paling tidak, adanya Hanhan bisa mengurangi orang di kkn yang harus saya adaptasi-i..*apasih. :D.
Kami berjuang bersama dari awal. Mulai dari kelompok yang Srunggo (kelompok kkn awal kami), hingga akhirnya Srunggo dibubarkan dan terdampar di klmpok kkn yang sekarang. Di kelompok kkn yang sekarang ini pun, saya klop dalam jiwa berdagang bersama Hanhan. Hho. Ditengah kuliah yang 25 sks itu, kami (dibantu tmen yang lain tentunya) bahu membahu mengais-ais rezeki untuk menghidupi kelangsungan hidup kkn ini *hasyah. :D
Dipikir-pikir lucu juga mengenang masa-masa dagang itu. Pagi jam 6.30 ngambil roti yang rutin dipasok oleh Andri (Koormanit kkn), trus dagang dikampus. Nah kalo hari Kamis, kami jam 2 siang sepulang kampus langsung ke pasar Kranggan beli bahan-bahan buat bikin kolak. Dan bereksperimenlah kami membuat kolak yang baru pertama kali itu kami buat,*dezing.

Panci yang segede gaban itu kami udek-udek dengan gaya penyihir yang lagi bikin ramuan. Dan seperti biasanya, lidah saya dan lidah Hanhan selalu beda. Saya yang keukeuh kurang manis VS Hanhan yang sudah pas. Apa beda suku itu beda lidah ya? hho *gak-penting-kali. 

Setelah si Kolak malang itu di pack, kami antar ke Maskam untuk diantar ke Putra yang kebagian tugas dagang. Nah ajaibnya, eksperimen Kolak kami itu langsung ludes. LUDES loh sodara-sodara!!!
Jangan-jangan kolak kami mereka buang ke empang. Huks. Habisnya kami terharu. Kok ada ya yang mau beli? T_T. Dan dengan sadisnya Mas Wawan malah nanyain kabar pembelinya baik-baik aja apa kagak. *dezing.

Tak hanya itu, tiap minggu pagi, kami juga setia memasok molring ke yang putra. Semacam Mak Icih gitu deh, cimol kering yang dikasih bumbu aneka rasa. Mereka biasa menjajakannya di sunmor (sunday morning), semacam pasar tumpah gitu tiap minggu pagi di area kampus UGM.
Berminggu-minggu kami rutin dagang, dan lucunya suatu hari saya dan Hanhan dapat sms dari siapa ya, sayangnya saya lupa.
"Kalo bisa yang putri juga ikut bantu dagang. Soalnya kalo kami menawar-nawarkan kolak ke akhwat suka krik-krik gitu."
*Gubrak. -_-"
Jadi, akhirnya kadang-kadang saya dan Hanhan memang ikut turun ke jalan juga sih sekedar jualan Es sop buah atau es timun. Lucunya kalo dagangan kami gak laku biasanya kami beli sendiri satu-satu plus maksa temen sekost buat beli. haha.



Ada cerita lucu ketika awal-awal kami di pondokan. Jadi ceritanya kami (saya dan Hanhan) bikin daftar belanjaan bahan masakan untuk siang dan sore, mas Anas sma Arif lah yang ke Pasar pagi itu. Nah berhubung kami kagak tau takaran, kami asal aja nulis banyaknya masing-masing bahan. Seons aja kami kagak tau segimana. Dan dengan brutalnya kami nulis di daftar itu cabe setengah kilo. Jeng jeng... begitu mas Anas dateng kami cengok liat belanjaan cabe semua. Maksudnya dari sekian belanjaan itu cabe yang dominan. Cabe kriting pula. Akhirnya mau gak mau kita paksa tuh anak-anak putra tiap hari makan cabe. Kriting- kriting deh. Hho...

Selama kkn, Hanhan juga merangkap menjadi penerjemah saya. Haha. Iya dilumayanin aja deh ya dia walopun sebenernya bahasa Jawanya juga belepotan. :D.
Seperti halnya Arif, dikalangan yang putri, Hanhan adalah yang bungsu.
Iya jadi Hanhan ini suka agak lama gitu koneksionnya kalo dengerin cerita. Yang laen udah ketawa dia baru mencerna, yang laen selesai ketawa dia cekikian sendiri. *Gubrak. Dan dia selalu bangga kalo disebut polos. Padahal polos itu identik dengan Arif. *eh. Hehe...
  
Jadi, untuk orang yang baru kenal Hanhan mungkin akan mengira dia pendiam. Tapi sebenarnya kalo sudah akrab dia bisa heboh juga sih. Apalagi kalo udah menyatu antara saya dan Hanhan ditambah mbak Hapzah. Beuh... gonjang ganjing dunia persilatan *apadeh
Pernah disuatu pagi sepulang dari pasar. Saya dan Hanhan terperosok di turunan  tajam terjun dari motor. Dan jleb, bawah pinggang saya mendarat di batu yang tajam. Sontak saya diam.
"DEEEYYYYY.... DEEEEEEYYYYY.... DEEEEEYYYYY", teriak Hanhan heboh bener.
Sebenarnya saya panik karena Hanhan jerit2 manggil2 saya, tapi karena sakit, saya terdiam agak lama.
Dan setelah nyawa saya terkumpul saya bantu Hanhan berdiri dari posisinya dan bertanya....
"Knp Han? Apanya yang sakit?".. dengan datar dia jawab "Gak kenapa2. Ga ada yang luka kok." Gubrak.
Dan naasnya ketika posisi kami terkapar sedemikian rupa itu tiba-tiba dari atas terdengar suara anjing yang menggonggongi kami. Yas salaaammmmm.....  Hebohlah kami nyari bantuan panggilan emergency. Nelepon si ini, kagak diangkat, nelepon si itu, kagak diangkat. Mana itu anjingnya semakin mendekat lagi. T_T.....
Dan akhirnya....... Jeng jeng.... Arif-lah yang dengan jumawa mengangkat telepon kami itu. Aiiiihhhh....Arif memang selalu di garda terdepan menyelamatkan akibat kebrutalan kami. Haha...
Hasil dari jatuhnya kami ini adalah cara jalan saya jadi gak keruan selama beberapa hari. Dan baru saja memar di pinggang ini mulai sembuh, dengan tragisnya saya jatuh lagi bersama Mbak Hap seperti yang saya ceritakan di Part II. 

Oke balik lagi ke Han. Senang bisa memiliki teman yang bisa saling mengingatkan di kkn. Berfastabiqul khairat bersama. Saling menguatkan. Saling memberikan nasihat. Saling mengerti ketika yang satu emosi, maka yang lain mengalah, ketika yang satu terjatuh, yang lain menjulurkan tangan. Subhanallah...

Saya pernah baca buku yang saya lupa judulnya. Katanya, perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam berteman itu adalah, perempuan melihat kualitas, laki-laki melihat kuantitas. Artinya, perempuan akan merasa nyaman berada di suatu lingkungan selama ia memiliki teman--tak peduli sesedikit apapun teman itu--dengan ikatan emosional yang kuat alias sahabatan deket. Kalo laki-laki, mereka akan betah kalo punya banyak teman, tak mempermasalahkan kedekatan emosional. Berabe juga kalo ada 2 cwo sahabatan dengan ikatan emosional tinggi. hho. *krik.

Yah intinya adalah, saya beruntung memiliki teman-teman kkn yang sangat luar biasa. Membuat hari-hari kami semakin berwarna. Adalah skenario Allah ketika akhirnya kkn Srunggo itu bubar. Adalah skenario Allah ketika saya dan Hanhan ditolak daftar di sebuah grup kkn lain karena kuota putri sudah overload. Adalah skenario Allah pula ketika kami menemukan klmpok kkn yang masih kosong dan mau menerima grup Srunggo yang bedol desa

Saya dan Hanhan suka sekali dengan lirik lagu ini:
Baru saja berakhir...
Hujan disore ini...
Menyisakan keajaiban...
Kilauan indahnya pelangi...

Tak pernah terlewatkan
Dan tetap mengaguminya
Kesempatan seperti ini
Tak akan bisa dibeli....

Bersamamu kuhabiskan waktu...
Senang bisa mengenal dirimu,...
Rasanya semua begitu sempurna...
Sayang untuk mengakhirinya....

Melawan keterbatasan...
Walau sedikit kemungkinan...
Berusaha terus hadapi...
Hingga sedih tak mau datang lagi...

Bersamamu kuhabiskan waktu...
Senang bisa mengenal dirimu,...
Rasanya semua begitu sempurna...
Sayang untuk mengakhirinya....
Janganlah berakhir....
Tetaplah seperti ini....
(Ipang- Sahabat Kecil)



Oke ini akhir dari "Sepenggal kisah dari Sarimulyo." Berhubung saya sudah terlanjur bilang mau cerita tentang rinda, for next story adalah Rinda. Smangat!! hho...Hosh!!...:D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar