Kamis, 04 Oktober 2012

Accio Rinda

Baiklah. Akhirnya saya menyerah pada diri saya sendiri yang seharusnya meneruskan mengerjakan tugas yang deadline besok. Tapi dengan murah hati saya lempar jauh-jauh tugas saya dan....

Dengar. Saya ingin menulis. Diam. Jangan protes. Saya hanya ingin menulis. Itu sudah.
Walaupun saya bingung harus mulai darimana. Penuh berjejal otak saya. Ribuan kosakata dan berjuta cerita telah menggumpal-gumpal menunggu kapan dia diurai dan dibagikan ke semesta. Entah sejak kapan saya jatuh cinta lagi pada sastra. Didepannya saya bisa menjadi diri sendiri. Seperti air yang bersahabat dengan gravitasi. Seperti anak sungai yang menemukan muaranya. Jari saya menari-nari. Tak terkendali.
Baiklah. Sastra mengajarkan kejujuran. Maka saya akan jujur padanya. Dia pasti akan menerima saya apa adanya. Tak peduli sebrutal apapun bahasa saya. Tak peduli seabsurb apapun cerita saya. Yang jelas, setiap neuron dalam otak saya sekarang sedang diajak untuk berlari mengejar impuls menuju organ motori. Terkonversi menjadi sulaman kata dalam sajak cerita.
Oke berhenti bertele-telenya. Intinya bahwa saya ingin membayar hutang saya untuk menuliskan tentang seseorang. *dezing.
Iya tentang seseorang yang telah lama mengHANTUi empat cerita saya di blog ini. Bukan. Bukan. Saya tidak akan bercerita tentang Kuntilanak dan antek-anteknya (?). Tapi ini tentang Rinda...

Ngomong-ngomong... radar Neptunus saya sedang rusak. Saya lupa gimana cara menggunakannya. Tapi penonton (?) tak usah kecewa. Saya masih punya mantra sakti titisan dari Harry Potter. Yaitu sebuah tongkat ajaib. Taraaaa..... (*ngeluarin sumpit). Oke kita mulai kegilaan kita... *Berdehem-mencoba mengguncang sumpit-berdehem lagi-guncang-guncang lagi-dan....*
 "ACCIO MEMORI......!!!"
tiba-tiba keluar sambaran kilat berwarna ungu dari ujung sumpit tongkat saya. *apadeh
Tidak. Tenang saja, saya masih waras. Cukup waras untuk tidak meneriakkan mantra "Accio Rinda!!" Bisa-bisa tembok kost saya rusak oleh hantaman benda. *ampunNda.

Iya jadi disini saya akan bercerita tentang Rinda. Siapakah Rinda?? Siapa? Siapa hayoooo? Siapa??? SIAPAAAAA????


Yang jelas dia punya banyak kesamaan dengan saya. Huruf awalnya sama-sama huruf R. *iya baiklah saya akan serius*. Sama-sama golongan darah A. Sama-sama dari tasikmalaya. Sama-sama bisa sunda. Suka bercerita. Suka tertawa. Dan pandai membaca.:D
Oke itu tadi persamaan. Kalo perbedaan? Umm...engggg...hmmm....ngggg.&%*%*^O$#@%... Rinda itu keliatan dimanapun. Seperti halnya ketika awal pertama kali kita bertemu dia bercerita dengan cerianya tentang kenapa dia baru nongol di acara perkumpulan anak Tasik ialah karena dia baru aja sembuh dari kecelakaan. Berikut dialog kami...

(percakapan dibawah ini telah dialih bahasakan (?))

saya: kecelakaan kenapa nda?

Nda: ketabrak mobil.

saya: Hah??? Kok bisa?

Nda: tau tuh. Padahal nda lagi di pinggir jalan.

saya: ???

Nda: Dia bilang 'maaf mbak gak keliatan.'.

saya: "hah??" *gosok2 telinga.

Nda: "Gak keliatan." 

Dan melihat kenyataan bahwa rinda yang bercerita sambil seyum-senyum dan kadang tertawa macam begitu semakin membuat saya galau harus bagaimana saya berekspresi ketika itu. Huks.

Itulah pertama kali saya mengenalnya. Supel. Ceria. Ramah. Rame. Heboh. Cuek. Intinya. Gue banget.
 Jadilah kami temenan. Tapi mengingat kesibukan kami masing-masing akhirnya pertemanan kami tinggal hanya sebuah kontak nama di hape. Kenal sih. Tapi jarang kontek-kontekan. Hingga akhirnya KKN mempertemukan kami berdua. *hasyah. Dan disinilah kami. Di kkn ini menjadi semacam tim penggembira. Karena sepertinya yang heboh dan asik sendiri dari pihak putri adalah kami berdua. Ini menegaskan bahwa kehebohan kami memang independen. Tak bergantung pada ada atau tidaknya orang lain. Yang jelas kami selalu menjadi semacam katalisator kebrutalan dimanapun dan kapanpun #pasang tampang jumawa.

Saya sedikit belajar cuek dari Rinda. Cuek tentang apapun pendapat orang. Bodo amat walopun makan sepiring nambah lagi yang penting saya kenyang. Hho. Dan baru saja saya membaca sebuah artikel bahwa orang cuek itu adalah ciri-ciri orang kreatif. Karena saya kreatif brarti sayaaaa..... *plak!!

Cuek itu identik dengan keren. Lihat saja sinetron-sinetron korea yang TIDAK SENGAJA saya tonton itu kan rata-rata si pemain ceweknya berkarakter cuek. Cuek kalo dia kesekolah pake kaos kaki warna warni. Cuek kalo dapat gretongan selalu menjadi yang terdepan. Cuek kalo ketiduran dikelas. Cuek kalo tidurnya ngeces. Iya saya tau kalo anda mungkin juga bertanya kerennya dimana. Huks. T_T. *Eh btw itu TIDAK SENGAJA nya kok banyak beud.*. Baiklah. Kita anggap saja paradigma keren dimata saya dan dimata anda mungkin beda. Tenang Nda!! Yang jelas percayalah bahwa kecuekan kita itu keren. Yeah KEREN. hho.-_-"

Rinda. Yang akrab dengan semua orang. Yang disayang sama kakak-kakaknya di Jeruk (?). Yang perhatiannya tingkat dewa pada asupan gizinya. Yang sangat ngangenin buat saya *empuk* ^_^. Yang selalu pandai membuat saya tertawa.
Seperti kisah ketika disuatu hari saya tengah sangat luar biasa malas untuk tertawa. Tiba-tiba Rinda ngebbm saya dan menanyakan kabar saya padahal jelas jelas saya ada disebelahnya. Dan karena saya mengabaikan bbm nya, dia pun menyenggol-nyenggol saya dan berkata, "Bales dong!." Et sumpah saya yang niatnya puasa ketawa jadi ngakak karena manalah pula ada orang yang ngirim pesan ke suatu tempat yang kita anggap saja jauh jaraknya tiba-tiba dia datang tergopoh-gopoh menghampiri si alamat yang dituju hanya untuk bilang, 'balas pesan saya,' lalu dia pergi lagi. *gubrak. Kenapa tak ngomong saja langsung??? Ah absurb. Iya untuk mencari alasan untuk tertawa itu absurb. Sama absurbnya dengan orang dewasa.
Taukah??? Orang dewasa itu membingungkan. Dia bisa tertawa padahal dia menangis. Atau dia bisa menangis karena tertawa. Padahal ketika anak-anak, saya tak begitu. Anak-anak itu memiliki jiwa yang bipolar. Yang mereka kenal hanya hitam dan putih. Tidak ada abu-abu. Jika sedih ya akan menangis. Jika senang ya akan tertawa. Itu saja. Mereka begitu sederhana. Sederhana mengejawantahkan rasa menjadi ekspresi yang jujur. Maka kadang saya tak suka menjadi dewasa. *ngelantur.

Oke fokus!
Rinda sangat perhatian akan detail. Dia bisa menebak apa yang orang lain bisa sembunyikan. Dan saya suka ketika tebakannya tentang saya begitu tepat sasaran. Haha. Saya juga sebenarnya suka mengamati orang. Tingkahnya. Pola pikirnya. Sikapnya. Caranya menghadapi masalah dan menyelesaikannya.
Tapi jika saya ditanya siapa saya? Saya?? Saya siapa? Saya apa? Saya dimana? Apa Saya? Amnesia? Manusia? Ah saya lupa....

Oke jadi sekarang giliran Rinda yang menceritakan siapa saya. Saya tunggu.

Dan... Yeeee....... *keprokkeprok pukul meja nari pompom. (?) Akhirnya saya sudah membayar lunas hutang saya.
Izinkan saya untuk memunguti kembali tugas saya. Terkantuk-kantuk lirik jam. Apaaaah??? Jam 2? *nangisbombay.  *tarik selimut-baca doa-tidur. Zzzzzz.....

3 komentar:

  1. Bwahahahahaha... Tentang rindanya mah dikiiittt.. Bwahahaha.. Tp, maacih eaaa kakaakkk ;;)

    BalasHapus
  2. bhsanya enak dibaca, tulisanya acak, kontras huruf dg begron cukup melelahkn mata, XD

    BalasHapus
  3. Rinda, ketika dia banyak tahu tntangku dan aku tak sedikitpun tahu tentangnya..

    BalasHapus