Rabu, 10 Oktober 2012

Geje sih. Pikir ulang sebelum membaca.

Aroma pagi selalu menghantarkan kesejukan. Anginnya menelisik diantara dedaunan berembun. Baunya pekat oleh wangi masakan ibu-ibu rumah tangga yang mulai menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya. Waktu dimana para petani turun ke ladangnya,walaupun hanya sekedar menyapa bulir-bulir padinya yang hendak menguning. Tukang sayur masih setia dengan gerobaknya menapaki inci demi inci komplek perumahan. Berdengung suara kendaraan di jalan yang seolah berlomba-lomba menodai murninya udara pagi ini.

Pepohonan, selalu menghamparkan setiap molekul kehidupan. Akarnya yang menghujam menyimpan jutaan partikel air untuk disajikan ke penduduk bumi. Dahan-dahannya yang kokoh adalah tempat bergelantungannya anak-anak TPA sepulang mengaji. Ah masa-masa itu. Saya rindu memanjat pohon. Dulu, saya biasa memanjat pohon jambu air di belakang rumah nenek, pohon yang dahannya menjuntai ke kolam ikan dibawahnya, sehingga selepas puas merontokkan buahnya, kami meloncat ke kolam. Atau pohon jambu biji di pekarangan rumah bibi. Yang buahnya banyak yang bolong-bolong karena digerogoti kelelawar semalaman. Pohon Kersen. Pohon yang buahnya seperti ceri. Ia mampu menggoda setiap tangan untuk menghalalkan segala cara agar bisa meraihnya.

Sungai. Yang alirannya tenang. Berdesir seperti angin. Menelusur mencari tempat terendah. Di sungailah tempat anak-anak mandi  dan ibu-ibu biasa mencuci. Mereka mengawali pagi dengan mencuci sambil ngerumpi. Tentang harga cabe yang lagi naik. Tentang betapa sulitnya beli bensin murni. Tentang nilai rapot anaknya yang dihiasi tinta merah. Tentang perceraian artis (?). Tentang pejabat yang korupsi. Dan masih banyak lagi. Yang semuanya itu terlalu dini untuk dibahas di sucinya pagi. Sementara anak-anak mereka asik sendiri bercengkrama dengan air. Tenggelam dalam euforia canda dan tawa. Meliuk-liuk di air sambil sesekali kepala mereka menyembul untuk mengajak serta udara.

Dan tentang binatang yang dibesarkan di kebun. Adalah Ibu yang suka mengajak saya ke kebun binatang. Kata ibu, di kebun itu banyak binatang (?). Sejuk. Apalagi kalo kesana pagi-pagi.
Mungkin pagi ini saya sedang mellow, jadilah memori saya ketika balita bermunculan. Saya memang telah diakrabkan dengan binatang sejak dini (?). Saya sering ke kebun binatang ketika 6 tahun tinggal di Solo. Setiap menginjakkan kaki di kota mana saja pun, tempat pertama yang saya kunjungi adalah tempat dimana binatang tinggal (?).

Sekarang pun begitu saya kuliah dari semester 1, ibu yang sudah mengunjungi saya 3 kali, ketiganya pasti ke gembira loka. Yang intinya adalah hobi saya plesiran ke kebun itu ya karena faktor genetik *ngaco.
Saya tau, dijengukin sering-sering juga yang namanya binatang ya gitu-gitu doang. Singa masih tetap berbulu. Gajah masih tetap dengan berat badannya. Rusa masih tetap dengan tanduknya. Dan monyet juga masih tetap dengan wajahnya. (?). Tak ada yang istimewa.

Satu-satunya yang istimewa adalah siapa yang ada bersama kita ketika mengunjungi tempat itu. *tsah.
Walaupun terdengar agak konyol, tapi saya memang setulus hati ingin mengajak keluarga-keluarga baru saya ke gembira loka.
Janggal sih saya akui ketika serombongan makhluk dewasa--katakanlah mahasiswa--berwisata ke kebun binatang. Padahal tempat itu identik dengan keluarga. Identik dengan makan-makan di atas tikar bersama sanak saudara sembari membuka bekal. Identik dengan bapak-bapak berkumis yang berkeliling mengunjungi dari kandang satu ke kandang lainnya sembari memangku anaknya di atas pundak.
Tapi saya tak peduli. Pokoknya saya ingin mengajak setiap yang saya anggap keluarga ke kebun binatang. *mata bercahaya. hha.

 Sudahlah ke inti saja. Jadi saya dengan bangga mengumumkan bahwa pada tanggal 15 September 2012 telah berhasil menggeret beberapa kawan-kawan kkn saya untuk ke gembira loka. #prok prok prok.. *makasih makasih. Sayangnya beberapa dari mereka ada yang tak ikut. Tapi tak apa-apa. Jika suatu saat mau ke gembiraloka lagi, saya selalu bersedia menemani. hho


Nama-nama dibawah ini disamarkan untuk menghindari hal2 yang diinginkan.*eh.
Dari atas kiri.
1. FRZ. Yang entah kenapa dia mesti bawa batu bata. Apakah terobsesi jadi binaragawan angkat berat gitu, atau sebenarnya dia adalah abang-abang tukang bangunan yang akrab dengan batu bata, semen sama cangkul, entahlah saya tak tau. Adalah kormasit Pengos B. Bacanya bergelombang ya... Peee~~ngooooss Beee~~~. Kenapa bisa begitu? Sejarahnya panjang.

2. Jilbab Biru. Rinda. Tentangnya telah lengkap di jabarkan di postingan gajelas berjudul "Accio Rinda"

3.Mbak HZ

4. HN.

5. Saya. Jarak lima ribu tahun cahaya dari saya ke kiriiiii, adalah....

6. ARF.

7. Mas ZW

8. Mas EI. Itu adalah satu-satunya sekutu Sunda dari putra. Yang kata Rinda kacamatanya baru.

9. DMS.

10. Mas WN. Keliatan kan? #eh. Iya dia itu Bapak subunitnya Rinda. Kormasit Jeruk. Kadang baik kadang........ Zzzz....-_-"
Jadi ceritanya saya dan HN kan kebagian beli ketring nasi pas ke gembilok itu. Berikut percakapannya..
.
Mas WN (MWN): Itu nasinya makannya gimana? Ada sendoknya nggak?

X : Gatau mas. Biasanya ada kok.

MWN : Jyah. Kalian pesennya pake sendok nggak?

X : Nggak sih tapi biasanya pake sendok kok.

MWN : kalo pake tangan ga ada tempat cuci tangan.

X : Ya di buka aja mas.

MWN : Tapi kalian pesennya pake sendok kan?

-_____-"....Kenapa coba gak dibuka aja nasinya padahal dia lagi megang nasi bungkusnya. Helloooo..... Zzzzzz.....Gggggrrrrrr.....$^%$I^PI*T&Y&Y%^
Dan pas sesi makan dia buka nasi ternyata eh ternyata sendoknya ada. Jadi, HN enaknya kita gimanain nih??? *ngasah-piso

11. Mas IBN. Selalu membuat kami (yang putri) sekuat tenaga menahan diri untuk tidak menguncinya di kandang singa. -_-"
Jadi, pas di gembira loka itu, dia sempat membuat bad mood anak-anak putri loh. Sehingga kami dengan kesal yang bertumpuk-tumpuk memutuskan untuk nyebrang aja pake Gethek ninggalin yang putra. Ini membuat rombongan kami akhirnya terpisah-pisah dan pecah belah. Haha... Kami kadang memang agak kekanakan sih.

12. Mas UL. Saya sudah menceritakannya di part II sarimulyo.

13. AP. Kormanit kkn kami. Baik hati ramah tamah rajin menabung dan tidak sombong. hho. Saya bingung berkomentar apa.

14. KH. Raja ieee~~~. Sepaham dengan Rinda. Rame dan gokil juga. yang heboh banget pas disuguhi sambel pas pelesiran ke sarimulyo. Hho.

Nah begitulah ekspedisi kami. Yang hingga saat ini saya sesali adalah kenapa ke Gembira loka itu kita gasempet main games. Padahal saya sudah nyiapin atribut buat games. Geje sih gamesnya. Tapi minimal ada yang dikenang gitu. huks. Semoga kapan-kapan kita punya foto seunit lengkap. Amin. Smangat!! :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar