Minggu, 05 Mei 2013

kaukah nobita?

halo

hai

apakah kamu nobita?

bukan, anda mencari nobita?

tidak, apakah kamu doraemon?

bukan, tapi saya suka doraemon.

bagaimana dengan nobita? apakah kamu suka?

hmm.. nobita terlalu banyak mengeluh, dia sering menunda pekerjaan, tidak percaya diri, seringkali mengandalkan orang lain untuk mengerjakan kewajibannya, tidak mau berusaha, ingin mendapatkan sesuatu yang spontan tanpa mengeluarkan tenaga, selalu ingin terlihat keren didepan teman-temannya, dia juga manja, tidak mandiri, dan masih banyak lagi...

kau hanya melihat satu sisi. perbaiki matamu.

iyasih, nobita baik, setiakawan, penurut pada ibunya, berhati lembut, selalu ingin menolong sesama, tapi tetap saja saya lebih suka doraemon.

ada satu hal yang kau lupa darinya.

apa?

dia orang yang tulus. tidakkah kau hitung berapa kali ia menyelamatkan dunia? tapi ia tak minta pamrih terlebih pamer.




***

"Dan sungguh, pada hewan ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari apa yang ada dalam perutnya (berupa) susu murni antara kotoran dan darah, yang mudah ditelan bagi orang yang meminumnya." (QS An-Nahl 66)

ketulusan itu adalah ikhlas ...
seperti susu murni
ia terletak antara kotoran dan darah, namun tetap terjaga kemurniannya.



"Bahwa Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan menimpa kamu sekalian ialah syirik yang paling kecil. Mereka bertanya: Apakah itu syirik yang paling kecil ya Rasulullah? Beliau menjawab: Riya! Allah berfirman pada hari kiamat, ketika memberikan pahala terhadap manusia sesuai perbuatan-perbuatannya: Pergilah kamu sekalian kepada orang-orang yang kamu pamerkan perilaku amal kamu di dunia. Maka nantikanlah apakah kamu menerima balasan dari mereka itu.

menggigil diri ini tatkala membayangkan Allah menghardik kita : " Pergilah kamu sekalian kepada orang-orang yang kamu pamerkan perilaku amal kamu di dunia. Maka nantikanlah apakah kamu menerima balasan dari mereka itu?"

Astaghfirullah... Lindungi kami dari segala penyakit hati, Ya Rabbi... 
Ajari kami ketulusan... T_T

Jumat, 03 Mei 2013

terdampar

Jika saja jari-jari saya ini adalah perut (?), niscaya dia akan gendut. Kaku. Jarang gerak. Bagi saya satu-satunya cara agar jari-jari saya sixpack adalah dengan menulis. Ahai jika Laila Majnun binasa karena dirundung rindu menggebu yang mendera menyiksa pada seorang pujangga. Jika Maria di ayat-ayat cinta menderita koma karena pedihnya patah hati karena cinta tak berbalas. Maka disini saya memendam selaksa rindu setinggi gunung merbabu yang tak lain dan tak bukan pada..... menulis *ampundeh hentikan khayalanmu,nak!

Cobalah tengok betapa busuknya blog ini, bau apek, buluk, usang, hina, dina, penuh jaring-jaring spiderman, ada kecoa, cicak, semut, jangkrik, kodok *omaigad gembira loka ngungsi semua.

Banyaaaak sekali yang ingin saya ceritakan. Tentang ini , itu, si ini, si itu, disini, disitu, kesini, kesitu, semuaaaa.... Tapi sekarang lupa. Terevaporasi bersama lenyapnya awan Maret dan April. Sungguh, waktu itu sangaaaattt cepat berlari. Tak peduli betapa payahnya saya mengejarnya. Dia tetap acuh tak acuh. Dan sekarang dia seolah menertawakan saya karena saya yang telah tertinggal begitu jauh di belakangnya. Saya terhenyak sesaat. Merutuki betapa lambatnya saya dan betapa tak adilnya dia karena tak memberi saya kesempatan untuk beristirahat.

Ketika itu, awan Maret menggiring saya pada sebuah negri tak berpenghuni. Asri. Dengan kemurahan-Nya yang tak terperi, surga seolah bocor didepan mata saya. Garis abu yang menjadi jalur pijakan saya ini, membentang hingga ke langit. Tak percaya? Saya memang berada di atas bukit. Kadang jalanan akan berubah menjadi curam, terkadang menjadi tanjakan. Tongkat Nabi Musa seolah berhasil membelah lautan berwana hijau itu menjadi dua bagian. Garis abu ini terkadang berkelok-kelok dan seolah memutari setengah lingkaran bukit. Ya, kanan dan kiri saya ini bukit, ada yang berselimut permadani hijau, ada yang berupa warna abu kehitam-hitaman yang terdistorsi. Permadani hijau itu terhampar sejauh mata memandang. Dimana-mana mata saya hanya menemukan warna hijau, hitam, dan biru. Yang saya indera tentu tak sesederhana ketiga warna itu. Mereka semua bergradasi indah dengan komposisi warna yang hanya bisa tercipta dari cat alami buatan Sang Penguasa Alam. Belum lagi abu kehitam-hitamannya bebatuan yang bertumpuk-tumpuk rumit satu sama lain. Ada batu cadas yang seolah ditebarkan dari ledakan gunung berapi. Ada kristalisasi kalsium alam yang menghasilkan massa ber-pH basa berupa batu kapur. Ia berwarna putih kekuningan dan terkadang mengintip malu-malu di balik si batu cadas. Masya Allah. Bahkan jika seluruh pelukis ternama di seluruh dunia diminta untuk memindahkan pemandangan didepan bola mata saya ini ke atas sebuah kanvas, niscaya tak akan mampu menyamai mahadahsyatnya buatan tangan Tuhan, bahkan hanya senoktah, seatom, semikron. Bahkan.... pena saya pun terseok-seok memunguti kata demi kata yang dirasa tepat untuk melukiskan betapa indahnya surga dunia yang terpantul dari lensa mata saya ini. Bahkan... yah saya speechless. :')

Setibanya di Pantai Wediombo, saya dan kawan-kawan hanya transit untuk mentipkan keempat motor yang kami tumpangi. Lalu ke WC sekedar melemaskan saraf dan otot setelah 4 jam di perjalanan, kemudian langsung berangkat menuju pantai tujuan kami. Ketika itu, adzan maghrib terdengar sayup-sayup dari (mungkin) satu-satunya menara mesjid di sana. Karena perjalanan khawatir kemalaman, maka kami memutuskan untuk menjamak shalat. Rencananya kami hendak mendirikan tenda di Pantai Jungok. Pantai Jungok terletak di balik bukit yang terletak di pantai Wedi Ombo. Akses ke sana harus memutari dulu bukit, dan perjalanan ke bukit itu sekitar 45 menit. Karena bukit yang akan kami daki cukup tinggi, maka akan lebih keren kedengarannya kalo kita sebut saja ini sebagai... naik gunung. B)


Baru seperempat perjalanan, jalanan sudah gelap, hanya diterangi bulan dan sinar kecil yang terpancar dari 4 senter yang kami bawa. Padahal kami semua ada 8 orang. Saya yang dari pagi belum makan (bayangkan! T_T) merasa jalanan di hadapan saya semakin berputar. Melilit-lilit dan lemas luar biasa. Teman-teman saya sudah hafal jika saya diam, adem ayem, damai, sentosa, merdeka, sejahtera, syalalala..... berarti. saya. lapar. *ngok.

Sampai di pantai jungok jam 7 malam. Kami gotong royong mendirikan tenda. Luar biasa gelap disana, penerangan hanya dari bulan, bahkan sinar senter yang kami bawa jika disatukan dan dinyalakan bersama-sama tak berhasil menampakan banyak hal didepan kami. Alangkah lemahnya manusia.  :'(.

Debur ombak yang menemani kami malam itu menambah merdu dan syahdu suasana disana. Kita ber-8 seperti pemeran utama film '5 cm' (ngakak), atau bak maen di film doraemon yang terdampar di pulau roti, atau kayak di film Pirates of Caribean saat si kapten Jack Sparrow dicampakkan Black Pearlnya di pulau tortuga *ngaco. Keren deh pokoknya. Kalo saya punya 7 jempol, udah saya kasih dari dulu ke ketua rombongan kami. Gokil banget.

Selesai mendirikan tenda, saya dan teman-teman berdebat mengenai boleh tidaknya wudhu pake air laut. Saya dengan anugerah kesotoyan saya yang luar biasa keukeuh bilang selama ada air tawar sebaiknya pake air aqua. huks. adegan ini tidak untuk ditiru ya karena tidak lulus sensor. T_T. Bentar, saya jeduk-jedukin pala dulu ke tenda*apasih. 

"Ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah: Wahai rasulullah, kami berlayar di laut dan hanya membawa sedikit air sebagai bekal. Jika kami pergunakan air tersebut untuk berwudhu, maka kami akan kehausan. Untuk itu, apakah kami boleh berwudhu dengan menggunakan air laut? rasulullah menjawab: Air laut itu suci dan mensucikan, dimana bangkai hewan yang berada di dalamnya pun halal." (HR. Al-Khamsah)

*Imam At-Tirmidzi dan Al-Bukhari mensahihkannya. Jadi sebenarnya boleh ya wudhu pake air laut karena termasuk air mutlak. :D

Selesai shalat jamak maghrib dan isya, kami makan dengan bekal nasi yang kami bawa dari jogja. Didepan tenda kami menggelar tikar. Kami berkumpul ber-8 dan bermain game yang kami ciptakan sendiri. Ditemani hot coklat plus alunan debur ombak. Masya Allah banget deh.

Kami ber-8 sama-sama berasal dari tasik yang kuliah di UGM. Sama-sama angkatan 09 kini menginjak semester akhir. Empat orang putra dan 4 orang putri. Tiga orang dari teknik sipil, satu dari elektronika dan instrumentasi (elins), satu sastra inggris, satu kedokteran hewan, satu kedokteran umum, dan saya kedokteran gigi. Kami semuanya berteman dari semester awal kuliah. Tugas putra adalah mengangkut tenda, air mineral 8 botol 1,5 L, kompor, nenteng tikar, mendirikan tenda, masak, menggulung tenda, blablabla, syalala, nguing nguing. Sementara tugas yang putri adalah..... membantu dengan doa. Haha.    

Yang tak terlupakan adalah ketika waktunya tidur. Kami ber-4 (putri), tidur beralaskan sehelai tikar yang digelar diatas pasir putih dan beratapkan langit hitam pekat bertabur bintang. Subhanallah indahnya tak terkira. Belum lagi MP3 alamnya, suara deburan ombak yang bergulung-gulung menjilati batu cadas. Kami semua mematikan lampu emergensi, sehingga suasana benar-benar gelap gulita. Kami tak sempat mengumpulkan ranting ketika menyusuri gunung karena suasana benar-benar gelap, sehingga kami tak bisa membuat api unggun atau apapun yang bisa menghangatkan badan kami. Alhasil kami tidur berselimut beberapa lapis kain. Jaket tebal, selimut kain, bahkan mukena, sajadah, semua dimanfaatkan untuk membalut badan kami. Kocak.
Tak ingin tiidur rasanya. Malam itu terlalu indah untuk dilalui begitu saja. huks :').  

Entah jam berapa, saya terkesiap. Dan refleks meraba-raba hape. Hape saya basah tertutupi embun. Kami semua pun bangun dan segera mengambil wudhu. Lalu bertasbih bersama alam. "maka nikmat Tuhanmu yang mana yang kamu dustakan?" (QS Ar-Rahman).

Tak menunggu lama. Semburat cahaya jingga mengintip malu dari balik bukit. Berpendar memancarkan kilaunya. Saya seolah baru pertama kali itu melihat alam yang dengan kepongahannya memamerkan kecantikannya. Seiring jarum detik di jam saya berbunyi, peri-peri jingga itu bermunculan dan berkelindan menyebar membentuk semburat cahaya keperakan. Aduhai Allah... betapa dahsyatnya... :')

Ketika matahari naik sepenggalan, sadarlah kami bahwa surga sepertinya memang bocor. Bener-bener serasa di dunia ini ga ada siapa-siapa selain kami ber-8. Ber-8 aja udah sebegini maruknya kami berlari-lari kesana kemari sambil tereak kegirangan karena kami tak menemukan satupun kertas bernama skr*ps* disini dan berdoa sepenuh jiwa dan raga berharap dia benar-benar lenyap dimuka bumi ini *noyor-kepala-kecoa XD.
Kamu mau salto jungkir balik guling-guling, kagak bakal ada satpam yang nimpukin percaya deh pulau ini bener-bener sepi. Emmm...enggg... sebenernya di ujung kanan nun jauh disana dari tenda kami, berdiri tenda asing sih yang kagak tau itu siapa *abaikan-saja* XD. Sungguh berasa pulau milik pribadi deh. Beuh... pulau Caledonia-nya Gu Jun Pyo di Boys Before Flower mah kelaut aja. Ini. Jauh. Lebih. Keren. Suer. *sotoy.

............(*nunggu mood upload poto ya,hho).............
  
'Hei sedang apa kau disitu???' tiba-tiba si harapan membentak saya di kejauhan. Dan saya terperanjat. Mengucek-ngucek mata dan nyusut iler (?). Omaigad skr*psi???? Cukstaw. U know what i  mean-lah. Cukup tahu gak pake toge, ntar jadi gehu*halah, harapan itu masih ada. *mengepalkan-tangan-dengan-tampang-jumawa. B)