Kamis, 10 Januari 2013

Cumulonimbus


Kapas putih yang menggumpal puluhan ribu meter di atasku itu, bak sayap-sayap malaikat yang dibentangkan mendekap bumi. Menaunginya dan berpilin indah dengan gelombang cahaya surya. Acak abstrak. Seolah lewatnyalah langit mengejawantahkan rasa.

Ini tentang awan.
Ia beriringan menjelajahi tiap jengkal bumi. Kemanapun angin berhembus membawanya, tak masalah baginya. Karena adanya ia selalu mebawa berita gembira bagi siapa saja yang masih menaruh harapan pada massa.

Taukah?? Aku suka caranya melukiskan busur lengkung senyum didadaku jika sedu sedan merasuki jiwa. Kilauannya selalu menghiburku. Karena hangatnya dhuha yang mengintip disebaliknya selalu menghujamkan keyakinan bahwa masih ada surya yang kan menjemput esok pagi.
Aku suka caranya menuruti tiap mata yang melihatnya--yang mengeluarkan titah tiap jiwa yang berimaji sehingga tertoreh sebentuk harap darinya.
Aku suka caraya mengumpulkan tiap-tiap butiran air di tubuhnya. Aku suka caranya bersabda dalam hening. Kan hujan...bisiknya.

"Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya, sehingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu...." (QS Al-A'raf:57)

"Dan Kami telah meniupkan angin .... dan Kami turunkan hujan dari langit...." (QS Al-Hijr:22)

 "Apakah engkau tidak memperhatikan, bahwa Allah menurunkan air dari langit...." (QS Az-Zumar:21)

Awan... aku suka caranya meluncurkan bulir-bulir kristal, caranya menyiramiku hingga kuyup dan habislah dibasuhnya rasa gundah gelisah dan kesedihanku saat itu. Terlebih lagi, aku suka caranya bertasbih, caranya bersimpuh patuh, caranya mengajarkan ketaatan dan membahasakan titah agung...... Sang Penguasa Alam.

"Allah-lah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang Dia kehendaki, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila Dia menurunkannya kepada hamba-hambaNya yang Dia kehendaki tiba-tiba mereka bergembira." (QS. Ar-Rum: 48)


Tidakkah kau rasakan gembira yang membuncah-buncah tatkala awan menurunkan hujan? Seiya sekata dengan bumi dalam mendendangkan syair alam. Lihatlah!! Dibawahnya aku seperti pemeran utama yang disoroti malaikat Rokib dan Atid. Tak mengindahkan orang yang lalu lalang disekelilingku. Karena saat itu bagiku, mereka hanya figuran dalam tiap mozaik film kehidupanku. Aku memutar kembali memori masa kecil ketika diguyur hujan. Bah.. bocah ingusan. Bukannya menepi dan menghindar, malah ikut melompat-lompat girang dan berlari-lari sambil bersorak. Berteriak-teriak bersama teman dan memutar-mutari tiang kayak Sakh Rukh Khan. *plak!!

Hey!! Kau kah itu? Yang kunanti tatkala kering kerontangnya hati?
Kau kah itu? Yang dapat menambahkan kekuatan pada jiwa yang putus asa?

"Dan sesungguhnya sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa." (QS. Ar-Rum:49)

"Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa." (QS. 11:52) 

"(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penentramanan daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu)." (QS. 8:11)

Hujan. Entah bagaimana ia membasuh selaksa kesedihan menjadi senyuman. Entah bagaimana ia menampar kerasnya batu hingga menyisakan lekukan, menghujam ke dada yang kering karena ego dunia, menukik menghantam bocah-bocah yang menari riang menantang dingin. Berkecipak di tanah dan menimbulkan denting indah dan bau basah.
Hey kau!! Iya kau, siapa lagi? Masih kah kau merutuki hujan? Menggerutu karena basah? Astaghfirullah Ya Rabbi ampuni ketidaktahuan kami.

"Pernahkah kamu memperhatikan air yang kamu minum? Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami menjadikannya asin, mengapa kamu tidak bersyukur??" (QS Al-Waqi'ah:68-70)

Astaghfirullah... Alhamdulillah Ya Rabb.. :')

Dan surat cinta dari Tuhanku sudah menjawab bagaimana itu bermula jauh hari sebelum satelit ditemukan.

"Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan, kemudian menggumpalkannya, lalu Dia menjadikannya bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya, dan Dia (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang Dia kehendaki dan dihindarkan-Nya dari siapa yang Dia kegendaki. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan." (QS An-Nur :43)

Wow mataku berbinar. Ada ayat kilauan awan di Al-Qur'an. Dan setelah membaca ayat itu aku berkesimpulan bahwa kilauan awan itu adalah halilintar.  Subhanallah cetaaaar membahana!! *Bzzzzzttt nggak ngerusak flow kan?-____-".

"Dan guruh bertasbih memuji-Nya, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki...." (QS Ar-Ra'd :13)

Termenung dalam irama derasnya suara hujan. Sesekali bersahutan dengan kilauan awan *tsah.
Baru saja awan memuntahkannya ke bumi. Membawa suasana tenang, damai, sejuk, syahdu, dan dingin di hati. Hujan selalu menyelipkan cerita tentang masa kanak-kanak.  Tentang mereka yang menanti hujan bukan hanya karena kisah keriangannya yang mengiringi tawa bahak dibawah guyurannyanya, bukan hanya karena kisah basah berjamaah dengan teman sebaya, atau kisah rajutan persahabatan dalam kotor mandi lumpur yang mengiringinya. Bukan. Terlebih karena... hujan selalu dengan ajaib bisa mendekatkan anak-anak dengan ayah ibunya. Berkumpul di rumah menikmati rintikannya dalam kebersamaan. Ah hujan, selalu mengingatkanku pada satu nama...  Apakabarnya ia? :')

Tertunduk sejenak. Bermunajat dalam khusu' dilatari suara hujan yang masih deras memuntahkan keramahannya. Taukah?


"Doa tidak tertolak pada dua waktu yaitu ketika adzan berkumandang dan ketika hujan turun” (HR Al Hakim, 2534, dishahihkan Al Al bani di Shahih Al Jami’, 3078)

Allah berfirman: di pagi ini ada di antara hamba-hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan yang ingkar kepada-Ku. Adapun orang yang mengatakan, ‘kami diberi hujan karena rahmat Allah, rizki dan karunia-Nya,’ maka ia beriman kepada-Ku dan kufur terhadap bintang-bintang. Adapun orang yang mengatakan, ‘kami diberi hujan karena bintang ini dan bintang itu,’ maka ia beriman kepada bintang-bintang dan kufur kepada-Ku.” (HR. al-Bukhari dan Muslim, lafaz milik Al-Bukhari)

Carilah pengabulan doa pada saat bertemunya dua pasukan, pada saat iqamah shalat, dan saat turun hujan.” (HR. al-Hakim dalam al-Mustadrak: 2/114 dan dishahihkan olehnya. Lihat Majmu’ fatawa: 7/129. Dishahihkan Al-Albani dalam al-Silsilah al-Shahihah no. 1469 dan Shahih al-Jami’ no. 1026)

Bukankah ini musim hujan?? Ya Rabbi... Dengarlah!! Berapa bait doa yang akan kami panjatkan setelah awan cumulonimbus ini menunaikan tugas sucinya... :')

Allohummaghfirlii dzunuubii wali waali dayya warhamhuma kama rabbayaani saghiiraa.. amin.

1 komentar:

  1. fiuh, g prcaya ni deyni yg buat. *buaagus bgt dh :D

    smg ttp trus brkarya,
    jgn brhnti pd pghrpan pujian,
    jdlh sprti kilauan awan,
    yg tiada org memujipun ttp mneduhkan

    BalasHapus