Minggu, 07 September 2014

that perfect girl is gone


Let it go, let it go!
Can't hold it back any more.
Let it go, let it go!
Turn away and slam the door.
I don't care what they're going to say.
Let the storm rage on.
The cold never bothered me anyway.

Siapa sih yang gak tau lagu ini? Lagu yang lagi happening bingits. Yah kecuali buat kamu yang lama tinggal di gua. Dan saya, manusia yang sebenernya gak begitu update sama lag-lagu luar, tiba-tiba menambahkan lagu ini di playlist hape saya. Gila akhirnya gueh jadi anak gahol. Wkwkwk. Gara garanya lirik lagunya yang dalem banget sih. Its like a mirror for me.*hasyah.

Well, jadi lagu diatas adalah soundtrack dr film animasi berjudul frozen. Film yang memiliki makna sangat dalam. Very deep lah pokoknya. Sampe2 saya sudah nonton film ini 3 sampai 4 kali kagak bosen-bosen. Oke dengerin nih ya saya mau cerita... Ehem uhuk *benerinjilbab.

Alkisah, disebuah negeri hiduplah kakak beradik yang sangat kompak, rukun, dan saling menyayangi. Sang kakak bernama Elsa. Ia sangat menyayangi adiknya Ana. Mereka sering bermain salju bersama-sama. Terlebih elsa yang ternyata memiliki kekuatan ajaib yaitu kekuatan menciptakan es/salju buatan dari ujung-ujung jemarinya.



Lalu di suatu malam, ana membangunkan elsa. Ia merengek mengajak elsa bermain salju dan membuat boneka dari salju. Elsa pun memenuhi keinginan ana dan mereka bermain salju di aula istana. Ah ya saya lupa mengenalkan mereka bahwa mereka adalah anak dari raja dan ratu dari negeri Arendele. Oke balik lagi ke cerita. Sampai mana tadi? Ah ya... Ketika tengah asyik bermain salju, Elsa kewalahan menghentikan Ana yang terlampau semangat melompati gundukan salju, sehingga Elsa terpeleset dan luncuran salju dari ujung jarinya lepas kendali dan mengenai kepala Ana. Gedubrak. Ana terjatuh dan ia pun tak sadarkan diri. Sebagian rambutny memutih. Tak hanya itu, sekujur tubuhnya membeku dan Elsa tentu saja panik memanggil ayah dan ibunya.



Untungnya ayah elsa sigap membawa ana kepada seorang kenalan yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit Ana. Sang penyembuh berkata "ana dapat sembuh. Untungnya yang trkena serangan adalah kepalanya. Bukan hatinya. Jika hati yang terkena maka tak bisa disembuhkan." begitulah hingga akhirnya Ana dapat smbuh seperti sedia kala namun konsekuensinya adalah seluruh ingatannya hilang termasuk ingatannya mengenai kekuatan yang dimiliki kakaknya, elsa. 

Orang tua elsa meminta elsa untuk belajar mengendalikan kekuatannya. Dan menyembunyikannya dihadapan semua orang termasuk adiknya. Ayahnya bahkan memberikan elsa sarung tangan agar tangan elsa tak sembarangan membekukan apapun yang ia sentuh. Begitulah hingga sang raja memutuskan untuk menutup rapat2 istana dari orang2 luar. Bahkan prajurit istana pun dikurangi dan hanya prajurit terpilih yang dibiarkan tetap dalam istana.

Sejak kejadian cederanya Ana oleh kekuatan sihir elsa. Elsa memutuskan untuk menjauhi ana dan tak pernah mau lagi bermain ataupun hanya sekedar bertemu dengan Ana. Tapi ana tak pernah bosan mengetuk pintu kamar elsa, memanggilnya, dan mengajaknya bermain. Adegan ini bikin saya berkaca-kaca deh. Hiks. Kebayang dong gimana menderitanya jadi elsa yang harus mengunci diri bahkan dari adiknya sendiri. Padahal maksudnya baik, ia hanya ingin melindungi adiknya dari kekuatan sihirnya. Dan ana yang tak mengerti apa-apa, tentu saja sedih karena kakaknya tiba tiba berubah drastis menjauhinya. Begitulah hari demi hari mereka lalui dengan kesepian.

Hingga disuatu hari ayah dan ibu mereka meninggal dalam sebuah perjalanan laut karena diterjang ganasnya ombak. Istanapun berduka. Ana sangat terpukul atas kepergian ayah dan ibunya, semakin membuatnya kesepian karena dalam istana hanya tinggal dia dan kakaknya. Ah ya, bahkan kakaknya tetap tak mau keluar kamar ketika acara pemakaman ayah dan ibunya. "kak, keluarlah, tinggal kita berdua diistana megah ini." bisik Ana dari balik pintu kamar elsa. Elsa ttap tak bergeming, ia menangis di balik pintu kamarnya.

Ana dan elsa kini beranjak dewasa. 3 tahun berlalu sejak kepergian ayah dan ibunya. Saatnya elsa diangkat menjadi putri di kerajaan arendele. Itulah untuk pertama kalinya pintu2 istana dibuka lagi setelah bertahun2 terisolasi dari dunia luar. Ana tentu saja sangat excited menyambut hari tersebut. Elsa sebaliknya, ia sangat gugup menanti hari itu, hari dimana ia akan berhadapan langsung dengan rakyatnya. Ia khawatir akan melakukan kesalahan dan mengungkapkan kekuatannya. Namun ketika upacara pengangkatan tersebut, elsa berhasil mengontrol kekuatannya dihadapan orang banyak. Ketika pembacaan sumpah ia harus membuka sarung tangannya dan mengenggam cangkir dan sesuatu seperti tongkat yang hampir saja membeku dalam genggamannya. Tapi untungnya semua berjalan dengan baik.



Pesta rakyat pun berlangsung semalaman diseluruh istana. Dengan gugup untuk pertama kalinya setelah sekian tahun elsa dan ana akhirnya dapat bertegur sapa. Mereka berbincang, nampak sangat canggung. Elsa yang anggun dan Ana yang sedikit clumsy nampak tersipu-sipu diawal percakapan. Dan ditengah percakapan, ana mengutarakan keinginannya untuk membuka pintu2 istana seperti ini setiap hari. Padahal maksudnya berkata seperti itu hanya untuk mengutarakan kebahagiaannya hari itu. Namun tak disangka Elsa marah dan tanpa sadar ia menolak dengan reaksi berlebihan. Membuat ana tersinggung dan merasa sedih. Ditngah kesedihannya ana bertemu dengan seorang pangeran tampan. Hanya dalam hitungan jam mereka langsung akrab dan konyolnya ana langsung mengiyakan ketika si pangeran melamarnya. *what?



Tak sabar ana dan sang pangeran bergegas menemui elsa untuk meminta restu darinya. Dan tentu saja elsa menolaknya. Merestui adiknya untuk menikah dengan seseorang yang baru saja ditemuinya? Helloooo,,,, dikira segampang nyari upil apa? *sabarsabar *pukpuk.

Mendengar ketidaksetujuan elsa atas hubungan ana dan pangeran, ana pun marah dan ia meminta penjelasan elsa mengenai alasan ketidaksetujuannya. Ana menarik sarung tangan Elsa dan melepasnya ketika elsa hendak menghindar. Elsa yang sarung tangannya dilepas sedikit panik namun ia berusaha mengontrolnya. Tetapi ana malah semakin memancing emosinya, maka tentu saja elsa semakin lepas kendali dan tanpa sengaja ia meluncurkan es batu dari ujung jari-jarinya yang tidak menggunakan sarung tangan.

Seisi istana kaget bukan main melihat kemampuan elsa. Ditambah lagi ada orang jahat yang mengompor-ngompori rakyat dengan mengatakan bahwa elsa adalah ahli sihir dan monster berbahaya. Elsa ketakutan. Tanpa sengaja tangannya membuat apa saja yang ia sentuh membeku termasuk air mancur dihalaman istana. Rakyat yang menyaksikan kejadian tersebut berteriak ketakutan. Elsa pun segera berlari sekencang2nya menjauhi istana meninggalkan jejak salju dan membekukan apa saja yang dilaluinya.

Sementara ana? Tentu saja ana kaget mengetahui kekuatan ajaib kakaknya. Dan ia merasa bersalah atas sikapnya dan memutuskan untuk pergi mencari kakaknya.

Yah begitulah. Sampai disini saja sudah banyak sekali hikmah yang bisa dipetik. Elsa misalnya yang sudah tak tahan lagi harus bersembunyi dari orang banyak mengenai siapa dirinya tentu saja lama-lama membuatnya stres. 

Bertahun-tahun mensugesti diri, dont let them in, dont let them see. Be the good girl you always have to be. Conceal, dont feel, dont let them know...

Dan saya dengan segala kesotoyan saya bisa merasakan alangkah menderitanya jika jadi dia. Anggaplah kekuatan salju yang dimiliki elsa adalah bakat seni yang saya miliki *halah halah *toyorkepala. Saya suka bernyanyi. Kapanpun. Tak tau waktu. Tapi sebagus apapun suara saya, paling banter saya hanya bisa konser dikamar mandi, hiks. Itu kali ya yang dirasakan elsa pas dia harus mengendalikan kekuatan saljunya dikamarnya. *apasih.

Elsa berlari meninggalkan istana. Ia malah membuat istananya sendiri disebuah pengunungan utara. Istana yang terbuat dari es. Megah. Cantik. Berkilau. Dan yang terpenting tak ada seorang pun disana.

Let it go. Let it go. Cant hold back anymore. Let it go let it go. Turn away and slam the door. I dont care what they're going to say. Let the storm rage on. The cold never bothered me anyway.

Yah, bener kata elsa. Harusnya kita menjadi diri sendiri. Gak usah mempedulikan apa kata orang lain. Capek. Mendengarkan apa kata orang tak akan pernah ada habisnya. Pernah dengar cerita tentang keledai, kakek tua, dan cucunya? Begitulah sikap penonton. Hanya bisa berkomentar. Lalu bagaimana seharusnya kita bersikap? Cukup menjalani apa yang kita yakini.

Kau tau kenapa sekarang tulisan saya sepi di blog ini? Juni. Juli. Agustus. Mereka berlalu begitu saja tanpa meninggalkan jejak tinta apapun di blog ini. Haha ya, saya terlalu banyak berpikir apa kata orang ketika hendak menulis. Itu kesalahan saya. Padahal jika just write what u think and what u feel masalah akan menjadi sederhana.

The fears that once controlled me, cant get to me at all. Its time to see what i can do, to test the limits and break through. No right, no wrong, no rules for me. Im free!

Saya suka kata2 ini. Meruntuhkan semua dinding yang menjulang tinggi yang menghalangi pandangan. Ketakutan. Ya saya benci rasa takut. Karena ia telah mengontrol kita tanpa kita sadari. Mengebiri potensi. Membohongi diri. Takut jika terlalu jujur pada diri. Terhantui sesuatu yang sebenarnya tak ada. Terlalu terpaku pada aturan. Takut dibilang salah. Takut pada kebenaran diri. Just feel free and u can see what u can do.

Yah tapi mungkin dengan begitu elsa tak takut menjadi liar. Tapi saya? Saya takut terlalu liar. Nah loh, ababil kan gue? Zzzzzz.... But easy bro, diakhir cerita kau akan tahu kekuatan lain apa yang bisa mengontrol kekuatan elsa agar tak menjadi liar. Balik lagi ke cerita...

Jadi yang menarik disini, kelihatan sekali bahwa elsa sangat dewasa. Dia sudah gak ababil lagi kayak saya dong. Oho...dia juga teguh pada keputusan awalnya. A ya A. B ya B. Ia membiarkan yang lalu dibiarkan berlalu...

Im never going back, the past is in the past. Let it go. Let it go. That perfect girl is gone. 

Elsa yang cantik. Elsa yang putri dari raja dan ratu dinegrinya. Elsa yang anggun. Elsa yang kaya. Elsa yang bangsawan. Elsa yang cerdas. Keturunan ningrat. Darah biru. Tentu saja harus mati-matian menutupi kekurangannya demi nama baik dia dan keluarganya. Satu2nya cela yang ada pada dirinya adalah kekuatannya. Bayangkan! Yang dianggapnya sebagai kekurangannya justru adalah kekuatannya. Tapi ia kebiri mati-matian kekuatannya itu, hanya demi dianggap perfect. 

Coba kalo ada seorang saja yang mempercayainya. Yang bisa menerima 'kekurangannya', bukan sebagai cela tapi justru melihatnya sebagai kelebihan. Elsa tentu tak akan tertekan bertahun-tahun mengebirinya. Ia hanya butuh orang yang mempercayainya bahwa ia bisa mengendalikan kekurangannya itu menjadi sebuah kelebihan. Ia hanya butuh orang yang menepuk pundaknya dan tersenyum padanya bahwa "itu bukan sesuatu yang memalukan, kau hanya perlu mengendalikannya dan membuatnya bermanfaat." Intinya adalah elsa korban judgement orang yang tak bertanggungjawab. Itulah kenapa saya benci sama orang yang gampang banget suudzon. Gak tabayun dulu langsung menjudge. Kelaut aja deh. *kenapa jadi pake urat? Wkwkwk... Ya Allah jauhkan saya dari sifat suudzon. Aamiin.


Oke oke kita teruskan ceritanya. Sampe mana tadi? Hah? Hmm..
Well, diakhir cerita, seseorang itu yang bisa menerima elsa apa adanya. Tak lain dan tak bukan jeng jeng jreng.... adalah adiknya. Ana. Ana dengan cinta tulusnya mau menerima elsa seluruhnya seutuhnya. Ana yang tau elsa yang sebenarnya namun tak meninggalkannya. Ana lah yang memberikan cintanya yang tulus dan kasih sayangnya kepada elsa. Hingga kehangatan cinta ana mampu mencairkan es yang ada pada kekuatan elsa.*halah bahasa gue sinetron banget.

Yup benar... Ternyata cara untuk mengendalikan kekuatan elsa adalah cinta. Cinta yang tulus mampu mencairkan hati yang beku. Sangat menyentuh kan?. So swiiit bingits kan endingnya?

That perfect girl is gone. You'll never see me cry. Here i'll stand. And here i'll stay. Just let it go. :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar