Sabtu, 30 September 2017

happy anniversary

Aku ingat, 2 tahun lalu saat pertama kali kau datang ke rumahku bersama ayahmu. Menggunakan kemeja, yang dikancing sampai ke leher. Membuatku tersenyum sembari membayangkan bagaimana wajah kebingunganmu memakai baju apa yang pantas kau pakai untuk menemui ayahku. Kau tampak kikuk. Dan aku dengan tangan gemetar, membuka gerbang rumah, berusaha mati-matian mengabaikan dentuman bertalu talu dari dadaku. Sepersekian detik pandangan kita bertemu. Air mukamu tegang luar biasa, tak ada senyum, tapi justru ekspresimu itu yang membuatku sedikit rileks. Menyadarkanku bahwa, bukan aku satu-satunya yang nervous saat itu.

Kau laki-laki pertama yang datang ke rumahku, menjawab tantanganku begitu cepatnya, menunjukkan bahwa betapa seriusnya kau saat itu padaku. Cukup sederhana ternyata menakhlukkanku. Karena detik itu juga, aku luluh. Ya, bahkan sebelum kau menjawab keraguan ayah dan ibuku karena kau belum wisuda aku sudah luluh. Hatiku sudah cenderung padamu. Aku harus bagaimana? Aku tak bisa apa-apa selain menyebutmu dalam doa.

Kegigihanmu meyakinkan ayah dan ibuku akhirnya menampakan hasil. Kau melamarku beberapa bulan kemudian tak lama setelah kau selesai sidang akhir skripsi. Datang ke rumahku untuk yang ketiga kalinya membawa serta seluruh keluargamu. Dan saat aku ditanya bahwa aku dipinta oleh seorang lelaki untuk dijadikannya istri, aku tak ragu lagi, kujawab, ya aku mau.

Hingga ijab kobul itu terapal. Sah sudah aku menjadi istrimu. Kini tepat setahun aku menjadi istrimu. Adalah anugerah Allah Yang Maha Kuasa, kini telah bertambah satu anggota keluarga kita. Menjadi tiga. Dan semoga ditahun tahun berikutnya menjadi empat, lima, enam...

Aku kaget ketika menemukan ada seseorang tidur disebelahku saat hari pertama pernikahan kita. Dan kini aku juga kaget mendapati ada makhluk mungil menangis ditengah malam tidur disebelahku. Ya, ternyata setahun itu bagaikan sekejap mata. Ini semua begitu indah. Menjadi istrimu dan kini menjadi ibu dari anakmu. Ha.

Aku ingat, malam itu kau menelepon dari kantor. Tepat ketika aku tengah menangis sesenggukan sembari memeluk bayi mungil kita.
"Ibu gak sengaja motong kulit kuku Kira, Yah. Kira berdarah." ujarku sembari menangis tersedu-sedu.
"Loh kenapa jadi ibu yang nangis? Nggak apa-apa. Nggak usah panik. Namanya juga nggak sengaja." jawabmu diujung telepon.
"Ayah cepet pulang." Lirihku sembari menahan isak. Lalu kututup telepon. Dan aku membeku.
Ku pandangi wajah terlelap bayi cantikku. Sisa-sisa air mata masih mengalir diujung matanya. Sakit hati ini mengingat kejadian beberapa menit lalu itu. Aku menyesal memotong kukunya. Masih terbayang bagaimana bayi kecil ini menangis kencang begitu kulit kukunya terpotong. Ini kali pertama aku memotong kukunya. Biasanya uwa nya yang memotongkan kukunya. Ah bahkan memotong kukunya saja aku tak bisa.

Bahkan 45 menit kemudian, ketika kau mengetuk pintu rumah, aku masih tak bergeming dari posisiku semula. Aku tersadar dari lamunanku, sembari menggendong baby Kira, kubukakan pintu untukmu. Seperti biasa, kau tersenyum diambang pintu, meski terpancar lelah diwajahmu kau tetap memberikan senyummu. Sementara aku menghambur kepelukanmu. Menangis lagi tersedu-sedu.

"Nggak apa-apa, bu. Dek Kira nya saja gak kenapa-napa." ujarmu sembari mengecup pipi bayi mungil yang sedari tadi tak lepas dari pangkuanku. Bayi Kira hanya menggeliat pelan, lalu meneruskan lagi tidurnya. Kemudian kau mengeluarkan sesuatu dari tasmu, Teh Kotak dingin.

"ini kesukaan ibu." ujarmu sembari tersenyum manis.
Aku tersentuh.
"Terimakasih, Yah, karena tidak memarahi ibu." jawabku sembari mengusap air yang mengalir deras disudut mataku.

Kau tau? Kau begitu romantis malam itu. Rasanya aku tak butuh apa-apa lagi selain kamu. Aku tau sekarang, romantis itu bukan yang biasa kutemukan didrama korea. Romantis itu kamu.

Happy anniversary.

Terimakasih karena telah bersedia jadi imamku. Dan aku akan selalu berada satu shaf solat dibelakangmu.

Jumat, 01 September 2017

mama baper



Kata orang, seorang wanita yang baru memiliki anak akan sangat sensitif. Apa apa jadi baper. Bah, kukira yang jatuh cinta saja yang mudah baper. Eh tapi ibu muda pun memang tengah jatuh cinta. Cinta pada makhluk mungil yang baru saja keluar begitu saja dari perutnya.

Nak, melihatmu menggigil kedinginan setelah selesai mandi hingga kulit tangan dan kakimu membiru, ibu baper. Sempet kepikiran apa gausah dimandiin aja? Hiks. Melihatmu flu hingga sesak nafasmu karena ada lendir yang menyumbat hidungmu, ibu baper. Apalagi diakali bagaimanapun juga lendirmu tetap tak mau keluar. Melihatmu muntah susu berkali-kali hingga tersedak dan menangis kencang, ibu baper. Hingga apapun saran yang masuk ketelinga sepertinya akan ibu lakukan agar kau tak menangis, nak. Ibu baper pas kamu menangis. Rasanya ibu tak mau melihat kau merasakan kesakitan apapun demi melihat tidur nyenyakmu.

Kemarin, Shakira dicukur habis rambutnya. Sorenya telinganya ditindik. Baby Kira gak rewel, sama sekali, malah ibunya yang baper. Ah betapa ibumu ini penuh drama, nak. Bukankah kesakitan bisa membuatmu bertambah kuat? Pertolongan Allah itu dekat, nak. Semoga Allah selalu menguatkanmu. Aamiin ya rabb.