Senin, 22 Oktober 2012

Radar Neptunus

Jadi ceritanya saya dan sahabat saya--kita sebut HR--lagi sangat iseng (?) sore itu. Kami--entah dapat inspirasi darimana--sangat ingin sekali nonton. Kebetulan film yang cukup oke dimata kami saat itu adalah Perahu Kertas. Awalnya karena judulnya unik, saya pikir ya ini film tentang cerita anak-anak mengingat gambarnya animasi2 kapal2an kertas beserta pose pemeran filmnya yang sangat konyol (gaya radar neptunus) ditambah paradigma saya yang masih menganggap para pemainnya itu adalah masih remaja awal. Oke, apapun lah pokoknya intinya GAK SENGAJA milih Perahu Kertas deh.

Jadilah kami duduk manis di sebuah gedung dengan TANPA menenteng pop corn ataupun cola karena harganya yang sangat mahal, lagipula sudah saya bilang kalo kami lagi iseng jadi cukuplah sampai disini keisengan kami ini tanpa ditambah pengeluaran untuk jajan gajelas.




Kugy. Saya tersihir olehnya di awal saya nonton. Cuek. Unik. Gak centil kayak anak ABG seusianya di sinetron2. Susah bangun tidur. Dan jarang mandi pagi. *krik... salut deh sama Maudy Ayunda yang keren banget meranin Kugy.
Kugy suka menulis dongeng. Wortelina dan Nyit Kunyit adalah buku dongeng yang ia berikan pada Keenan di awal perjumpaan mereka. Dan Kugy percaya bahwa dirinya adalah agen Neptunus yang memiliki radar neptunus.
Keenan. Adalah agen neptunus yang kedua setelah Kugy. Dia kuliah di jurusan ekonomi padahal hobynya adalah melukis. Setelah membaca buku dongeng Kugy, Keenan dengan luar biasanya membuat sendiri ilustrasi gambar dongeng Kugy menjadi sebuah komik. Itulah yang membuat Kugy menangis haru dan dengan senang hati melantik sendiri Keenan untuk jadi agen Neptunus.

“Gy, jalan kita mungkin berputar, tapi satu saat, entah kapan, kita pasti punya kesempatan jadi diri kita sendiri. Satu saat, kamu akan jadi penulis dongeng yang hebat. Saya yakin.”


"Apa yang orang bilang realistis belum tentu sama dengan apa yang kita pikirin."


"Ujung-ujungnya juga kita tau kok, mana yang diri kita sebenernya dan mana yang bukan diri kita, dan kita juga tau, apa yang ingin kita jalanin."


Atau ketika Keenan meminta Kugy untuk menebak apa judul lukisannya, Kugy bilang 'aku gak ngerti lukisan'.
"Kamu nggak perlu ngerti lukisan untuk suka lukisan. Cukup pakai hati aja."




Hingga akhirnya Kugy pun terperangkap oleh Keenan.

"Dear Neptunus, aku menc*nt**nya. Didepannya aku menjadi diriku sendiri, seperti airmu yang selalu membawa semua pesanku, diapun begitu. Membuatku hanyut oleh sorot matanya. Membuatku lupa oleh kesederhanaan suaranya. Sampai aku tak bisa katakan apa-apa padanya. Bahkan untuk sekedar bilang... rin*u. Atau butuh."


"Banyak yang gangerti, kalo terluka akan saling menyalahkan. Karena itu aku takut bicara tentang hati. Maka kutuliskan saja. Lalu kusimpan. Dan kukirimkan ke... Entah kemana..."


 
Satu hal yang saya harus jujur dari film Perahu Kertas Part 1 ini adalah, kocak banget, dan sarat pelajaran.  Malah kita belajar untuk lebih pakai hati dalam mengindera apapun.
“Kugy, kepala kamu akan selalu berpikir menggunakan pola ‘harusnya’, tapi yang namanya hati selalu punya aturan sendiri,” kata Karel kakaknya Kugy. “Ini urusan hati, Gy. Berhenti berpikir pakai kepala. Secerdas-cerdasnya otak kamu, nggak mungkin bisa dipakai untuk mengerti hati. Dengerin aja hati kamu.”

Mendengar pakai hati? Ah indahnya. Mungkin kamu bisa bohongin diri, tapi tidak dengan hati. hoho.

“Akan ada satu saat kamu bertanya: pergi ke mana inspirasiku? Tiba-tiba kamu merasa ditinggal pergi. Hanya bisa diam, tidak lagi berkarya. Kering. Tetapi tidak selalu itu berarti kamu harus mencari objek atau sumber inspirasi baru. Sama seperti jodoh, Nan. Kalau punya masalah,tidak berarti harus cari pac*r baru kan? Tapi rasa cin*a kamu yang harus diperbarui. Cin*a bisa tumbuh sendiri, tetapi bukan jaminan bakal langgeng selamanya,apalagi kalau tidak dipelihara. Mengerti kamu?" Ini kata-kata Poyan untuk Keenan. :)


“Kadang-kadang langit bisa kelihatan seperti lembar hitam yang kosong. Padahal sebenarnya tidak. Bintang kamu tetap ada di sana. Bumi hanya sedang berputar,” kata Luhde.


"Carilah orang yang enggak perlu meminta apa-apa, tapi kamu mau memberikan segala-galanya."


"Keheningan seakan memiliki jantung. Denyutnya terasa satu-satu, membawa apa yang tak terucap. Sejenak berayun di udara, lalu bagaikan gelombang air bisikan itu mengalir, sampai akhirnya berlabuh di hati.”

"Hati tidak pernah memilih. Hati dipilih. Sebab, dia selalu tau kemana harus berlabuh."

Sekali lagi mata saya berbinar menemukan kalimat yang begitu emejingnya. Ya berbinar doang sih, tapi maksudnya kagak ngerti apaan. Hmmm... tunggu. Hati dipilih??




Hadeuh terserah deh... saya ngantuk. Tarik selimut-bacaDoa-tidur. Zzzzzz 

Jadi pesan yang mau saya angkat dari cerita saya ini adalah "Dont Judge the Book by its cover!"....(?)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar