Jumat, 26 September 2014

hanya tulisan

"bahkan kini awan berbaikan dg malam yang meniadakannya. Lebih baik seperti ini. Menghilang saja daripada nampak namun mendung. Memuntahkan hujan di musim kemarau hanya membuatnya nampak bodoh di mata semesta. Lebih baik seperti ini. Langit gelap tak berawan. "

Lucu sekali. Saya seperti dendelion yang terbang terbawa angin. Tergantung angin mana yang menerbangkannya ia akan ikut hanyut tanpa tau dimana sebetulnya ia harus berpijak. Bodoh. Ah tidak. Saya tidak mengumpat pada dandelion. Saya suka bunga itu. Cantik. Saya hanya merutuki diri.

Bagaimana ini? Saya bukan mario teguh yang setiap katanya adalah mutiara yang semua orang berebut mendengarnya. Tapi saya ingin blog ini juga menyimpan banyak cerita. Maka simsalabim alaihim gambreng saya tetiba dirasuki mamah dedeh nulis sesuatu tentang makna hidup atau cerita berhikmah yang saya rewrite disini.

Waktu berganti. Aha saya menemukan sajak liukan penuh ruh sastra dalam tulisan sang pujangga. Maka jeng jeng jeeeeenggg tetiba saya disulap bagai sapardi djoko damono dalam menggubah kata.

Atau kadang ketika saya lagi kesal luar biasa sementara hanya tulisan yang mengerti bahasa saya, maka taraaaaaaaa.... saya memperlakukan blog ini bagaikan buku diary. Aneh sekali.

Kadang saya ingin sekali blog saya dibaca siapa aja orang yang mau berbaik hati membaca kekacauan otak saya disini, tapi kadang juga tak mau ada yang bacaaaa pengen diumpetin aja kayak diary. Aih...

Tolong beri saya alasan untuk terus menulis tanpa peduli mau berada dimana muara blog ini sebetulnya!

Saya suka dongeng, saya suka sastra, dan saya juga suka curhat. *eh.

Haruskah saya menggabungkannya?

Yup, ide bagus.
Oke done!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar