Rabu, 26 Maret 2014

Karena kita bukan sekedar anak ayam warna warni seperti dipasar itu (1)



Kenapa keinginan saya menulis selalu tak tahu waktu? Ini jam 1 dinihari dan entah kenapa mendadak jari saya bagaikan digelitiki bulu kemoceng, bawaannya ingin menari di atas keypad laptop. Oke baiklah saya mengalah. Saya buka laptop dan… umm.. ng.. sebenarnya saya mengantuk. Tapi saya merasa ini harus segera ditumpahkan. Harus segera diurai. Harus segera dikeluarkan. Keburu lupa. Keburu ilang. Mumpung otak saya lagi beres. Mumpung saya belum tidur. Dan ahsudahlah intinya ada hal penting yang harus saya sampaikan disini. Penting sekali. Lebih penting dari sekedar siapa peserta idol yang terelilminasi malam ini. Sungguh.

Jadi saya tadi habis makan malam bareng temen segenk di kampus. Kita masih sama gilanya seperti biasa. Masih saling minjem uang kalo makan, masih membabi buta kalo foto selfie berjamaah, masih dengan karakternya masing-masing, si A masih pelit dari lahir, si B masih tulalit dari orok, si C masih sotoy dari janin, blablabla. Tapi saya merasa kali ini pertemanan kita seakan bereinkarnasi. Seperti kepompong yang telah menjadi kupu-kupu*hasyah. Ya… dan itu terasa maniiiiisss sekali.

Saya ingin mengajak kalian memasuki mesin waktu. Menjelajahi labirin waktu tepat 4 tahun yang lalu di bulan Agustus 2009. Pertama kalinya saya merasa menjadi mahasiswa Gadjah Mada seutuhnya. Melangkah memasuki gerbang Fakultas Kedokteran Gigi dengan jumawa tapi disuruh pake seragam putih hitam, *what?, pakai topi sulap warna merah putih, nametag tersampir didada, tas dari besek dengan tali dari sumbu kompor, berlari tergopoh-gopoh ketika senior berbaju hitam berteriak-teriak menyuruh kita cepat-cepat baris dilapangan. Tapi wajah-wajah tanpa dosa nan polos itu tetap saja melangkah bangga. Akhirnya jas almamater berwarna karung goni itu menjadi milik kita. Pertarungan ketat selama berbulan bulan lalu mampu kami takhlukkan dengan melumpuhkan puluhan ribu pesaing lain dari sabang sampai merauke.*ehem uhuk.

Saya yang merasa asing hidup dinegri dengan suku berbeda sama sekali tak risau ketika itu. Terutama sejak ada sebentuk lengkung senyuman darimu, kamu, kamu, kamu, kamu, dan kamu, hidup saya yang tadinya hitam putih jadi berwarna*eeaa. Adanya kalian membuat seolah Indonesia itu tak hanya selebar daun takokak(?). Karena Palembang, Pekalongan, Jember, Bogor, Kebumen, Medan, dan saya—tasikmalaya, bisa hidup rukun, beramah tamah, gotong royong, gemah ripah lohjinawi tiap hari tanpa bosan-bosannya dari januari ke januari.

Yah tentu saja saya masih mengingat kebiasaan kita tiap pagi sebelum kuliah dimulai. Peraturannya, siapa yang datang duluan, dia yang bertanggung jawab menempati tempat duduk kita bertujuh. Jadi tujuh kursi yang berderet dalam satu baris sudah ditongkrongi buku atau tempat pensil atau apapun itu, yang fungsinya untuk menge-tag tempat khusus buat genk kita. Wkwkwk. Lucunya, peraturan itu entah siapa yang memulai, dan entah sejak kapan juga jadi peraturan, yang jelas kita sudah sama-sama ngerti bahkan tanpa harus ada hitam diatas putih. Maka jadilah selama empat tahun berturut-turut tak bosannya kita duduk barengan sampe tau watak masing-masing yang mana yang serius merhatiin, yang mana yang serius nyatet, yang mana yang kerjaannya ngobrol, yang mana yang tulalit, dan yang mana yang emm… ng… malah tidur. XD

Well jadi kami adalah sekumpulan ibu-ibu yang cantik, muda, enerjik, cerdas, dan perkasa (?). Ada tujuh orang. NO!!! Tentu saja kami bukan girlband bernama seven icon. Dengan suara bergetar perkenalkan bahwa kami calon dokter gigi masa depan harapan bangsa*aamiin, yang sehari-harinya bermain dengan semen seperti kuli bangunan, dengan press seperti tukang tambal ban, dan dengan tang seperti tukang servis jam.

Hantari
Dia asal bogor tapi orang tuanya asli Jawa. Dia bisa bahasa sunda (walopun abal-abalan), mungkin itulah yang semakin kesini membuat kami klop. Karena dia bisa multibahasa (baca: jawa sunda), jadilah dia saya angkat secara tak resmi menjadi penerjemah saya di jogja. Wkwk. Oh ya dia sering saya ceritakan di postingan saya sebelum-sebelumnya karena dia juga teman kkn saya.

Pertama saya mengenalnya adalah ketika OSPEK. Jadi ceritanya senior menyuruh kit semua untuk membuka bekal sarapan dberjamaah, peraturannya harus dihabiskan, jika tidak maka wajib dibantu oleh teman-temannya. Hantari kelompoknya berbaris disebelah saya, kelompoknya adalah satu-satunya kelompok yang tidak membawa bekal sarapan. Akhirnya dengan baik hati ramah tamah dan tidak rajin menabung saya menyodorkan nasi bungkus saya untuk dibagi dengannya (aih saya baik hati kan?wkwkk) dan kemudian timbullah percakapan yang sangat mainstream. “Namamu siapa?” “Saya Hantari” “Hah? Mentari?” “Hantari” “Hamtari?” “Han-ta-ri” “Oh hamtaro? Naruto?.”. Wkwkk.

Dia yang (katanya) umurnya paling muda diantara kami. Jadi maklumlah kalo sinyalnya belum berkembang dengan sempurna malah seringnya agak error dan menimbulkan efek loading terus-terusan. Jadi berbicara dengannya harus sabar, harus pelan-pelan, agar kata demi kata bisa ia cerna dengan sempurna. Wkwkwk.

Dia itu polos sekali, lebih polos dari Patrick, levelnya sedikit diatas spongeboblah. Micky mouse nah persis, wkwk *ampun Han. XD. Makan ati juga sih kadang-kadang sama tuh bocah. Maksud hati ngeledekin dia dan pengen bikin dia kesel, anak-anak laen udah ketawa-tawa, dia pake nanya “ada apa?”.*what?.T_T.

Tapi dia juga yang paling idealis dalam menjalani hidup. Kadang saya melihat dia lebih cocok bergolongan darah A. Tertata, teratur, sekretaris wannabe, bendahara wannabe, suka banget masak (bahkan peralatan dapurnya super duper lengkap untuk ukuran anak kost), dan sangat terikat peraturan. Misal kalo ngajak makan dia, dia akan memperhitungkan kira-kira kalo dia makan sekarang dia malemnya makan apa ya, lalu kalo dia gak keluar kost lagi dia bakal pesen makan dibungkus. Nah kalo saya? Bodo amat yang penting saat itu saya laper dan saya makan, urusan ntar malem ada makanan atau kagak gak kepikiran. Wkwkwk. Atau kalau dia saya ajak makan dia akan memikirkan nasi yang sudah dia masak di kostnya kira-kira bakal kemakan apa enggak kalo dia saat itu makan diluar. Dan masalah lauknya, kalo dia lagi gak enak tenggorokan dikit dia akan bilang gini “cari yang ada sayurnya ya, bau-baunya saya bakal batuk nih.”. Mungkin karena ibunya juga dokter jadi dia terbiasa menjaga kesehatan dari kecil. Enaknya kalo saya sakit dikit tinggal tanya hantari, ntar dia nanya ke ibunya, wkwkk.

Dikelas pun dia yang selalu milih duduk didepan, rajin mencatat, rajin memperhatikan. Pokoknya dia tipe anak baik sekali, ramah tamah, dan rajin menabung. Tipe penurut kalo jadi staf suatu organisasi. Keren deh. Salut sekali dengan ketertataan hidupnya. Oh ya ada lagi, kalo mau ngajak dia maen harus janjian maksimal 24 jam sebelumnya, wkwkwk. Soalnya dia sangat mobile. Hari-harinya full dengan kegiatan. Dia mengisi waktunya dengan ngajar TPA dan ikut magang di sebuah klinik dokter gigi. Luar biasa kan? Yah itu temen saya. Wkwkwk. Dan yang ini rahasia, kalo dia marah, dia akan diam. Diam gak bisa ditanya. Itu tanda marahnya. Jadi waspadalah waspadalah! XD.

Vista
Dia orang pekalongan. Bicaranya medhok buanget. Saya mengenalnya lewat hantari. Hantari sekelompok ospek dengannya. Jadilah kami berteman bertiga diawal kuliah. Vista pacarnya orang Sunda. Pernah suatu hari dia dengan riang gembira bilang ke saya gini “Eh rin aku sekarang bisa loh bahasa sunda dikit. Hijji, ddua, tilu…” itu logat jawanya kental banget. Wkwk.

 Vista yang selalu membawa keceriaan diantara kami. Dia soalnya yang selalu hobi ngeledikin kami dan karena umurnya juga (katanya) paling muda diantara kami jadi dia yang paling sering merengek soal apapun kepada kami. Yang khas dari dia adalah kalo pas makan dimanapun, dia tak pernah absen nyicipin piring kita satu persatu. Dan kalo dia gak suka pada suatu makanan dia akan memberikannya ke piring kita tanpa basa-basi dulu, tau-tau kacang polong udah ada di piring kita, atau tau-tau lalap-lalapan udah nongkrong di alas makan saya. Zzzzzz. Dia paling suka kulit ayam dan buntut ikan. Jadi kalo makan sama vista, bersiaplah melindungi kulit ayam atau buntut ikan kalian masing-masing. Waspadalah!

Tapi walaupun begitu, hatinya vista halus loh,wkwkwk, lucu sekali pernah disuatu hari pas selesai praktikum TKG saya lupa apa masalahnya pokoknya tau-tau vista nangis, pas kutanya kenapa ternyata karena saya protes ke dia masalah tabung buat bahan praktikum soalnya dia ketua kelompoknya gitu deh saya lupa persisnya. Haha. Tapi kalo udah masalah hutang piutang sama dia beuh jangan main-main mameeenn. Dia akan selalu menagih hutangmu dimanapun dan kapanpun. Trus kalo minjemin duit ke dia juga harus hati-hati, dia akan tiba-tiba terserang amnesia akut yang kambuhan tiap ditagih,wkwkwk, dan hobi membulatkan hutangnya kebawah. Misal hutangnya 15500 jadi 15000 tapi kalo hutangnya 29500 gak jadi 30.000 tapi malah jadi 29000, *jadicurcolbegini. Hidup waspada!. wkwk

Vista itu tipe orang yang fokus dalam mengerjakan sesuatu. Sekali dia diberi tugas, dia akan kejar tugas tersebut sampai tuntas. Sejak awal saya sering sekelompok dengannya dan hantari. Biasanya yang menyemangati saya dan hantari dalam mengejar target tugas adalah vista. Kerjanya cepat dan rapi. Misal pas kelompok orto, saya kebagian berpasangan dengannya dan tugas kita adalah saling membuat alat orto. Jadi saya jadi pasiennya, dia jadi pasien saya. Dia yang paling cerewet menyuruh saya untuk segera menyelesaikan alat saya. Malah supaya kami sama-sama cepat selesai dia datang kekost saya dan membuat alat bareng-bareng. Kalo praktikum konservasi gigi juga dia yang selalu pertama selesai diantara kami. Itulah kenapa hikmah saya sekarang koas sekelompok dengannya adalah sekarang kerja saya juga jadi gak ngoyo. Padahal saya sebenarnya adalah orang paling santai kayak dipantai dan paling selow kayak dipulau. Wkwkwk.

Yang paling saya ingat adalah cerita perjalanannya mengerjakan skripsi. Dia kedapatan skripsi di bagian yang cukup menyeramkan di KG. Tapi ajaibnya dia bias lulus tepat waktu. Mungkin selain dia juga dimudahkan dalam proses pembuatan skripsinya, saya melihat dia setiap hari datang ngampus nunggu dosen dan jika hari itu dia dapat revisian, sorenya dia langsung balik lagi dan menyerahkan hasil revisinya. “Pernah aku sore datang ke kampus ngasihin revisian,rin, walaupun hujan deres banget aku gak peduli yang penting hari itu aku harus udah selesai ngerevisi.” Begitu katanya. Ckckckk luar biasa. Nah ane? Dapet ilham buat ngerjain revisian aja perlu semedi dulu di gua pindul, hiks.

Begitulah saya mengenalnya. Jadi kalo pas koas ini dia kerjanya cepat dan rapi, itu memang karena ritme kerjanya dari dulu seperti itu. Biarlah orang menilai apa yang penting kita lulus bareng-bareng oke sister? Tos dulu! Plok! Uedaaasss mantep bro. *apasih. Marahnya vista? Menyeramkan broh. Beuh ayam aja sampe gak jadi betelor kalo liat dia marah, bisa ancur gonjang ganjing dunia persilatan.

-to be continue-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar