Minggu, 02 Maret 2014

kelud, ulang tahun, dan waktu dhuha

*lap lap *tiup tiup *sapu sapu...fuh fuh fuh
Blog ini sekarang udah kayak jogja. Berdebu. Tragedi meletusnya gunung kelud pada tanggal sekian februari itu membuat jogja udah kayak eropah di bulan desember. Putih putih. Bersalju. Hahaa ngekek deh, mending salju kayaknya. Ini butiran debu serpihan masa lalu*halah. Membuat gatal dan alergi, belum lagi bikin sesak nafas, dan kelilipan. Mendadak orang2 pada pake masker kemana2, dan artikel di internet yang bilang aturan pake masker yang dibolak balik beda fungsi itu bikin heboh sejagat raya. Ckckck. Duh duh artikel hoax itu membuktikan betapa mudahnya orang indonesia dibodohi. Ng...mmm....dan saya resmi menjadi salah satu korbannya. Hahaha T-T

Kelud memang berhasil menyapu peradaban manusia selama beberapa hari. Kehidupan kota seakan mati total. Tak ada yang mau repot-repot keluar rumahnya ketika itu. Jalanan sepi, karena sekali saja kendaraan lewat, maka wush debu debu kelud itu melayang bebas memburamkan pandangan. Bandara bandara mengdelay penerbangannya. Pedagang makanan kompak menutup warungnya dan itu sukses membuat anak kost melilit menahan lapar. Jadilah selama beberapa hari harus tabah masak mie. *usap usap perut.

Lalu saya? Hohooo saya manusia mainstream juga ikut ikutan menghentikan aktifitas dong. Termasuk menulis.*plak. Ya lihatlah ternyata kelud tak hanya mensalju-i jogja tapi juga sukses menyapu bersih blog ini selama berabad abad. Alangkah putihnya laman ini. Bukan ditutupi salju ataupun debu tapi putih karena tak ada lagi tinta yang tergores disepanjang sisa februari. Bahkan dihari ulang tahun saya pun saya tak menyempatkan diri untuk menulis disini. Duh duh duh...*ingat umur,nak.

Banyak yang terjadi di awal februari. Mulai dari saya yang seumur hidup saya belum pernah sakit parah sampai tergolek lemah diatas kasur gabisa kemana2. Dan yang lebih mengenaskan, itu saya alami dihari-hari menjelang genap 23 tahun usia saya cobaaa*hiks. 40 derajat suhu tubuh saya ketika itu dan dokter menyarankan saya opname di rumah sakit. Siapa yang menunggui? Ah saya putuskan dirawat dikost saja. Dan teman2 saya yang saya cintai karena Allah berdatangan menjenguk saya. Terharuuu. Saya kirah tak ada lagi yang menyayangi sayah*srooot nyusut ingus. *kebanyakan nonton sinetron deh lo.wkwkwk.

Dan dihari saya ulang tahun saya masih tak bisa jauh2 dari atas kasur. Lalu teman2 berdatangan mengantarkan kue, kado, dan tak lupa untaian doa indah untuk saya. Tak hanya teman kampus, tapi juga teman melingkar, kakak kelas, adik kelas, teman icikibum, dan saudari rumah tahfidz. Hiks. Masya Allah semoga kelak kita bertemu lagi di surga ya? Aamiin. :').

Genap sudah usia saya 23 tahun sekarang. Sudah saatnya tegas pada masa depan. *gaya lo niii.. 23 tahun ya? Omaygad, oh my no, oh my wow tidaaaaakkk. *loncat dari kasur.

Hmm oke ehem uhuk *benerin posisi duduk...sekarang saya mulai serius. Jadi sebenarnya saya ingin mencoba memetik butir-butir hikmah yang terjadi di karnaval februari saya yang luar biasa kemarin. Selalu ada hikmah dalam setiap peristiwa. Lama saya merenungi hikmah apa yang bisa saya petik dari sakitnya saya seminggu kemarin. Lebih ekstrim lagi saya sempat berfikir dosa besar apa yang telah saya lakukan hingga diberi ujian sakit seperti ini. Astaghfirullah. Tak henti beristighfar.

Hingga suatu hari sebuah percakapan kecil menyadarkan saya. Saya lupa persis kalimatnya tapi kurang lebih isinya begini.
"niatkan saja ibadah kita itu adalah sebagai wujud rasa syukur. Misalnya shalat duha yang diniatkan mensedekahi tiap sendi dalam diri kita sebagai rasa syukur atas diberikannya kesehatan di hari itu."
Dan mendengar itu saya serasa tertampar. Ya sakit itu memang penggugur dosa tapi juga sekaligus tamparan bagi saya yang selalu lalai bersyukur telah diberi nikmat sehat. Dan saya ingat dulu ketika di Rumah Tahfidz, seorang Ammah selalu mengingatkan saya untuk shalat duha, katanya "jangan lupa shalat, sedekahi dirimu hari ini." Mungkin ketika itu saya terlalu bebal untuk mencerna kalimat itu sampai ke hati. Saya dulu menganggap shalat duha hanya sekedar shalat sunah biasa yang terasa begitu berat untuk dilaksanakan kecuali hanya sekedar untuk mencontreng requirement amal yaumiyah saya hari itu.
Tapi kali ini, kalimat teman saya benar2 mengena, serasa menampar saya sampai ke ulu hati. Ya dia benar, kenapa tak saya niatkan saja untuk bersyukur masih diberi nyawa hari ini? Hati saya pun gerimis.

“Hendaklah masing-masing kamu bersedekah untuk setiap ruas tulang badanmu pada setiap pagi. Sebab tiap kali bacaan tasbih itu adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada yang ma’ruf adalah sedekah, mencegah yang mungkar adalah sedekah. Dan sebagai ganti dari semua itu, maka cukuplah mengerjakan dua rakaat sholat Dhuha.” (HR Muslim).

Kita tidak tahu apakah ini anugerah atau musibah. Tugas kita hanya berbaik sangka. Semoga kita adalah termasuk orang yang pandai bermuhasabah dalam setiap peristiwa. Dan semoga sakit saya kemarin benar-benar menjadi penggugur dosa. Aamiin. 

Maka, sudahkah anda shalat duha hari ini? :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar