Selasa, 17 Desember 2013

akhir nafas desember

Hey kau, apakabar?
Kutitipkan salamku pada mega yang masih setia membagi kilaunya di semesta jogja.
Kuselipkan sekuali asaku pada daun yang ikhlas menjatuhkan dirinya demi menafkahi para penyapu jalanan.
Dan untukmu, kuberikan rinduku.

Ah kurasa aku sudah pernah berkata pada orang-orang, aku tak ingin menjadi desember.
Dan jika saja aku boleh memilih urutan bulan, aku tak mau di penghujung.
Begitu cepatnya tahun menepi.
Melengangkan jalan waktu terbentang.
Menyisakan tanya akan apa lagi gerangan yang harus dilakukan?
Begitu kosong.
Bahkan aku hanya diberikan sisa sisa energi dari tetangga bulanku: agustus, september, oktober, dan november yang begitu serakah menghirup matahari yang sudah hampir senja.
Memaksa orang2 untuk berpacu dengan waktu.
Tanpa menyisakan apa apa untukku.
Padahal aku harus menggandeng januari.
Meneruskan apa yang belum terselesaikan.
Maka disinilah aku, mengais-ais sisa energi yang terserak ditimbunan malas.
Hey kau! Masih adakah yang bisa kau bagi untukku?

Sisa usiaku tinggal 15 hari lagi.
Sebentar lagi aku akan menghilang seperti mimpi tadi malam.
Dan tak ada yang tersisa untukku selain kenangan.
Kau bisa memilih kenangan apa yang akan kau ukir padaku.
Tapi aku tidak.
Aku hanya menunggu goresan penamu.

Belum terlambat untuk memilih.
Jika kau terlalu malu untuk mengatakannya,
maka bisikkanlah.
Agar hanya desau angin yang menjadi saksinya.
Percayalah, hanya dengan seikat bunga kau akan mampu menundukkan panasnya matahari yang menaungiku.
Akhiri nafasku dengan goresanmu.
Maka disinilah aku,
masih menunggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar