Rabu, 27 Maret 2024

menunggu kabar

 Selepas tarawih malam ini, cepat cepat ia membuka laptopnya. Melihat pengumuman. Tapi yang ia tunggu rupanya belum ada kabar. Ia ingat seminggu lalu ia ujian online, dikamarnya. Anaknya meraung-raung diluar pintu memanggil-manggilnya. Sementara ujian masih berlangsung 1 jam lagi. Anaknya baru saja pulang main. Padahal sudah jelas pesannya, bahwa siang ini Ibu ada ujian, tak bisa diganggu dulu selama 2 jam kedepan. Ia juga sudah menitip pesan pada para pengasuh anaknya agar mengajak anak-anaknya main keluar. Namun entah kenapa anak sulungnya tiba-tiba bisa mengamuk begitu diluar pintu kamarnya. Pikirannya jadi kacau. Mana bisa mengerjakan soal-soal ini sementara anaknya berteriak-teriak mengamuk diluar. Astaghfirullah. Ia hirup nafas dalam-dalam, mencoba berkonsentrasi. Namun tetap saja angka angka didepan layarnya seolah menari-nari tak kunjung bisa ia pecahkan jawabannya. Ah sudahlah, ia kerjakan sebiasanya. Akhirnya genap sudah 2 jam selesai ia ujian. Nilai ujiannya langsung keluar begitu ia submit jawabannya. Dan jawabannya benar-benar meluncur jauh lebih rendah dari 2 ujiannya sebelumnya. Ia hanya mematung. Dadanya sesak. Ia hanya merapal doa dan menghibur dirinya bahwa ini konsekuensi seorang ibu. Ujian di rumah dengan ada anak ya begini ini konsekuensinya. Ia coba menerima kenyataan dan memasrahkan semua hasilnya pada Allah Azza wa jalla.

Dan malam ini, tepat seminggu setelah jadwal ujiannya, ia menunggu pengumuman hasil ujiannya itu. Ia benar-benar sudah teruji mengalami kegagalan akhir-akhir ini. Jadi ia siapkan hatinya lapang-lapang. Toh ia masih tetap punya pekerjaan. Masih tetap bisa melangsungkan hidup dengan keluarga kecilnya. Gagal ujian kecil ini hanya secuil dari ujian hidup. Penderitaan rakyat gaza masih selaksa lebih banyak dari sekedar ujian ini. Ia yakinkan bahwa apapun hasilnya, itulah yang terbaik dari Allah SWT.

Tepat jam 21.10 WIB ia buka grup telegram, sudah ramai orang melempar komen. Ada yang bahagia, ada yang sedih. Buru-buru ia pun buka website pengumuman. Alhamdulillah lolos ya Rabb. Terimakasih. Tinggal ia persiapkan ujian wawancara. 

Sebetulnya ia yakin sekali jadwalnya setelah libur lebaran akan bertumpuk-tumpuk. Tapi ya sudahlah, memikirkan skenario terburuk jika jadwalnya tumpang tindih hanya akan membuat kepalanya sakit. Jadi ia putuskan serahkan semua urusan skenario ini pada Allah Sang Maha Pembuat SKenario terbaik. Tugasnya saat ini hanya menyelesaikan target tilawahnya yang sudah lama tertinggal jauh. Ramadhan tersisa 13 hari lagi, ia harus mengencangkan ikat pinggang. Tetap nomer satu target ramadhan. Karena iapun hanya datang setahun sekali. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar