Senin, 10 Desember 2012

Saya jadi Kapten Bajak Laut

Pernahkah kamu bersyukur memiliki mata? Dapat melihat kanan dan kiri secara proporsional. Menatap dunia yang berwarna. Dapat mengedip dengan sempurna. Dapat menangis. Melihat dengan sangat leluasa apapun yang kamu mau. Masya Allah... itu adalah kenikmatan, sobat.

Ceritanya kemaren minggu tanggal 9 Desember saya dikeramas. Dan ketika saya hendak menyiram muka, tiba-tiba sesuatu cairan aneh memasuki mata saya dan seketika mata saya terpejam. Perih. Pedih luar biasa. Bahkan rasanya saya ingin mengerang kesakitan. Astaghfirullah. Begitu mata saya bisa terbuka saya merasa otot-otot mata saya kram dan pegal. Satu hal yang sangat luar biasa masih saya syukuri. Saya masih bisa melihat. Alhamdulillah.:'(

Di kaca saya melihat mata saya begitu merah. Masih pedih. Namun karena minggu pagi itu agenda saya sangat padat *tsah, saya pun berangkat dengan berkacamata. Begitulah hingga sore mata saya masih saja memerah dan masih terasa sakit ketika melirik. Maka begitu maghrib segera pulang dan istirahat total.

Esoknya saya heran ternyata mata saya masih memerah walopun rasa pegalnya agak hilang. Saya yang kuliah di kesehatan menyadari betul kehebatan tubuh yang diciptakan Allah untuk melawan serangan-serangan dari luar. Maka saya kemudian berhusnudzon dan memberikan kesempatan sistem pertahanan tubuh saya bekerja. Namun kemudian saya berfikir ada yang tidak beres dengan mata saya. Karena sebelumnya mata saya ini pernah juga kelilipan sampo dan memerah namun gak sampai lewat 1 hari macam bagini. Maka parno-lah saya. Saya pun memutuskan periksa ke RS Sardjito.

Sebenarnya saya yang Mahasiswa punya kartu asuransi kesehatan yang dsediakan kampus. Namun saya dan bberapa teman saya sudah pernah dikecewakan oleh dokter2 disana karena pelayanan yang terkesan asal-asalan dan pemeriksaan kilat lalu tau-tau keluar diagnosis--membuat saya kurang mantap berobat disana. Semacam gak percaya. Hho.

Masalahnya Sardjito itu Rumah Sakit besar. Dan alangkah tidak elitnya ketika dokter bertanya 'Kenapa, dek?' 'kelilipan sampo,dok.' huks. -_-". *gak keren banget. T_T.
Namun dengan semangat ingin sembuh saya pun  memantapkan hati melangkahkan kaki dengan jumawa ke sardjito. Jeng..jeng... begitu sampe sana pasiennya rata-rata Lansia. Yang subhanallah penyakitnya gak main-main semua. Ada yang katarak, glukoma, bengkak, dll. Sementara saya?? Karena sampo gitu? Yaelah jangan2 ntar dokternya bilang 'dek, sejak kapan sampo dipake bilas mata?' T_T.
Sempat terbersit untuk mundur aja. *krik. Manja banget kena sampo doang. -_-" Oke PD tingkat dewa. Pasien adalah Raja u know. ^.^9. Bismillah deh.

Di sardjito, mata saya diperiksa dengan semacam mikroskop untuk melihat adanya (mungkin) bakteri dalam mata saya atau bahkan mungkin defek kelainan epitel mata. Lalu mata saya di tes pH. Lalu dianestesi eye drop. Lalu di warnai katanya untuk melihat defeknya. Dan hasilnya, mata saya terkena trauma basa. PH mata kiri saya 9 (basa) sementara yang kanan normal. Ya bisa jadi dari sampo, bukan dari busanya tapi benar2 dari cairan samponya. -_-" . Amazing kan? Gimana ceritanya coba. Zzzz...

 Dan untuk menetralisir PH mata saya yang basa, mata kiri saya diirigasi. Bayangkan mata saya disemprot pake suntikan raksasa. Tapi dengan memantapkan jiwa raga saya pun pasrah menahan kepedihan mata. *huks.
Disana saya juga sempat diperiksa apakah mata saya minus atau tidak. Untuk pemeriksaan ini saya ditangani oleh Coas. Coasnya cowo rambut di cat pirang setelan boyband gitu. Wot de...? ckckckk. Ternyata demam Korea kini merambah ke dokter muda juga. --a.*penting?

OKe setelah diirigasi, mata saya diolesi salep dan di balut kasa? (?). Iya coba, saya udah kayak Kapten Bajak Laut aja. T_T. Entahlah. Untuk pertama kalinya saya merasa bahwa ternyata mata kelilipan sampo itu bukan hal yang sepele. Kata dokternya, mata saya diirigasi untuk menghilangkan sisa-sisa zat basa di mata. Karena trauma basa jauh lebih berbahaya dari trauma asam. Jika dibiarkan bisa menyebabkan kornea bolong. *Krak!! KAlimat tadi itu cukup berhasil membuat saya parno-aja gak pake banget, dan seketika telinga saya jadi serius menangkap tiap instruksi yang dokter katakan dalam pemberian resep.

Hasilnya, saya harus menebus obat yang harganya tidak sedikit untuk ukuran mahasiswa seperti saya, *huks.
Pertama, eye drop atau tetes mata penghilang iritasi yang harus diteteskan tiap 3 jam sekali.
Dua, eye drop juga, tapi semacam cairan steril yang diteteskan 1 jam sekali
tiga, salep 2 kali sehari tiap sebelum tidur (satu lagi klo tidur siang)
dan terakhir kasa sama plesternya.

Alangkah belibetnya hari yang akan saya tatap kedepan. Hellooo..berawal dari sampo coba?? Astaghfirullah.
Setidaknya sekarang saya tau gmana rasanya melihat dengan satu mata karena mata kiri saya dibalut kasa. Rasanya seperti terjadi distorsi. Kadang ketika saya melihat sesuatu didepan mata saya lalu saya meraihnya seperti estimasi saya meleset dalam hal letak. Berjuta kali kita wajib bersyukur pada Allah karena masih diberi nikmat melihat. Alhamdulillah Ya Rabb.

Btw, 3 hari kemudian saya harus kontrol lagi dan sekalian periksa penglihatan (takutnya minus). Iya jadi pas diperiksa sama koas itu katanya kemungkinan mata kanan saya sedikit minus, tapi yang kiri tak akan valid karena sedang trauma. Oke hikmah kedua dari kejadian ini adalah saya jadi tau kalo saya sering pusing itu kemungkinan karena sepertinya mata saya memang minus.
 Fabiayyi alaa irobbikumaa tukadziban???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar